"Eun, gak pulang?" Yuna menepuk bahu teman sebangku nya itu.
Bel pulang berbunyi 6 detik yang lalu, tapi dirinya enggan beranjak dari duduk nya. Otak nya masih menyusun cara agar bisa bertemu dengan Soobin.
"Eun, Yun. Kita pulang duluan." pamit Jihyo sembari marangkul Mina.
Yuna dan Eunha mengangguk. Kelas hampir kosong. Hanya ada Yuna, dirinya dan juga anak-anak yang piket.
"Aish, anak ini benar-benar. Aku pulang duluan ya!" Yuna mendengus kesal lalu berjalan keluar kelas dengan kesal.
Oke, sekarang tinggal tunggu orang-orang ini pulang dan Eunha bisa menjalankan misi nya.
Gadis berambut sebahu itu bangun dari kursi nya sembari memakai tas ransel ungu nya lalu berjalan keluar kelas.
Yang di lakukan pertama adalah memastikan tidak ada siswa-siswi yang masih berkeliaran di area sekolah.
Oke, sepertinya ini pekerjaan yang cukup berat karena ia harus berkeliling sekolah. Mengecek satu persatu ruangan.
Tapi, akhirnya tidak jadi. Karena membayangkan nya saja sudah lelah. Bisa-bisa ia mandi keringat nanti.
Lebih baik ia memperhatikan saja dari kantor tata usaha. Ya, sama saja bohong sebenarnya. Tidak ada gunanya juga memperhatikan dari ruang tata usaha yang tempat nya lumayan jauh dari deretan kelas. Apalagi mata nya itu sedikit buram.
Langkah pendek nya berjalan menyusuri koridor kelas sepuluh yang sudah sepi. Berbeda dengan kelas sebelas dan dua belas yang masih ada anak-anak piket.
Tujuannya sekarang adalah koperasi. Ia butuh minum. Otak nya sudah bekerja memikirkan rencana yang membuat nya pusing.
"Soobin, menyusahkan saja sih." desis nya.
Netra nya membulat melihat suaminya--Ah tunggu bukan suami tapi calon suami. Ada apa sih dengan otak Eunha sekarang!
Lelaki itu sedang berjalan menunduk--memainkan ponsel. Kalau jatuh tahu rasa nanti. Cih, kalau sampai benar lelaki itu terjatuh Eunha yang akan pertama kali tertawa dengan keras.
Mata bulat nya melotot sampai-sampai bola matanya seperti ingin copot keluar dari sana. Lelaki itu mendongak, ponsel nya di masukkan ke saku celana nya. Dan berjalan agak cepat ke arah nya.
Arah nya?
ARAH NYA?!
Oke, ini bahaya. Ia harus segera lari. Seperti rencana yang sudah ia tulis. Pada nomor dua tertulis harus menghindari Jungkook si pangeran sekolah.
Satu, dua, tig——
Brukk
Nasib buruk--sangat buruk. Kenapa bisa terjatuh sih. Dasar lantai tidak bermutu. Dengan cekatan Eunha bangun dari jatuh nya. Sedikit meringis karena lutut nya sakit.
"HEII! EUNHA!" teriakan Jungkook seakan tuli di pendengaran nya.
Eunha berlari dengan kencang. Sepertinya ia tidak punya banyak waktu lagi. Menoleh ke belakang melihat Jungkook yang ikut berlari membuat dirinya panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello
Fanfiction❁┊# Eunha pusing ia harus percaya atau tidak dengan seseorang yang mengaku sebagai anak dari masa depannya. Anak dari dirinya dengan Jungkook, laki-laki yang cukup populer di sekolah nya. ©3UNHATHETIC,2020.