11.Dia

48 2 0
                                    

Dunia memang sempit.
***

Aluna memarkirkan motor kesayangannya di garasi. Aluna menatap mobil putih yang terparkir di halamannya. Pikiran Aluna mulai berkecamuk. Apakah mereka?

"Assalamu'alaikum!" ucap Aluna sambil membuka pintu utama.

Dia siapa? Apakah dia? Aluna dibuat terkejut saat membuka pintu rumahnya.

"Waalaikumusalam! Eh sayang, sini!" titah Basuki sambil melambaikan tangannya.

Aluna memasang wajah dingin seperti biasanya. Lalu menghampiri ayahnya dan seorang wanita.

Aluna menatapnya dengan tatapan menilai. Dari yang Aluna lihat, pakaian modis, cantik sih tapi agak menor, dan angkuh. Tak ada tatapan teduh yang menenangkan seperti milik Melia dan Ezel, hanya ada tatapan angkuh disana.

"Lun? Kamu melamun?" tanya Basuki.

Aluna mengerjap kembali tersadar, "E--eh enggak yah,"

"Kok jam segini udah pulang?" tanya Basuki

"Ezel masuk Rumah Sakit, Yah," jawabnya lesu

"Kenapa?" tanya Basuki khawatir

"Cuma insiden kecil," jawab Aluna malas. Basuki mengangguk mengerti.

"Oh iya. Kenalin ini Dahlia, calon mama baru kamu," ucap Basuki.

DEG!

"Hai cantik. Kenalin nama tante Dahlia," ucapnya sambil mengulurkan tangan.

Aluna menjabat tangan itu, "Aluna Syabilla Ermawan,"

"Aluna ke kamar dulu, Yah," pamit Aluna.

"Eh tunggu sebentar! Kamu belum kenalan sama calon kakakmu juga," ucap Basuki yang membuat langkah Aluna terhenti.

Apa lagi ini? Kenapa harus ada kakak tiri? Arrgh Shit!

"Maaf lama," suara lembut itu membuat semua orang menoleh ke arahnya.

Aluna menolehkan kepalanya ke arah samping sepertinya wanita itu habis dari toilet. Saat tatapan mereka bertemu, alangkah terkejutnya Aluna.

"Lo!" ucap mereka berbarengan sambil saling menunjuk.

"Kalian udah saling kenal?" tanya Dahlia antusias.

"Ga," sinis Aluna.

"Ngga ma, kemarin kita cuma ga sengaja ketemu di mall," jawabnya.

Perempuan itu adalah perempuan yang kemarin yang menabrak Aluna lalu memarahinya, padahal dia yang nabrak. Perempuan ganjen yang kesemsem sama Ezel.

"Ohh,"

"Eh iya kenalin nama gue Aradela Riani Arselia. Panggil Ara aja," ucapnya riang sambil mengulurkan tangannya. 'Cih, pencitraan!' batin Aluna.

"Aluna," jawabnya sambil menjabat tangan Ara malas.

"Jangan lupa kirim kontak Azfer, temen lo itu!" bisiknya.

"Ogah!" bisik Aluna lalu meninggalkan ruang tamu dan Ara yang menahan kesal.

Aluna berjalan menaiki tangga dengan lesu, masalahnya hari ini terasa begitu berat. Di mulai dari Ezel, ayahnya, calon ibu tirinya, dan calon kakak tirinya yang menyebalkan.

Aluna melepaskan bebannya sejenak dengan merebahkan tubuhnya di kasur king sizenya. Dia menerawang kehidupannya kedepan, ke masa yang akan datang. Akankah dia bahagia? Akankah ibu tiri dan kakak tirinya memperlakukannya dengan baik? Aluna menepis pemikiran itu, dia meyakini dirinya bahwa semuanya akan baik-baik saja.

AlunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang