16.Kesedihan

28 4 0
                                    

Ketika kamu menggoreskan luka yang sangat dalam kepada seseorang. Orang itu bisa dengan mudahnya memaapkanmu. Tapi asal kamu tahu, rasa sakitnya itu tidak akan pernah bisa dilupakan.
***

"Sekarang Anda pergi!" teriak Alena sambil menunjuk pintu dengan air mata yang masih mengalir.

"Ale!" teriak Bunga.

"Apa, Bu? Ale sudah muak!" teriak Alena.

"Sebaiknya Bapak emang pergi dari sini, sekali lagi maafin Bapak, Nak. Bapak sangat buruk," ucapnya lirih dengan air mata yang masih membekas di pipinya.

Bram menghampiri Bunga, ia mengecup kening istrinya sayang.

"Maafin Mas. Mas bukan suami yang baik buat kamu, Mas akan mencari uang buat kesembuhan kamu. Tunggu Mas ya!" ucapnya tersenyum getir.

"Mas. Maafin Ale!" ucap Bunga lirih.

"Gapapa, Itu emang pantas Mas dapatkan. Mas pamit dulu!"

Dengan berat hati, Bram meninggalkan ruang rawat inap Bunga. Bunga sangat menyayangi suaminya, walaupun suaminya selalu berlaku buruk terhadap dirinya, Bunga masih tetap menyayanginya, hingga suaminya itu meminta maap dan berkata menyesal, membuat Bunga bersyukur.

Aluna menenangkan Alena yang masih menangis.

"Al-ale! Ale!" panggil Bunga lirih.

Aluna dan Alena segera mengahmpiri Bunga. Napas Bunga tersenggal-senggal sambil memanggil Alena. Suaranya terputus-putus.

"Cepat panggil dokter!" teriak Aluna.

Alena berlari kalang kabut memanggilkan dokter.

Tak beberapa lama Alena kembali dengan dokter dan beberapa suster.

"Ini harus segera dilakukan oprasi," ucap Dokter yang memeriksa Bunga.

"Lakukan Dok!" ucap Alena cepat.

"Baik. Tapi silahkan urus administrasinya dulu,"

Alena meneguk ludahnya, pasalnya ia tidak mempunyai uang untuk membayar oprasi ibunya.

"Baik, saya akan mengurusnya dengan cepat," jawab Aluna.

"Baiklah. Sus tolong sediakan ruang oprasi!"

"Lun?" panggil Alena.

Aluna menatap Alena iba, ia menepuk bahu kanan Alena. "Lo tenang aja, gue urus semuanya,"

Aluma dan Alena keluar dari ruang rawat inap Bunga, sebentar lagi Bunga akan dipindahkan ke ruangan oprasi.

"Kak, boleh ga saya pinjam ponselnya, soalnya ponsel saya mati," ucap Aluna saat ada orang yang melewati dirinya.

Orang itu seperti tidak mempercayai Aluna. Aluna pun merogoh uang seratus ribu dari tasnya, lalu menyodorkannya.

"Saya sewa ponselnya cuma buat telepon ayah saya," ucap Aluna meyakinkan.

AlunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang