05 | Hello

2.3K 386 66
                                    

Entah kenapa Jungkook merasa kalau dirinya dengan gadis yang baru ia temui kemarin itu adalah takdir. Ia merasa kalau dirinya terikat dengan gadis berpipi gembil itu.

Menurut nya Eunha itu wanita terlucu setelah adik sepupu nya. Kalau dilihat gadis itu tidak terlalu cantik hanya lucu dan imut. Tapi sedikit cantik. Ah, susah di jelaskan.

Melihat wajahnya sekilas saja membuat Jungkook penasaran setengah mati dan ingin lebih mengenal gadis itu.

Pipi berisi milik gadis itu akan memerah saat sedang marah dan mata bulat nya yang jernih seperti mata kelinci. Se-menggemaskan itu jika dilihat.

Membuat tanpa sadar Jungkook tersenyum lebar saat jam pelajaran. Senyum nya itu tak luput dari teman-teman kelasnya. Ada yang menatap aneh dan kagum. Kapan lagi seorang pangeran sekolah tersenyum dengan lebar di saat seperti ini.

"Sekarang cari teman kelompoknya yang sudah saya sebutkan tadi." suara tegas milik Pak Sindoro membuat lelaki itu terkesiap.

"Jung, ayo." ajak teman sebangku nya.

Jungkook yang tidak tahu apa-apa karena sibuk memikirkan gadis lucu itu mengikut saja.

"Welcome to my guys." celetuk lelaki berhidung mancung.

"Dek, jangan kebiasaan." seru lelaki berkulit putih yang menjadi urutan ke 4 orang tertampan di sekolah.

Jungkook tertawa kecil lalu menatap teman satu kelompok nya. Lelaki itu hanya tahu nama tapi tidak akrab. Menjadi orang terkenal membuat dirinya memilih-milih teman. Ia takut hanya di manfaatkan saja.

"Untung saja kelompok kita anak pintar semua." seru teman sebangku nya.

"Tapi maaf Mingyu, kelompok ini gak terima orang yang gak sama sekali kerja." sungut gadis yang duduk tenang di samping nya.

"Nyai serem ih." kata Deka bergidik.

"Ayo, mulai jangan kebanyakan bercanda." saru Jungkook menengahi.

"Ayoo." balas serempak.

Lelaki tampan itu menggaruk surai nya, "Btw, yang mana yang di kerjakan nya?" tanya nya yang di soraki oleh teman kelompok nya.

—000—


"Yuna, kau percaya tidak dengan hantu?" bisik Eunha tepat di telinga teman sebangku nya itu.

Saking terkejutnya Yuna melempar pulpen kesayangan nya ke arah depan. Mendarat sempurna di samping sepatu guru mengajar. Terkutuk lah wahai Eunha Kiandra, pulpen kesayangan nya sudah di depan ajal.

Yuna kesal sekali menatap sinis gadis di samping nya yang menyengir tanpa dosa. "Maafkan aku, Yuna." seru nya pelan.

Yuna memutar bola matanya malas dan lanjut berpura-pura memperhatikan guru yang sedang mengajar. Guru yang sedang mengajar itu termasuk jajaran guru killer di sekolah nya. Di takuti oleh para murid.

"Jangan lihat kemana-mana! Lihat ke papan tulis dan perhatikan!"

Semua anak kelasnya memperbaiki posisi duduk menjadi tegak. Dan menatap ke arah papan tulis yang berisikan materi yang membosankan. Eunha sudah mempelajari itu di rumah dan sudah paham.

"Yuna, kau percaya ada hantu tidak?" bisik Eunha lagi.

Kali ini Eunha menepuk pelan lengan teman sebangku nya itu. Untung saja tadi Yuna tidak mengeluarkan suara maut nya. Habis lah riwayat nya nanti.

HelloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang