Malam Tahun Baru

20 1 0
                                    

Semua teman-temanku mulai sibuk mempersiapkan diri untuk barbeque-an di rumah teman yang lain. Semua grup chat menjadi sangat ramai, grup gumbulan masa kuliah, grup gumbulan mantan teman sekantor, yang sudah pasti aku tidak ikut satupun diantaranya. Aku memilih untuk beriktikaf di rumah, marathon beberapa seri di Netflix yang tidak sempat aku selesaikan sebelumnya.

Dua malam tahun baru sebelumnya menjadi hal yang menyenangkan untuk berdiam diri di rumah dan menunggu jam 12 lewat, kemudian aku menelpon Lani untuk mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Tapi, karena dua bulan lalu hubunganku dengan perempuan yang sangat sombong mengenai hari ulang tahunnya karena dirayakan oleh seluruh masyarakat dunia itu berakhir setelah dua tahun bersama, malam ini aku menganggur dan aku memang tidak terlalu suka ke mana-mana. Lagi pula, Surabaya itu kota besar, sudah pasti jalanan macet tak karuan dan justru bikin sumpek. Selain itu Mama juga dari dulu tidak suka kalau anak-anaknya keluyuran di malam tahun baru.

"Wes nggak usah ke mana-mana! Di rumah aja! Jalan rame. Bahaya!" nasehat Mama yang selalu diberikan pada dua kakak perempuanku dan aku.

Menanggapi malam tahun baru, Lani selalu bilang, "Halah lapo metu, menak turu" (Halah ngapain keluar, enak tidur) yang memang ada benarnya.

Bahkan Lani sendiri menganggap malam tahun baru itu tidak berguna kalau hanya hura-hura. Tapi kalau untuk merayakan resolusi satu tahun yang tak terlaksana katanya sih boleh saja.

Lani tak pernah tahu apa resolusinya atau lebih tepatnya tak pernah memberi tahu pada siapapun apa resolusinya. Jadi dia adalah salah satu orang yang tidak mengunggah hal berbau resolusi di media sosial.

'Nggak punya' jawab Lani ketika anak-anak band dengan iseng menanyai Lani di grup chat tentang resolusi sebagai anak yang lahir tepat di tanggal satu januari.

'Mosok gak nduwe?' (nggak punya) Tanya Sekar si vokalis.

'Yo nduwe sih. Tapi mbuh yooo, aku bingung soal e resolusiku gak isok dijelasne. Yo koyo gak nduwe. Tapi kan pasti koyok wong² sing pengen menjadi lebih baik dan iku biasa e selalu berkembang, tahun iki pengen berbuat opo ta tahun wingi wes berbuat opo? Diupgrade Tapi yo gak detail koyok pengen kuru ta lemu. Lagian loh lak rencana diumbar biasane gak kelakon' (ya punya sih. Tapi nggak tahu yaa, aku bingung soalnya resolusiku nggak bisa dijelasin. Yaa kaya nggak punya deh. Tapi kan pasti kaya orang-orang yang ingin menjadi lebih baik dan biasanya selalu berkembang, tahun ini mau berbuat apa atau tahun kemarin sudah berbuat apa? Diupgrade. Tapi yaa nggak sedetail kaya pengen kurusan atau grmukan. Lagian loh kalau rencana diumbar biasanya nggak terlaksana) jelasnya membuat kami paham bahwa Lani adalah Lani yang super biasa saja.

Ketika aku pernah iseng tanya, "Tahun ini udah ngapain aja?" saat malam tahun baru pertama kami via telepon.

"Udah dapat pacar" jawabnya yang langsung kami sambut dengan tawa.

"Hee beneran aku"

"Hmmmmm", dia berpikir sebentar lantas berdehem, "Tahun ini udah berhasil nggak males dan bisa KKN dan magang tepat pada waktunya. Dua semester ini udah bener-bener ngerjain tugas mingguan nggak ada utang. Eh! Ada ding satu matkul wajib sing nggak tak suka itu" membuat aku tertawa ringan.

"Alhamdulillah udah bisa bener-bener fokus aku" tambahnya.

"Yaa itu karena punya pacar" candaku.

"Yoiyola! Pacarnya kan udah nggak sekampus, kalau masih sekampus ya nggak fokus kuliah laa sibuk pacaran, nempel ke mana-mana" tanggapnya yang sebenarnya komentar satir kehidupan pacaran beberapa temannya yang pacaran dengan teman satu program studi

Menghilangkan Lani dari hidupku tidaklah mungkin, dia adalah teman yang baik, bolo ngeband, konco ghibah ormawa sebelum aku menembaknya dengan sangat garing beberapa jam setelah sidang skripsiku yang alhamdulillahnya dia terima.
Aku rasa tidak benar kalau kami harus benar-benar saling menjauh setelah putus. Lani mengajak putus dengan baik-baik, aku menerima dengan lapang dada, tapi aku terlihat tidak terlalu baik-baik saja setelahnya.

Aku ingin kembali menjadi temannya, seperti awal mula kami bertemu dan berbicara, seperti saat kami ngeband bersama untuk melepas lelah dari tugas kuliah.

Aku tak benar-benar tahu Lani sebelum kami bertemu dan ngobrol lebih lama saat latihan band JIASA yang pertama kali, tiga bulan setelah setelah awal perkuliahan dimulai, yang membuatku kaget kalau ternyata mahasiswa baru yang terlihat sangat biasa itu juga seorang yang punya passion yang besar terhadap musik.

Sebagai seorang asisten dosen, aku bisa hafal degan mudah nama dan wajah mahasiswa baru, tapi memang anak-anak yang lebih aktif di kelas yang cepat akrab denganku. Lani sendiri bukan mahasiswa yang aktif di kelas, bahkan cenderung diam, maka ketika dia ternyata punya passion lain selain di dalam kelas yang membosankan, aku jadi senang melihatnya. Aku tahu itu membosankan baginya karena setelah beberapa kali ngeband bersama, dia sebenarnya bukannya tidak mempunyai pendapat tentang materi yang diberikan di kelas, dia hanya malas bersuara, tidak ingin mengeluarkan apa yang dia pikirkan, dia hanya tidak ingin.

"Ternyata kamu pinter ya, Lan" ucap Reza, teman seangkatan Lani dan juga gitaris JIASA, sedikit terpukau ketika Lani menjelaskan tentang musik Jazz dan pengaruhnya terhadap persebaran demokrasi saat kami dengan sangat randomnya mengobrol tentang musik di kantin kampus, dan hanya ditanggapi Lani gendikan bahu, tak peduli.

Dia memang tak tahu segala hal seperti anak-anak emas di kelasnya karena pada dasarnya dia ingin tahu banyak hal, maka dari itu dia banyak diam dan menikmati ketika teman yang pandai sedang mengeluarkan pendapat atau sesekali berdebat. Mungkin kesannya tak seharusnya seorang mahasiswa seperti itu. Tapi, ruang kelas memang bukan taman bermain Lani. Dia sangat gesit sekali di Himpunan dan kegiatan ormawa lainnya. Serta diam diam begitu dia bisa memainkan banyak alat musik dari tradisional Indonesia hingga modern umum, yang membuat orang saat pertama kali melihatnya pasti langsung melongo.

Selamat Ulang Tahun, Lan!
Semoga resolusimu terus berkembang.

Aku kirimkan pesan pada Lani dan langsung dibalasnya dengan ucapan terima kasih dan stiker lucu.

Ya dia masih Lani yang sama.
Yang tak bisa pura-pura tak melihat notifikasi pesan masuk dan memilih menunda untuk membalasnya.
Aku saja yang berbeda.

Interval [COMPLETED||LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang