Furihata Kouki

40 2 2
                                    

Hari terakhir liburan musim panas dan dua manusia berbeda tinggi badan yang mencolok lagi asik merenung di sebuah kafe kucing. Satu yang tinggi dan kepalanya pelontos udah empet banget mukanya. Keliatannya dia udah sebel banget berada diantara belasan kucing yang sibuk mengeang-ngeong gak jelas maunya apa. Mana dia gak ngerti bahasa kucing sama sekali, jadi gak bisa minta kucing-kucing itu diam. Tapi, dari pada kucing berisik yang mengganggu pendengarannya ada satu yang lebih menyebalkan. Temannya yang lebih pendek, agak kurus dan berambut coklat muda.


Yah, demi sahabat lama yang lagi galau si pelontos mau-mau aja menemani proses merenung si rambut coklat. Kawahara Kouichi -yang tinggi- dan Furihata Kouki -yang lebih pendek 10 senti- masih awet aja mendekam ditengah ruang yang serasa pet shop. Dan semua gara-gara Kouki. Sudah sejak mereka pulang dari bandara nih anak kesayangan seluruh warga komplek perumahan Tokyo Damai galau gak ketulungan. Gegaranya sih dia ditinggal pergi salah satu sobat baiknya. Sobat baik Kawahara juga, tapi dia gak segalau si Kouki ini. Sebenernya udah bisa diprediksi dari perjalanan berangkat -Mengantar Fukuda sekeluarga pindah ke Indonesia- kalau si Kouki bakal galau. Yang tak terprediksi adalah tragedi penyeretan Kawahara ke kafe kucing oleh remaja pecinta kucing yang manisnya kayak kucing: siapa lagi, Furihata Kucing! Eh, Furihata Kouki. (Maaf Author salah panggil) (kou: itu kesalahan yang disengaja!!!) (author #kabur)


"Dih, Kou! Lama-lama bisa berubah jadi dewa kucing deh lu!" Kawahara, sudah sekian kali mengingatkan.


"Masa bodo! Kalau jadi dewa gue enak bisa teleportasi!"


"Dasar anak kebanyakan micin! Yang ada lu jadi pengasingan di Pulau Tashirojima*"


Kouki hanya menghela nafas. Temannya ini antara peduli atau tidak sih dengan kegalauannya?! Mana ada sahabat yang nyumpahin sahabatnya sendiri ketika sahabat yang lain pergi merantau jauh di seberang samudra? Yang gak bakal balik kalo belum tiga tahun? Kouki takut, kalau nanti Si Fukuda -sahabatnya yang lain- bakal jadi terkutuk bak Malin Kundang dan gak inget anak istri bak Bang Toyib. Efek dari googling hal-hal aneh tentang Indonesia sih ini. Kouki memang terlalu niat~


"Hhhhhhhhhh~~~~~" sudah keseratus lebih sedikit kali nih Kouki buang napas. Kawahara yang ngitung aja capek!


"Udahlah, Kou. Gua tau nih lu merasa kehilangan banget. Tapi gak harus gini juga. Lu tau kan kalo semua orang ada kalanya harus pindah? Ada yang pergi ninggalin, ada juga yang di tinggalin. Makanya harus sabar. Kalau emang jodoh buat ketemu, jarak gak memisahkan kok." Si Kawahara mulai bijak. Emang dari mereka bertiga biasanya dia yang suka ngasih nasihat-nasihat kalau lagi kepepet.


"Cihh...omongan lu udah kek pakar cinta aja! Tapi sori ye, gue gak naksir Fukuda." Kouki sengit. Tapi moodnya mulai membaik.


"Gak ada yang bakal percaya juga kalo lo naksir dia! -lebih tepatnya gue gak merestui- " kalimat terakhir itu cuma dibatin Kawahara


"Lu inget kan janji kita bertiga sewaktu SMP dulu? Kalau gak bakal ada dari kita yang jatuh cinta satu sama lain? Semua harus nyari pasangan sendiri."


"Iya... Gue cuma galau aja. Kok rasanya bakal sedih banget ya gak ada Fukuda. Kerasa kurang rame." Kouki sedih.


"Pasti bakal ada yang kurang. Tapi kan masih ada teman yang lain. Inget wintercup? Tim basket lagi butuh semua personel sekarang. Gak ada waktu buat sedih-sedih kalau kita mau menang kali ini."


Tiba-tiba Kouki jadi ingat kekalahan timnya dari Perguruan Toou. Sakit memang, Kuroko aja yang anaknya kalem nyampe nangis. Kagami yang dikenal strong tapi polos dibuat gak bisa apa-apa. Berkata-kata aja sulit. Ugh! Rasanya kalau ingat mereka kalah Kouki bakal membuang diri ke Palung Mariana. Saking gak bergunanya dia waktu itu, lebih baik jadi makanan hiu! Itung-itung ikut melestarikan satwa langka. Kouki, your suicidal tought is on another level!

[AkaFuri] Sekedar CurhatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang