24. Chance and Deal

58 8 1
                                    

*author pov*

"onyo, jangan liat belakang" sahut dongpyo tiba, pakai suara rendah

"Hah? kenapa dah"

"Udah pokoknya jangan. Gausa ngeyel"

"Lo kayak gitu bikin gue makin kepo" mata onyo jadi berusaha ngintip2 ke belakang tapi masih blm merampungkan tatapannya dgn dongpyo.

"Plis nurut gue sekali aja"

"Gaada, permintaan lo abis"

"YA GA GITU MONYET"

Onyo reflex noleh. Emang ya? Aturan dibuat untung dilanggar? Harusnya engga. Mungkin lebih tepatnya, orang2 jadi makin kepo kalau dibuat sebuah aturan, makanya rawan dilanggar. Begitu onyo liat ke belakang, dia melihat pemandangan... yang cukup menyakitkan?

.
.
.

Dongpyo yang tanggap saat itu juga, reflex megang pipi onyo, biar ngadep depan lagi.

"Udah gue bilang. Jangan. Lihat. Belakang."

"pyo, ayo pergi" bisik onyo, agak bergetar.

"makannan lo belum abis onyo?!"

"Gue udah kenyang"

"Bohong. Gak. Kita gaakan pergi sebelum lo habisin makanan ini"

Pyo yang masih megangin pipi onyo, sedikit curi2 pandang pada pemandangan yang--mungkin saja-- akan membuat mood onyo semakin buruk.

Belum semenit, pyo lepaskan cengkraman lembut di pipi onyo

"Ayo habisin gue tungguin, gausa buru2"

"k... kenapa lo stop..?"

"setannya udah pergi"

"boong ya?"

"ck mesti"

"ini setannya masih di depan gue?"

"Anjeng, lo abisin sendiri aja lah" dongpyo menggerakkan badannya seolah mau berdiri--padahal dia tidak bermaksud begitu-- dan lengannya langsung digenggam oleh tangan onyo.

"IHH JANGAN ATUH TEMENIN GUE!!"

○○○

○○○

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🍀♡HEART LANGUAGE♡🌺 (Socmed Au)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang