02 | Hello

2.6K 480 111
                                    

Eunha menghela nafasnya kasar, sebulir keringat meluncur bebas di kening nya. Mata bulat nya menyipit saat sinar matahari menusuk ke dalam netra nya.

Gadis itu sedang melaksanakan hukumannya karena datang kesiangan. Sialan, karena kejadian tidak masuk akal kemarin membuat dirinya tidak bisa tidur.
Dan harus terlelap pukul 2 dini hari.

Untungnya hari ini semua kelas sedang sibuk belajar tidak ada satu pun jam kosong. Jadi, Eunha tidak perlu malu di hukum seorang diri menghadap tiang bendera.

Ada baik nya juga ia di hukum, karena ia bisa menghindari pelajaran sosial yang membuat nya dua kali lipat akan mengantuk. Bukan diri nya saja sendiri sih, hampir semua murid kelas nya akan mengantuk.

Mata bulat nya ia pejamkan. Rasa kantuk menyerang nya. Angin berhembus menerbangkan surai pendek nya yang sedikit basah karena keringat.

Merasa ada seseorang yang ada di samping nya. Eunha membuka matanya lalu menoleh.

"AAAAAAAAK!"

Sialan, mulut laknat. Tidak bisa di ajak bekerja sama. Bagaimana bisa ia berteriak di depan wajah Jungkook—si pangeran sekolah.

Heol, bodoh.

"Eunha Kiandra. Apa yang kau lakukan tadi? Dimana sopan santun mu?"

Bulu kuduk Eunha meremang. Astaga, kenapa sial sekali hari ini. Menatap takut-takut guru bimbingan konseling nya. Meringis seperti orang bodoh.

"M-maaf, bu." cicit nya pelan seraya menunduk.

"Minta maaf lah dengan Jungkook! Berdiri yang benar! Ibu lihat dari tadi kamu bermalas-malasan." setelah mengucapkan itu, wanita paruh baya itu pergi dari hadapan mereka.

Ya, mereka. Eunha dan Jungkook.

Eunha tidak bohong jika lelaki itu memang sangat tampan. Pantas saja semua orang menyukai nya. Bahkan di luar lingkungan sekolah pun lelaki itu populer.

Sudah tampan, sopan, pintar, dan kaya raya. Siapa yang tidak mau dengan nya? Jika kita lihat menelisik gaya nya saja. Dimana-mana adalah jutaan. Seperti sepatu keluaran terbaru bulan ini yang ia pakai sekarang. Dan jam tangan rolex dengan harga selangit.

Patut di heran kan, ia mau sekolah atau fashion show. Dasar, orang kaya pasti seperti itu.

"Hei, apa ada yang aneh dariku? Sedari tadi kau memperhatikan ku dengan tatapan seperti menjijikkan?"

Eunha terkesiap, mata bulat nya melotot. Ia tidak sadar jika tadi memperhatikan lelaki itu sampai detail. Eunha membungkuk lalu membalikkan badan nya menjadi ke depan.

Malu yang ia rasakan saat ini. Dasar, Eunha bodoh. Bisa-bisa kau di hujat oleh fans fanatik lelaki itu. Ia menggeleng kan kepalanya yang mendadak pening.

"Hei, kau belum menjawab ku? Apa ada yang aneh dari ku?" tanya lelaki itu sembari melirik gadis bersurai sebahu dengan gemas.

Ya, Jungkook akui gadis yang ada di samping nya ini sangat lucu dan menggemaskan. Mata nya bulat seperti boneka. Hidung jambu seperti milik nya. Pipi gembul seperti bakpao. Dan jangan lupa kan bibir plum cerry nya yang menggoda.

Kaki mungil Eunha berjalan sedikit demi sedikit agar bisa berjauhan dengan lelaki tampan itu. Ia tidak mau ada gosip yang aneh-aneh. Apalagi jika berurusan dengan geng adik kelas yang sudah terkenal karena aksi bully nya.

"Kenapa kau menjauh?" tanya Jungkook.

"Kau berbicara dengan ku?" tanya Eunha, jari telunjuknya mengarah ke arah nya.

Lelaki itu mengangguk sembari tersenyum lebar sampai memperlihatkan deretan gigi nya.

"Jangan sok kenal dan jangan coba-coba berjalan kemari." balas Eunha dengan tatapan mematikan yang jatuh nya menggemaskan di mata Jungkook.

"Oke, baiklah."

Kini hening hanya ada suara angin berhembus. Dan suara burung berterbangan. Terik matahari juga tidak seperti tadi. Tidak begitu menyilaukan.

"MAMA!"

"WAH MAMA DAN PAPA!"

"KALIAN BERKENCAN? WAH, KEREN."

Gadis bersurai hitam itu mendongak melihat lelaki remaja yang ia lihat kemarin. Berdiri dengan tenang di deretan kelas atas.

Astaga, cobaan apalagi ini. Omong kosong berkencan. Mama dan Papa katanya? Bodoh.

Eunha menatap sinis lelaki yang mengaku anak nya itu. Wajah nya sudah merah padam ingin meledak.

"Ma, aku ingatkan nanti pulang kau harus ke taman lagi!"

"Dan beberapa detik lagi kau akan terjatuh dengan tidak elit lalu di tolong oleh Papa!"

Tangan gadis itu mengepal erat. Entah, rasanya melihat lelaki jadi-jadian itu membuat nya emosi.

"YAK KAU SOB—"

BRUK

Lelaki yang berada di kelas atas itu, menumpu tangannya di pinggiran pembatas. Lalu memutar bola mata nya malas.

"Mama memang dari dulu sudah keras kepala ternyata." gumam nya lesu.

●❯────────────────❮●

Aku nulis apa coba?
Gak tau deh ini ngefeel apa gak, wkwk.
Maaf, kalau gak ngefeel :(

HelloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang