bab 19

3.3K 322 121
                                    

Entah berapa jam proses operasi yang menyiksa itu dan Haruto duduk disana dengan seluruh tubuh menegang dan tersiksa. Yoshinori masih menungguinya disana, sementara Jihoon sudah berpamitan karena puteranya membutuhkannya. Jihoon bilang, dia akan kembali besok pagi.

Lalu terdengar tangis bayi. Tangis bayi yang sangat kuat dan keras, seakan memompa seluruh udara yang ada ke dalam paru-parunya. Haruto terkesiap dan saling berpandangan dengan Yoshinori, tubuhnya makin menegang. Apakah itu suara anaknya?

Tiba-tiba di pintu ruang operasi menyala hijau, dan seorang perawat wanita keluar, memanggilnya.

"Tuan Watanabe Haruto."

Haruto diajak masuk ke ruangan dalam di bagian ruang persiapan operasi, yang menjadi pembatas antara ruang tunggu dengan ruang operasi

"Ini Putera anda Tuan Watanabe, kami menunjukkannya sebelum dia dibawa ke kamar bayi."

Bayi itu menangis begitu keras, seolah-olah memprotes kenapa ia direnggut dari kehangatan yang nyaman di dalam perut ibunya ke dunia yang penuh marabahaya ini.

Haruto mengamati bayi itu dengan takjub, makhluk kecil tak berdaya itu, yang selama ini tumbuh di perut Junkyu, darah dagingnya, yang tumbuh karena percintaannya dengan Junkyu. Makhluk itu begitu tak berdaya, dan ingatan bahwa Haruto memusuhinya dulu terasa begitu konyol.

Bayi laki-laki ini anaknya. Buah cintanya dengan Junkyu.

Perawat itu menunjukkan alat kelamin bayi itu, dia anak laki-laki yang sehat. Dan wajahnya itu, yang bahkan sudah menunjukkan kemiripannya dengan seluruh keturunan keluarga Watanabe.

Lalu perawat itu membawa sang bayi ke ruangan khusus. Sejenak Haruto masih tertegun disana, lalu teringat kepada Junkyu... Junkyu... bagaimana keadaan isterinya?

"Suster." Haruto memanggil perawat itu, berusaha agar tidak terdengar panik, "Bagaimana dengan isteri saya?"

Perawat itu melirik ke ruang operasi, "Masih belum sadar, Tuan. Kondisinya cukup stabil meskipun kita tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini. Anda bisa melihatnya nanti ketika dia sudah dipindahkan dari ruangan operasi ke ruangan ICCU."

Lalu perawat itu pergi meninggalkannya, memaksanya menunggu dalam ketidakpastian yang menyiksa lagi.

Kalau dulu, Haruto pasti akan membentak, memaksa, menggunakan cara kasar agar mereka menuruti kemauannya.

Aku ingin melihat Junkyu segera! Kenapa para Dokter tidak becus itu begitu lama menanganinya?!

Tetapi Haruto menahan dirinya. Tidak. Mereka sedang menyelamatkan Junkyu. Ia tidak boleh mengganggu mereka, karena nyawa Junkyu sedang dipertaruhkan disana.

***


Ruangan ICCU itu sepi, hanya ada Junkyu dan suara detak jantungnya yang berasal dari monitor kecil di samping tempat tidurnya. Junkyu masih belum sadarkan diri, dan menurut penjelasan dokter tadi, kondisinya masih belum lepas dari kritis.

Haruto duduk disana, di samping ranjang Junkyu, mengamati wajah pucat Junkyu yang terbaring lemah. Ia pernah mengalami ini sebelumnya dan ternyata Jasmine tidak pernah terbangun lagi. Akankah Junkyu melakukan hal yang sama pada dirinya?

"Kau tidak boleh meninggalkanku, Junkyu." Haruto menggeram parau.

"Kau tidak boleh meninggalkanmu sebelum aku mengizinkanmu. Putera kita menunggu disana, ingin dipeluk oleh ibunya, kau harus membantunya tumbuh menjadi anak yang sehat yang..." suara Haruto tertelan, menyadari bahwa ia sudah berkata-kata terlalu banyak.

Haruto lalu menyentuh jemari Junkyu dan menggenggamnya.

"Maafkan aku." bisiknya parau.

"Maafkan aku karena selalu memaksamu, menyakitimu, bahkan ketika kau mengandung anakku, aku tidak pernah memperhatikanmu seperti seharusnya."

[M] Sleep With The Devil + Harukyu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang