"Ale!" teriak Aluna.
"Luna--mpphh"
Emosi Aluna memuncak saat teman-teman Alvin mengunci pergerakan Alena, lalu membekap mulutnya. Ia berlari ke arah Alena yang akan dibawa pergi oleh teman-teman Alvin.
"Dika kejar, Ale!" teriak Aluna.
Dika, Dafa, dan Fabian langsung berlari mengejar Alena yang dibawa oleh teman-teman Alvin.
Aluna menghampiri Alvin yang sedang menatapnya dengan senyum meremehkan. "Lo ngajak tawuran?"
"Huh? Tawuran? Jadi cewek jangan so' jago!" cibir Alvin
"Cih, banci!" maki Ezel.
Bugh!
Ezel tersungkur saat mendapat tonjokan dari Alvin.
Bugh!
Aluna membalasnya dengan meninju perut Alvin. Alvin yang terbawa emosi melawan Aluna dengan membabi buta, tak peduli jika Aluna adalah perempuan. Terjadilah aksi baku hantam antara Aluna dan Alvin.
Saat Ezel akan membantu Aluna, Aradela menarik tangannya menjauh.
"Lo apa-apaan sih?" tanya Ezel emosi.
"Gue takut!" rengeknya.
Kalau saja Aradela buka perempuan, mungkin Ezel akan menghajarnya habis-habisan.
Saat Ezel akan membantu Aluna, ia malah di tarik oleh dua pria lalu salah satu pria menonjok perutnya cukup keras. Ezel mencoba melepaskan diri, ia ingin membatu Aluna tapi tiga pria ini menghadangnya. Ternyata Alvin sudah merencanakan ini semua.
Aluna dan Alvin kini sedang adu jotos, walaupun Aluna seorang perempuan kekuatannya tak dapat diremehkan.
Mufia dan Aradela hanya menonton saja, Mufia sangat takut saat akan membantu Aluna ataupun Alena. Ia yang terlalu mengkhawatirkan Aluna membuatnya tidak sadar akan kehadiran Alena, jadi ia kecolongan saat Alena ditarik paksa oleh teman-teman Alvin. Untung saja Dika dan yang lainnya segera menyusul Alena.
"Kalo terjadi apa-apa sama ade gue, lo berurusan sama gue. Bukan hanya tangan lo yang bisa patah tapi leher lo juga!" ucap Aluna dengan penuh penekanan. Sangat creepy.
"Lo pikir gue takut? Bocil mah sekolah dulu yang bener," jawab Alvin meremehkan.
Emosi Aluna tersulut, ia menyerang Alvin dengan membabi buta, tak peduli Alvin akan terluka parah tidaknya. Waktu yang tepat untuk Aluna melempiaskan amarahnya. Alvin kewalahan menyeimbangkan kekuatan, kelincahan, dan amarah Aluna, Alvin tak bisa menyeimbangkan perlawanan Aluna Aluna dapat menumbangkan Alvin dengan mudahnya, ia terus saja menyerang Alvin melampiaskan emosinya karena takut Alena kenapa-kenapa.
Alvin terkapar dengan darah yang mengucur dari hidung dan sudut bibirnya, sangat mengenaskan. Wajah Aluna pun sama, tetapi tidak separah Alvin. Aradela yang melihatnya sangat ngeri. Sehebat itukah Aluna.
Semua orang menjerit syok saat Alvin terkapar dengan tubuh yang mengenaskan.
"Luna!" teriak Alena.
"Ale?" gumam Aluna.
Aluna berlari lalu memeluk Alena dengan erat. "Ale lo ga papa, 'kan?"
"Gue ga papa. Tapi lo yang kenapa-napa," jawab Alena khawatir saat melihat wajah Aluna lebam-lebam.
Semua orang yang menonton membubarkan diri tak terkecuali Alvin yang digotong teman-temannya.
"Na, lo ga papa, 'kan? tanya Ezel yang baru saja menghampirinya dengan wajah lebam-lebam sambil memegangi perutnya.
"Zel lo ga papa, 'kan?" Aluna balik bertanya dengan raut khawatir.
"Stop mengkhawatirkan orang lain, Lun! Liat dulu diri lo sendiri!" bentak Mufia seraya menangis.
Mufia sangat kesal dengan Aluna. Bagaimana tidak, ia mengkhawatirkan orang lain padahal dirinya lebih mengkhawatirkan. Ini yang Mufia tidak suka dari Aluna, Aluna terlalu memikirkan orang lain tetapi tidak dengan dirinya sendiri.
Aluna tertegun saat Mufia membentaknya. Aluna tahu, sahabat dekatnya itu pasti tengah mengkhawatirkan dirinya.
"Mu--"
"Sekarang kita ke rumah sakit, gue jijik liat muka lo yang kayak gitu!" sela Mufia.
Bukan jijik dalam artian sebenarnya. Mufia hanya gengsi mengatakan bahwa ia sangat mengkhawitarkan Aluna. Setengah mati Mufia menahan dirinya agar tidak menangis histeris saat Aluna beberapa kali tersungkur karena pukulan Alvin.
"Lo masih kuat? Mau gue gendong?" tanya Ezel cemas.
"Zel lo ga baik-baik aja. Gue yakin dia ga papa," timpal Aradela yang tak rela jika Ezel menggendong Aluna.
"Iya, Zel. Gue gapapa, udah biasa!" tolak Aluna.
"ayo cepet kita ke rumah sakit, lukanya ntar infeksi!" ajak Gama.
Mereka pun meniggalkan tempat balapan ilegal itu.*
"Ayah kan udah bilang, kamu jangan ikut balapan-balapan kayak gitu lagi. Kamu ngerti bahasa Ayah, kan!" bentak Basuki dengan emosi yang meluap-luap.
Ini kedua kalinya Aluna tercyduk ikut balapan liar oleh Basuki. Ayahnya tak akan tahu jika Aradela tidak mengadu.
Aluna hanya menunduk menatap lantai marmer, mengalihkan tatapannya dari tatapan tajam Basuki. Sekalinya Basuki marah membuatnya ngeri.
"Ayah tak habis pikir sama kamu, Luna. Kamu ini cewek, kenapa mainnya balapan? Kamu nurut bisa ga sih?"
Aluna ikut balapan hanya saat mood sedang tidak baik saja. Ia merasa bersalah karena telah mengecewakan Basuki untuk kedua kalinya.
"Maapin Luna, Yah!"
Aluna hanya menunduk, masih tak berani menatap mata sang ayah. Ia memang menyesal, tapi balapan termasuk hobby-nya.
"Ayah khawatir Lun sama kamu. Kalo kamu kayak gini, kamu terluka, ayah merasa gagal menjadi seorang ayah buat kamu!"
"Mas sudah! Tenangkan dulu diri kamu!"
Dahlia mencoba melerai, menenangkan Basuki dengan mengusap-usap bahunya,membuat Basuki melunak.
Aluna sudah merasa sangat pegal sedari dua jam yang lalu. Bayangkan saja, dua jam ia duduk memamtung seraya mendengarkan ceramahan ayahnya yang tidak ada hentinya.
"Maapin Luna, Yah!"
Basuki menghela nafas panjang.
"Ayah maapin kamu untuk yang kali ini, tapi kalau kamu mengulanginya lagi, ayah akan sita motor kamu!" ancamnya.
Aluna melotot kaget. Motor? Disita? Ia tak akan membiarkan itu terjadi.
"Luna tidak akan mengulanginya lagi, Yah."
"Ya sudah. Sekarang kamu tidur udah malem!"
Aluna bangkit dari duduknya. Aradela menatapnya dengan senyum miring.
Dasar tukang ngadu, batin Aluna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aluna
FantasíaAluna Syabilla Ermawan. Gadis tomboy dan kapten basket SMA Harapan. Ia dibesarkan hanya oleh seorang ayah. Karena, kecelakaan yang ia alami pada umur 5 tahun itu merenggut nyawa ibunya. Hari-harinya terasa nyaman sebelum ibu dan kakak tirinya hadir...