❀
Sesi ujian akhir semester merupakan hal yang paling di takuti para murid, mereka takut jika materi yang mereka pelajari akan berbeda dengan soal yang akan keluar.
Itu akan sangat merugikan mereka, sudah buang-buang waktu dan tenaga tapi soal malah berbeda jauh dengan materi yang di berikan.
Hari ini adalah hari terakhir dari ujian akhir semester, hari kebebasan mereka serta hari yang akan menentukan nasib mereka di akhir tahun ini. Apakah nama mereka akan tetap ada pada kartu keluarga saat nilai sudah keluar atau bahkan sudah di coret duluan sebelum ujian berakhir.
[name] menanti dengan was-was, sistem sekolah mereka yang langsung mengumumkan nilai saat hari akhir ujian membuatnya cemas.
Kondisi kelas saat ini suram, kebanyakan dari mereka yang berlarut-larut memikirkan skor nilai ujian membuat aura kelam menjadi gelap.
“[NAMEEEEEE]”
Pintu kelas di buka kencang, lebih tepatnya di dobrak karena engsel pintunya sampai berdecit pelan.
Hal itu sontak menjadi perhatian seisi kelas. Suasana yang tadinya tegang dan gelap kini berangsur lebih santai ketika melihat siapa yang datang ke kelas mereka.
Atsumu berdiri tegak di ambang pintu, mata hazel miliknya tertuju pada [name] yang terkejut di tempat duduknya karena kedatangan Atsumu yang tiba-tiba.
“Minjem pulpen doonnggggg,” rengek Atsumu yang berjalan sambil melompat kecil.
[name] memasang wajah terganggu, Atsumu memasang senyum lebarnya dan hal itu membuat [name] semakin terganggu.
Selain karena wajah Atsumu yang menurut [name] menyebalkan, suaranya yang mendayu sambil merengek panjang padanya itu membuatnya kesal.
Apalagi ketika Atsumu ingin meminjam sesuatu darinya, pasti tidak akan di kembalikan.
“Jutek banget, sih.” Cibir Miya pirang.
[name] bersungut, “ngapain, sih?”
Atsumu memasang cengiran lebar, “minjem pulpen, dong, manis.” Bujuknya.
“G.”
“Gak boleh pelit sama setter nomer satu di jepang.”
“Masih ada Kageyama.”
“Gak usah nyebut orang lain, dong!”
Keduanya saling menatap tajam, kilatan listrik imajiner terlihat. Sampai Atsumu duluan yang memutus pandang dan menyilangkan kedua tangan di dada.
“Pelit amat. Padahal cuma minjem pulpen, doang.”
“Di kelas lo emangnya gak ada yang punya pulpen lebih, hah? Sampe dateng ke sebelah buat minjem pulpen?”
[name] berdiri dari kursi, bertanya dengan kesal pada Atsumu.
Bibir Atsumu mengerucut, “Kan pengennya punya kamu.”
“Miya Atsumu. Pulpen gue udah ilang banyak sama lo gara-gara lo minjem pulpen gak pernah di balikin.” Kedua alis [name] menukik tajam.
Bawaan rasa cemas karena menunggu hasil ujian membuat mood nya buruk, di tambah dengan kedatangan Atsumu yang membuatnya merasa emosi.
Lagipula siapa juga yang tidak kesal kalau sudah menyetok pulpen satu kotak tapi setengah isinya malah habis di hilangkan orang lain?
“Bentar doang, buat tanda tangan absen, nih.” Atsumu mengeluarkan secarik kertas dari kantong seragamnya.
Kertas yang telah di lipat kecil itu di buka dan di letakan di atas meja [name], Atsumu masih mengerucutkan bibirnya berupaya agar [name] luluh oleh wajah imutnya.
Melihat [name] yang masih bergeming di tempatnya dan malah menatapnya nyalang, Atsumu memasang wajah memelas.
“Sebentaaarrrrrr doang. Ya ya ya ya?” Rengek Atsumu untuk kesekian kali.
Dalam hati [name] sebenarnya ingin menghajar wajah Atsumu sekarang, tapi di kelasnya ada fans keras Atsumu. Bisa-bisa dia yang di hajar setelah ini oleh gerombolan gadis, fangirl jangan di lawan.
Akhirnya [name] mengalah, memilih untuk meraih kotak pensil di loker meja dan mengeluarkan satu buah pulpen standar untuk di pinjamkan pada Atsumu.
Muak juga lama-lama melihat pemuda yang biasanya sangar di lapangan voli kini memasang wajah melas di hadapannya.
Alias jantung [name] gak kuat. Atsumu imut banget soalnya.
“Nih, buruan.” [name] menyodorkan pulpennya.
Atsumu sumringah, “makasih [name] cantikkk.”
“Gak asik banget pake templet buaya,” bisik [name] pada dirinya sendiri.
Atsumu yang sedang menunduk untuk menandatangani kertas absen jadi mendongak, “hm? ngomong apa tadi?”
“Enggak.”
“Ngokey.”
Atsumu membuka tutup pulpen dengan menggigitnya, lalu menandatangani kertas absen sambil memasang wajah serius dengan tutup pulpen yang di gigit.
Entah sadar atau tidak, Atsumu jadi mengemut tutup pulpen layaknya permen.
“Nih. Udah selesai.” Atsumu menyodorkan kembali pulpen yang beserta tutupnya yang telah terpasang dengan wajah yang tak bersalah.
[name] menatap jijik pulpen tersebut, biadab banget pulpennya malah di emut.
“Buat lo aja.”
Kedua alis Atsumu terangkat, “beneran? makasih loh!” Ujarnya girang.
“Hm. Pergi sono.” [name] mengibaskan tangan, melakukan gestur mengusir pada Atsumu.
Dengan patuh Atsumu berbalik pergi, namun sebelum beranjak meninggalkan tempat [name], lelaki pirang itu berucap pelan.
“Gak sia-sia ngemut pulpen, jadi dapet gratis, gak usah beli baru lagi, hehe.”
Akhlak -99999999999
Melayanglah buku paket sejarah yang tebalnya melebihi tumpukan dosa Atsumu ke kepala pirangnya.
[fin]
yeay aku dah balek❤(ӦvӦ。) apa kabar kalian semua? sehat terus kan?
aku gak bisa bikin yg gamer jadi aku ganti yg ini aja ya 🙈
see u next chap and stay healty!😘❤
KAMU SEDANG MEMBACA
fluff time
Fanfic[REQUEST CLOSED] ♀♂✗ aku harap kita hidup di dunia yang sama haikyuu fanfiction. © furudate haruichi 2020