T H R E E

2.8K 190 1
                                    

"Jadi? Bagaimana?" tanya Wonu untuk kesekiannya, berharap rencana yang sudah ia buat tidak ditolak.
 
Semua yang berada diruangan yang terdapat disalah satu rumah Rose terdiam, melihat kembali semua kertas-kertas yang tertempel ditembok berwarna cream itu.

  "Gini, nu. Kalo dikombinasikan dengan punya gue gimana? Gue ada setuju nggak setujunya soalnya" seru Irene disalah satu kursi yang diduduki diantara meja bundar berdiameter kecil tersebut.

Wonu menyernitkan dahinya, dan menghampiri Irene. Setelah itu mereka berdua sibuk membahas ulang rencana mereka.

Menyisakan tiga belas orang lainnya yang menyimaki pembicaraan kedua orang sibuk itu. Tak ingin mengubris lagi, yang lain memilih untuk melakukan aktifitas lainnya.

Sella, Lisa, ditambah lagi dengan Satma dan Michael—salah satu teman Wonu—membahas ulang tentang posisi nanti mereka akan melindungi semua teman-temannya itu

  "Gua baru legal dua tahun yang lalu kak, jadi ya cuman punya sniper sama pistol doang" ucap Michelle yang baru saja mendengarkan bahasan Sella mengenai pembagian senjata berpeluru itu.

  "Gapapa, lo bisa minjem punya Wonu nanti untuk yang lebih beresiko gini. Lagian yang dilegalin cuman yang senjata level empat. Pistol nanti kumpulin aja, buat mereka yang tetep nggak ngapa-ngapain cuman ya buat jaga diri aja" ujar Sella yang masih memfokuskan dirinya dengan semua senjata yang sudah dikumpulkan didepannya.

Satma berucap "Gua ada M4 dimobil. Mau gua ambilin dulu? Ada beberapa lagi sih di tas senjata warisan bokap gue"

  "Yaudah ayok ambil, gua ikut deh. Pasti banyak banget tuh. Gua bantu" timpal Lisa yang sedari tadi diam. Satma mengangguk dan meninggalkan ruangan itu.

Ditempat lain, ada Katie yang sedari tadi hanya merusuhkan keadaan. Dengan Jisa, Rose, Wendy, Daniel dan Hanbin—teman Wonu juga—yang membantu packing persediaan makanan.

"Katie, gue tau lu yang paling muda sama si Mark, tapi please stop comotin Lays yang baru mau gue pack ini" ucap Hanbin gemas.

Katie menghiraukan kata-kata Hanbin tersebut, dan lanjut memasukan crackers itu kemulutnya.

Datanglah Varel keperkumpulan orang-orang yang paling rusuh itu, dan memberikan empat paperbag berisi ransum-ransum untuk kelima belas orang yang bergabung itu.

  "Sumpah, si Wonu ama Kak Irene niat banget. Gua aja ampe harus mencerna ulang semuanya" sahut Varel yang menyenderkan dirinya ketembok dibelakanganya lalu merosot untuk duduk.

  "Gapapa lah, setidaknya itu untuk kita semua" timpal Jisa yang masih menghitung semuanya.

Semua mengangguk setuju, lalu melanjutkan packingan tersebut. Setelah itu terdengar teriakan diluar sana.

  "HEY YO MA BRO AND SISTAH! SAYA DATANG YUHUU"

Semuanya menoleh serempak kearah sumber suara itu, lalu hanya menjawab sambutan itu dengan tangan yang dilambaikan.

  "Laney, sini" panggil Jovanka dipojok ruangan itu.

Laney—teman dekat Jennie yang diundang untuk bergabung dengan mereka—menghampiri Jovanka dengan senyum yang lebar.

  "Gue kira gue telat, tapi mayan deh bisa nyampe setelah dikerubuni ama penjual topeng-topengan itu" ucap Laney sembari menduduki dirinya dan bergabung dengan Jennie dan Jovanka.

  "Hahah, emang parah bat. Sampe ada yang teriak 'the purge is the adult Halloween' ya coba aja ya logika, kalo emang ada trick or treat gue juga mau kali" cerita Laney sambil tiduran dengan tas selempangnya sebagai bantalnya.

[✔️] PURGE OVERNIGHT || blackvelvetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang