Prologue

26K 1.7K 105
                                    

[Song : Lolo Zouai - Blue]

***

Shin Jihwan merasakan sekujur tubuhnya gemetaran usai mendengar sebuah kabar buruk melalui telepon. Jantungnya seakan berhenti berdetak sebab lehernya seperti tercekik sehingga tidak ada jalan masuk bagi oksigen untuk berkunjung ke dalam paru-paru. Setelahnya, Jihwan dapat merasakan air mata yang panas jatuh di kedua belah pipi. Tubuhnya merosot dan terduduk di atas lantai kayu sembari menggenggam gagang telepon. Isakannya menggema menemani rasa sepi.

Kabar buruk yang ia dengar dari pihak kepolisian barusan terasa bagai mimpi buruk yang menyakitkan. Ini terlalu berat baginya. Dunianya hancur dalam waktu yang teramat singkat.

"Orang tua Anda mengalami kecelakaan. Saat kami tiba di lokasi, nyawa keduanya sudah tidak tertolong lagi. Kami turut berduka cita atas kepergian orang tua Anda."

Rentetan kalimat itu masih menggema di kepala Jihwan. Sejemang wanita itu termenung, kemudian tiba-tiba menyungging senyum pilu dan berakhir tertawa miris. Tawanya menggema mengisi kekosongan, begitu sumbang serta terluka. Ia dapat melihat bayangan ketika dua sosok itu bertengkar di hadapannya sambil melayangkan kata perceraian dengan perasaan meledak-ledak.

Sebelumnya, Jihwan sempat mendapat kabar mengejutkan bahwa perusahaan sang ayah mengalami kebangkrutan dan kali ini⸺kabar buruk kembali mampir di telinganya. Bagaimana mungkin Jihwan bisa menghadapi semua ini sendirian sementara ia tengah tidak berdaya.

"Ada kemungkinan, kecelakaan ini dilakukan secara sengaja oleh keduanya. Kedua orang tua Anda⸺diduga melakukan bunuh diri."

Jihwan menangis histeris ketika teringat kalimat tersebut. Teriak murka bercampur rasa sakit membuatnya terlihat sangat menyedihkan. Demi Tuhan, Jihwan benar-benar ingin menyerah sekarang, bahkan berharap Tuhan bersedia untuk mencabut nyawanya agar ia dapat menyusul kepergian kedua orang tuanya.

Jihwan merasa sangat kosong setengah jam berikutnya. Pandangan kosong ia torehkan pada lantai kayu tempatnya terduduk, tapi beberapa saat kemudian, wanita itu memutuskan untuk berdiri dan mulai melangkah meninggalkan ruang tengah. Bibirnya bergumam lirih, matanya melirik ke sekitar dengan perasaan kacau. Hilang akal. Tungkainya membawa diri tanpa sadar menuju ke dapur.

Bunuh diri. Tolol. Aku tolol.

Kepalanya menggeleng beberapa kali.

Aku ingin mati. Aku tidak ingin sendirian. Aku ingin bersama papa dan mama.

Jihwan terisak dan menangis lagi ketika berhasil meraih sebilah pisau, menggenggam erat benda tajam itu sambil memejam mata rapat-rapat sehingga air mata jatuh semakin deras membasahi pipi.

Mati saja. Ayo mati saja, Jihwan.

Hatinya berbisik sinis. Kedua tangannya kini menggenggam gagang pisau dengan mantap, mengarahkan pada perutnya. Sesaat Jihwan memejam sambil menghela napas dalam-dalam, kemudian mendongakkan kepala lebih tinggi sambil bersiap-siap mengayunkan mata pisau tersebut pada diri sendiri.

Namun sebelum aksi bunuh diri itu terjadi, niat Jihwan telah lebih dulu digagalkan oleh sebuah suara teriakan penuh emosi dari seorang pria.

"Hentikan tindakan konyolmu, Shin Jihwan!"

Jihwan segera menyingkap kelopak matanya saat mendengar suara itu, disusul suara langkah kaki beberapa orang lagi yang berlari tergesa sampai akhirnya berdiri tepat di belakang seorang pria tampan yang tadi sempat meneriakinya.

Dalam waktu singkat, Jihwan telah melebarkan irisnya terkejut. Ia sama sekali tidak mengenali pria itu pun dengan enam orang pria lainnya yang kemungkinan adalah para pengawal⸺jika dilihat dari seragam mereka yang serba hitam.

Jihwan beradu pandang dengan pria yang kini berpenampilan paling mencolok dibanding pria-pria lainnya. Ia mendapati kemarahan di wajah pria itu, beserta salah satu alisnya yang terangkat tinggi.

"Siapa kalian? Bagaimana bisa kalian masuk ke rumahku?" tanya Jihwan sambil melotot tak senang, sedikit cemas setelah menyadari keberadaannya sedang terancam.

"Berikan pisau itu padaku. Hidupmu belum seharusnya berakhir."

Mendengar permintaan itu, Jihwan tak lantas menurut dan percaya begitu saja. Ia masih menggenggam pisau dengan tatapan waspada, sampai akhirnya pria itu memberi instruksi pada keenam pria di belakangnya untuk mendekat pada Jihwan sehingga wanita itu menjerit sambil meronta ketika tubuhnya dicekal.

"Lepaskan! Lepaskan aku! Apa yang kalian lakukan?!" Jihwan berteriak marah kemudian merasakan pisau dalam genggaman tangannya dirampas oleh pria yang tadi memberi perintah pada para pengawal itu. Sejemang pria itu menatap dalam ke arah Jihwan, kemudian mendekatkan wajahnya secara tiba-tiba sambil menyungging senyum licik.

"Ternyata memasang CCTV di berbagai sudut rumahmu memang ide bagus. Beruntung aku tidak terlambat mencegahmu melakukan hal bodoh seperti ini," kata pria itu sambil tertawa tipis kemudian meneleng, mengamati Jihwan lebih lekat setelahnya menyulam senyuman yang terkesan ganjil. Jihwan semakin murka. Dan memasang CCTV kata pria itu? Dia pasti sudah gila! Psikopat!

"Ternyata kau memang menarik. Wajar saja dia menginginkanmu, tapi sayangnya aku tidak berniat menyerahkanmu pada bajingan itu. Kau akan menjadi milikku, Shin Jihwan."

"Aku tidak mengenalmu, Berengsek! Lepaskan aku!"

"Terus saja berteriak marah seperti itu, Demoiselle. Sebentar lagi kau akan bertekuk lutut di hadapanku," katanya kemudian dan lekas membalikkan badan sambil melemparkan pisau yang ia rebut dari Jihwan hingga tertancap di permukaan lantai kayu setelahnya pergi begitu saja, meninggalkan Jihwan beserta jeritannya.

"Tuan Jun, apa yang harus kami lakukan pada wanita itu?" tanya salah seorang pengawal sambil menyamai langkah tuannya.

"Bawa dia ke mansion. Dia akan tinggal bersamaku mulai malam ini. Jangan sampai si bajingan itu mengetahui keberadaan Jihwan." []

***

Yosh! Akhirnya aku post juga saking nggak tahan. Tangan aku gatal banget xD

Ini cerita baru lagi! Menentukan; jadi kalau antusias di sini bakal lebih 'wow' maka Beautiful Bastard dan Dive ada kemungkinan bakal aku tarik ke kandang lagi. Tapi kalau antusiasnya kurang, Beautiful Bastard sama Dive bakal tetap berdiri di tempatnya. Gimana, ada rasa penasaran kah sama cerita yang satu ini?

Ceritanya bakalan manis kok. Banget. Kayak Young Lady. Tapi menyatu dengan bumbu keberengsekan Jeon Jungkook :) hehe.

Big Luv,

Kiki

The PrisonerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang