0.12 - "Ega Cuma Mainan"

16.7K 1.5K 22
                                    

"Mas Ju—" Kara langsung diam ketika Juna menaruh telunjuk di bibir.

Gadis itu mengangguk kemudian duduk di samping kakaknya yang tengah teleponan dengan seseorang.

"Yang ini beneran putus? Atau Tiala minta putus tapi Ega nggak mau?"

Kara refleks menoleh pada Juna. Putus? Ega dan Tiala?

Gadis itu memasang telinga baik-baik. Matanya sok sibuk membaca buku Biologi yang ia temukan di sofa.

"………………………"

Kara tak bisa mendengar dengan jelas apa yang dikatakan lawan bicara Juna. Kara hanya bisa menebak kalau itu suara Jino.

"Oh? Ho'oh ……… Iya, sih .... Ya, nggak gitu maksud gue …… Haha, beneran galau? Ega modelannya gimana dah kalo lagi galau?"

Kara rasanya gatal ingin menyuruh Juna me-loadspeaker handphone-nya.

Cewek itu jadi melamun dan bergulat dengan pikirannya.

Ega dan Tiala putus?

Terdengar seperti kabar bahagia untuk Kara. Namun rasanya salah kalau Kara berbahagia pada kesusahan orang lain.

"Dek."

"Eh, iya." Kara menoleh terkejut pada kakaknya. Ia mengerjapkan mata. Ternyata Juna sudah selesai teleponan.

Juna sedikit mendengus. "Kamu kenapa sih? Akhir-akhir ini seneng banget ngelamun. Lagi mikirin apa? Cowok, ya?"

"Enggak yeee, sok tau!" elak Kara. Tapi gerak geriknya jelas bisa dibaca oleh Juna.

Juna mencibir pelan. "Terus mikirin apa? Beneran Mas Juna nggak boleh tau nih?" Cowok itu tak mau terang-terangan kalau dirinya tahu bahwa Kara berbohong.

Kara menunduk pelan. Sebenarnya dia paling tidak enak kalau menyembunyikan sesuatu atau berbohong pada Juna.

"Eumm … mungkin nggak sekarang. Aku belum bisa cerita," ucap Kara pelan.

Juna mengangguk paham sambil mengusap sayang kepala Kara. "Ya, udah, nggak pa-pa."

"Tadi, siapa yang … telponan sama Mas Juna?" Tak bisa terus diam, Kara perlu memastikan.

Alis Juna sampai terangkat. Kara bukan tipe yang akan penasaran dengan siapa yang berbincang dengan Juna di telepon. Tapi pemuda itu tetap menjawab, "Bang Jino."

"Tadi kayaknya aku denger ada yang  putus-putus gitu. Siapa yang putus? Bang Jino? Emang Bang Jino udah punya pacar lagi?" tanya Kara berusaha tak terlihat berbeda.

"Bukan Bang Jino, tapi Ega." Juna berucap.

"Oh, ya?"

Kara pura-pura terkejut. Oke, dia sedang bermain peran. "Putus? Ya, ampun, beneran putus?" ucap Kara sok menyayangkan.

Juna hanya mengangguk kalem.

"Padahal udah lama kan, ya. Udah dua tahun lho. Sayang banget...." Kara mengembuskan napas agar semakin meyakinkan.

"Bertahannya hubungan nggak selalu bergantung pada berapa lamanya terjalin, Dek. Kalo masing-masing udah ngerasa nggak cocok dan nggak bisa lanjut, mungkin pisah adalah jalan yang terbaik. Ada kan yang udah menjalin hubungan sampai belasan tahun bahkan, tapi mereka udah nggak bisa satu tujuan dan akhirnya memutuskan berpisah. Cinta nggak bisa dipaksakan. Jodoh udah ada yang ngatur."

Kara mengangguk-angguk mendengar penuturan Juna.

"Emang Bang Ega sama Kak Tiala kenapa putus, Mas?" Kara akan mulai mengorek-ngorek.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rasa Tanpa SuaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang