🍀♡HEART LANGUAGE♡🌺 (Socmed Au)

36. Menua Bersama

*author's pov*

Sepanjang jalan, onyo sama sekali tidak berkutik. Sudah lelah dengan mami papi nya yang gamau ngasih kejelasan tentang ini semua.

Jelas sih ini perjodohan.

Tapi, perjodohan. Yang sangat mendadak. Dan sepihak.

“Kamu ikut dulu sama mba Rina di sana yah. Mami papi harus ketemu sama calon mertua kamu”

Begitulah. Setiap langkah yang onyo ambil, di atas wedges yang dia pakai, seberat itu, hingga tatapannya selalu mengarah ke bawah, mengikuti langkah kaki di lantai.

.
.
.

273..

274..

275..

276..

.
.
.

Aku sudah menjauh dari mu sekian langkah. Semakin berat, setiap angka ini bertambah. Semakin besar juga rasa menyesalku.

Aku semakin benci diriku. Karena harus mencintai seseorang yang tidak kukenal.

Gimana caranya?

Kenapa begitu mudah mencintaimu? Tapi begitu sulit untuk tidak mencintaimu?

Aku benci harus mengakui kutipan ini. Yang selalu dituliskan di banyak buku.

Level tertinggi mencintai seseorang. Adalah melepaskannya?
Menyetujui apapun yang dia inginkan?

Hell nah. Bullshit.

Aku malah semakin terpuruk karena ini.

Aku ingin sekali membencinya. Tapi aku tidak bisa.

.
.

“Dek Wonie? Lagi gaenak badan?” tanya mba Rina. Menyadari onyo yang dari tadi tidak melepas pandangannya ke lantai, mengikuti langkah kaki mba nya.

“Hah?

Wonie?

Eh.. engga kok mba. Melamun... aja”

Onyo mulai mengangkat kepalanya. Dia harus bisa menerima ini. Mengingat kedua orang tua yang sangat disayangnya, mempercayai anak gadis satu2nya untuk dijodohkan oleh orang yang juga dipercaya mereka untuk menjadi pendamping hidup onyo. Meski onyo tak tahu dia siapa.

Berat.

Tapi akan lebih berat jadi mami papi.

Mereka mempercayakan seluruhnya hanya untuk lelaki yang ada di ruangan ini. Ruangan di depan Mba Rina dan onyo. Onyo ga mungkin mematahkan kepercayaan mereka detik ini juga.

<“Karena akhirnya kamu akan jadi nahkoda keluarga kita sama suami kamu, onyo”>

Onyo, lo pasti bisa. Lo bisa menghadapi ini.