n. yuu | cooking time

4K 674 137
                                    



ー✻ー


          Di dapur keluarga Nishinoya, ada seorang gadis yang sedang sibuk memotong sayuran. Suara aduan pisau dan talenan terdengar menggema di penjuru dapur.

Sore hari ini hujan turun dengan lebat, suara gemuruh terdengar keras dari balik awan hitam. [name] berinisiatif untuk membuat sup miso dan sup tofu hangat agar mereka berdua tidak kedinginan.

[name] berada dirumah Nishinoya sore ini untuk mengerjakan tugas kelompok bersama, sekaligus mengajarkan Nishinoya sastra jepang.

Saat mereka berdua sudah menyelesaikan tugas kelompok, [name] ingin buru-buru pulang kerumahnya. Tetapi begitu gadis mungil itu membuka pintu kediaman keluarga Nishinoya, hujan turun dengan lebat disertai kilatan petir yang menyambar.

Nishinoya membujuk [name] untuk tetap dirumahnya sampai hujan reda, karena sepertinya [name] akan nekat menerobos hujan untuk pulang kerumah.

Nishinoya sedang sendirian dirumahnya, keluarganya sedang pergi. Karena tidak enak pada pemilik rumah, [name] meminta ijin untuk membuatkan mereka berdua makanan hangat.

[name] memasukkan telur kedalam rebusan sup tofu, setelahnya memotong-motong daun bawang. Nishinoya sedang mandi saat ini, jadi [name] bisa leluasa menggunakan dapur.

“Sudah selesai?”

[name] menolehkan kepalanya ke belakang dan mendapati Nishinoya yang sedang berdiri diambang pintu dapur sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.

“Belum, sebentar lagi,” [name] mengalihkan pandangannya dan fokus memotong daun bawang. Rasanya diri ini tidak kuat ketika melihat rambut Nishinoya yang biasanya berdiri tegak kini terlihat basah dan turun kebawah.

Nishinoya berjalan mendekat dan mengalungkan handuk dilehernya, kemudian menarik kursi meja makan dan duduk memerhatikan [name].

“Senang rasanya ada gadis manis yang mau memasak untukku,” ujar Nishinoya disertai dengan cengiran.

[name] sedikit gugup dan mengeratkan pegangannya pada centong sup ditangan kanannya, “biasa saja, tuh,” ucap [name] dan sok fokus mengaduk sup.

Nishinoya terkekeh dan menopamg dagunya memerhatikan [name], “rasanya seperti suami istri saja, ya!”

Kedua pipi [name] sedikit merona, “kau sedang melantur, ya?” ucapnya salah tingkah.

“Ahaha,” Nishinoya tertawa kecil dan bangkit dari duduknya kemudian menghampiri [name], “sini biar ku bantu,” ucap Nishinoya.

[name] sedikit gugup saat Nishinoya sudah berdiri di sampingnya, dengan gelagapan [name] menyuruh Nishinoya untuk memotong tahu, “tolong potong tahunya kalau begitu.”

Osu!” Nishinoya mengambil mangkuk yang berisi tahu putih dan memotongnya kecil-kecil.

Di sebelahnya, [name] benar-benar terlihat gugup. Tangan kanannya yang sedang memotong bawang terlihat gemetar, untungnya Nishinoya tidak menyadari hal itu.

Suara gemuruh petir terdengar memekakan telinga, ditambah dengan cahaya kilatannya yang membuat mata silau jika menatap langsung.

[name] terkejut ketika tidak sengaja melihat langsung kilatan petir melalu jendela didepan matanya, sehingga jari telunjuk kirinya sedikit tergores pisau.

Ssshh,” desis [name]. 

Perlahan darah mengalir dari jari telunjuknya, Nishinoya melirik [name] dan menyadari kalau jari telunjuknya tengah terluka.

“Ah! Jari telunjukmu terluka. Biar ku ambilkan kotak p3k dulu, kau duduk saja di meja makan dan kecilkan apinya,” setelah mengatakan itu Nishinoya melesat pergi ke ruang tengah meninggalkan [name] yang berdiri mematung di dapur.

“Padahal hanya luka kecil,” gumam [name] kemudian menunduk menatap lukanya.

Gadis mungil itu tersenyum tipis dan berjalan menuju meja makan, sebelumnya dia mengecilkan api kompor terlebih dahulu.

[name] duduk dan mengambil tisu yang tersedia di meja makan, menyeka darah yang terus keluar dari jarinya.

Suara gedebuk terdengar keras dari ruang tengah, [name] menoleh ke arah pintu dapur. Nishinoya muncul dengan kotak p3k di tangan kanannya dan tangan kiri yang mengusap belakang kepalanya.

Sang dewa pelindung itu terlihat meringis pelan, “ini kotak p3k nya, maaf kalau aku terlalu lama,” ucap Nishinoya saat melihat [name] yang duduk di kursi meja makan.

“Enggak, enggak. Kau gak lama, kok. Ngomong-ngomong terima kasih, ya. Padahal cuma luka kecil begini,” [name] meraih kotak p3k di tangan Nishinoya dan segera mengobati lukanya.

Cowok pendek itu berkacak pinggang menghadap [name], “jangan suka menyepelekan seperti itu, [name]!” omelnya.

‘Mampus. Aku di omeli,’ batin [name].

Ugh. Iya-iya maaf, deh.”

Nishinoya mengangguk senang dan ikut membantu [name] membalut lukanya dengan plester, “sini ku bantu.”

Bim salabim jadi apa prok prok prok.

Yosh! Sudah selesai! Jarimu sudah terbalut dengan sempurna!” Nishinoya berseru senang melihat hasil plester nya di jari [name].

[name] di buat kagum olehnya, “sugoii, plesteranmu sangat rapi, Noya-kun,” puji [name] sambil menatap jari telunjuknya.

“Hehehe,” Nishinoya mengusap hidungnya tanda besar kepala.

“Ngomong-ngomong kau mencium bau sesuatu, gak, sih?” [name] mengendus-endus sekitarnya.

Nishinoya menaikkan kedua alisnya, “enggak, tuh,” kemudian ikutan mengendus, “EH! 'kok kayak ada bau gosong gitu, ya?” tanyanya.

[name] bangkit dari kursinya dan berjalan dengan tergesa ke arah kompor, “SUP NYA GOSONG.”

“AAARRGGHHHH MAKAN MALAM KUUUUUU” Nishinoya menjerit frustasi.

[name] melempar kepala Nishinoya dengan centong nasi, “makan malam kita,” koreksinya.

[name] menghela nafasnya dan mematikan kompor, “ya, sudah, buat lagi saja, deh,” dengus [name].

Nishinoya sedang pundung di pojok dapur karena gagal makan, cowok pendek itu berjongkok dan memainkan telunjuknya di lantai.

“Hei, kau mau makan tidak?” tanya [name] yang sudah berkacak pinggang di depan kompor.

“Tapi masakannya sudah gosong,” keluh Nishinoya.

“'Kan tinggal buat lagi, jadi sekarang cepat bantu aku,” titah [name] pada Nishinoya.

Nishinoya langsung berdiri senang, “benar, nih?! Asiikkkk!”

[name] menggelengkan kepalanya dan tersenyum tipis melihatnya, lalu kedua insan tersebut memasak makan malam mereka berdua bersama.

[fin]


untuk yang request noya hope you like it yaa!!💖

see u next chap!👋😚💖

fluff timeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang