Bab 22: karena aku cinta kamu

1.4K 43 1
                                    

Beberapa hari ini Nesa menghindari Kevin, ia masih marah terhadap kejadian beberapa hari lalu, beruntung juga karena Kevin sedang sibuk dengan OSNnya. Jika tidak, mungkin Kevin kembali membuat dirinya malu karena terus saja mengekori sembari meminta maaf sepanjang sekolah atau ia akan membopong paksa Nesa ke dalam apartementnya sampai Nesa acuh dengan dirinya, mengingat Kevin merupakan pribadi keras yang tidak bisa dibantah dan ia juga paling tidak suka jika diabaikan oleh Nesa.

Walaupun begitu, tetap saja Kevin masih bisa menerornya lewat spam chat dan puluhan panggilan masuk di handphone nya, ia juga mengubungi Nesa lewat semua sosial media yang Nesa miliki. Bayangkan saja, setiap kurang dari 5 menit sekali, ponselnya selalu berdering. Pastinya, akibat ulah Kevin tersebut cukup berimbas pada aktivitas Nesa yang tentu saja sangat mengganggu. Belum cukup sampai disitu, ia juga selalu meneror lewat telepon rumah, dan berakhirlah Nesa yang dituduh maminya macam-macam.

Nesa heran, bagaimana bisa Kevin menyempatkan memegang handphone sedangkan Kevin sendiri diharuskan untuk fokus memegang buku dan pulpen oleh mentornya yang terkenal killer itu.

Beberapa hari ini pula, Kevin menjadi trending topik hangat dikalangan para guru serta sekumpulan murid-murid, huft... Siluman tengik itu memang pandai meraih hati orang, buktinya fans fanatik ia seakan bertambah 2 kali lipat. Bukannya bangga, Nesa justru prihatin, untuk apa mengidolakan lelaki tengik berwajah lempeng dengan ucapan tajam bak silet karatan, yaa... Walaupun Nesa sedikit mengakui kalau Kevin pintar. Sedikit lho... Sedikit!

Nesa juga sempat menguping pembicaraan teman-teman baik di kelas maupun di eskul nya, bahwa Kevin berhasil menang di tingkat provinsi dan kabarnya esok ia akan keluar kota selama 2 minggu untuk bimbingan belajar kemudian menjalani karantina selama 1 minggu sebelum benar-benar mengikuti ujian yang sesungguhnya.

"Widih... Seger banget muka lo? " Tanya Thia ketika Nesa baru saja mendaratkan bokongnya tepat di kursi sebelah Thia.

"Hehe... Sumpah seneng banget gue Thi, kapan lagi coba gue bebas dari abang lo?"

Thia tertawa mengejek. "Gimana lo bisa bebas kalo abang gue neror lo terus? "

"Kan mulai besok, abang lo udah di ekspor ke luar kota, gue yakin kalo dia pasti bakalan dibatasin buat pegang HP, apalagi ntar kalo udah pas dikarantina, pasti tu HP bakalan di sita, bodo amat kemaren-kemaren dia neror gue sampe gue terpaksa gak bawa HP hari ini, yang penting besok gue bebas! " Ucap Nesa dengan kedua tangan yang direntangkan seakan menggambarkan kebebasannya.

"Iya-iya... Semerdeka lo aja nyil. Gue jadi iri deh, gue bahkan lupa kapan terakhir abang gue nelepon gue saking lamanya, gue juga curiga kalo di HP abang gue masih ada nomer gue atau nggak? " Thia mengangkat sebelah kakinya ke atas meja, untung saja ia menggunakan celana olahraga untuk bawahannya.

"Bisa jadi Thi! "

"Bisa jadi apaan dah? "

"Bisa jadi kalau... " Nesa menggantungkan ucapannya.

"Kalau? "

"Kalau... Kalau lo udah dipensiunin jadi adik sama abang lo! " Ucap Nesa kemudian tertawa terbahak-bahak yang membuat Thia memutar bola matanya malas.

Tawa Nesa berhenti ketika bel masuk berbunyi, ia mulai mengeluarkan buku-buku yang akan dipelajari di jam pertama, berbeda dengan Thia yang justru menaikan satu kaki lainnya ke atas dan alhasil kedua kaki Thia malah terjulur manjah di atas meja sampai guru mata pelajaran pertama masuk.

Mr Possessive is My Love (Tersedia Di PlayStore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang