❀
Hal yang selalu di hindari oleh Bokuto kini datang menghampiri.
Dalam benaknya Bokuto tengah merutuk, kenapa sih sesuatu yang ingin di hindari malah jadi sesuatu yang selalu datang menghampiri?
Sore ini Bokuto menerima sebuah amplop, pria matang berusia 26 tahun itu kira amplop tersebut berisi surat cinta dari para penggemarnya.
Ternyata tebakannya salah, bukan surat dari penggemar yang dia dapatkan, melainkan surat cinta dari kantor pajak.
Bokuto merengut sebal, “kenapa sih harus ada pajak?” Keluhnya.
Ada sekitar 3 lembar kertas yang berisi tunggakan pajak atas namanya beserta keterangan dan surat panggilan ke kantor pajak besok pagi.
Duh, ingin mengelak dengan alasan latihan timnas tapi sedang libur panjang.
Kenapa kantor pajak masih tetap buka ketika libur panjang, sih?
Bokuto kembali mengumpat dalam hati.
❀
Besok pagi, saat matahari baru menunjukan sinarnya, Bokuto sudah rapih dengan setelan kemeja serta dasi yang terikat sempurna.
Beruntung Bokuto sudah minta ajari caranya memasang dasi dengan benar sama Akaashi sewaktu SMA, jadi dia bisa bersiap dengan cepat.
“Ugh, males banget.” Rengeknya.
Tapi Bokuto tetap jalan ke kantor pajak, ya mau gimana lagi? Kalau dia gak ke kantor pajak yang ada dia yang di jemput sama petugas nya.
❀
“Atas nama Bokuto Koutaro, benar?”
Bokuto terpana, operator yang sedang melayaninya sekarang sangat cantik hingga membuat Bokuto tidak berkedip.
“Pak?” Tegur sang operator.
Bokuto menggeleng pelan, “eh, iya, betul.”
Kalau tahu operator pajaknya akan secantik ini Bokuto akan lebih rajin datang ke kantor pajak.
Atensi Bokuto kini tertuju pada nametag yang terpasang apik di seragam mba operator.
[name] [surname].
Ah, namanya cantik. Sangat cocok dengan paras si pemilik nama.
“Ini total yang harus di bayar beserta dendanya,” [name] menyodorkan lembar kertas yang baru saja di print olehnya.
Bokuto mengangguk dan menerima lembar kertas itu, ada yang mengganjal di hati Bokuto saat mba operator bersikap biasa saja ketika di dekatnya.
Biasanya para wanita akan menjerit ketika melihat visualnya, terlebih lagi Bokuto itu anggota timnas. Tapi, kenapa mba operator ini tenang-tenang saja?
“Silahkan menuju administrasi untuk pelunasannya, pak.”
Dan terlebih lagi [name] memanggilnya Pak.
Pak.
Memang wajahnya terlihat setua itu, kah? Bokuto jadi insikyur.
“Anu.. Mba gak kenal sama saya?”
Bokuto yang sudah gatal ingin bertanya akhirnya angkat bicara, [name] mendongak.
Iris topaz menawan milik Bokuto menatapnya lekat dan tidak mau melepas pandang dari [name].
[name] yang di tatap begitu sedikit menciut, ngeri juga di tatap begitu sama orang asing.
[name] melirik layar komputernya, mengecek kembali lembar tunggakan lelaki di depannya, “Bokuto Koutaro, 'kan?”
“Iya!” Bokuto mengangguk antusias, terlihat menunggu kalimat selanjutnya.
Padahal [name] sudah selesai berbicara, dia juga tidak mengenal Bokuto Koutaro. Yang [name] tau Bokuto Koutaro itu si langganan penunggak pajak.
“Ada lagi yang bisa saya bantu, Pak?”
Raut wajah Bokuto berubah kecewa, rambutnya pun layu karena bersedih.
“Mba beneran gak kenal saya, nih?”
Untuk seorang bintang seperti Bokuto, atensi seseorang cukup penting baginya. Saat dia tau ada orang yang tidak mengenali wajahnya, hatinya jadi sedih.
Bokuto Koutaro itu, 'kan pemain voli yang hebat dan tampan, masih lajang pula. Masa tidak kenal sama sekali dengannya?
[name] menggeleng pelan, “maaf Pak saya gak kenal Bapak.”
Bokuto mengerucutkan bibir lucu, dengan tangan kanan yang membentuk pistol menempel di dagu, dia sedang berpikir.
[name] mengerjap, bingung dengan tingkah pria dewasa ini.
“Kapan ini orang pergi,” batin [name].
Tiba-tiba saja Bokuto menggebrak meja, membuat atensi semua orang tertuju pada mereka berdua.
Dengan cengiran khas seorang Bokuto Koutaro dia berucap lantang, “kalo gitu ayo kenalan! Aku juga bakal sering-sering dateng ke sini biar kamu kenal sama aku!”
[name] mundur hingga punggungnya menyentuh sandaran kursi karena Bokuto mendekatkan wajah padanya, kini wajah [name] memerah malu.
Wajah keduanya hanya berjarak beberapa senti, mungkin sekitar 20 senti saja.
Apa seorang Bokuto Koutaro tidak mengenal batasan pribadi, ya?
“Salam kenal, ya! [name]-chan! Besok aku datang lagi! Dadah!”
Bokuto pergi menuju ruang administrasi, meninggalkan [name] dengan wajah memanas di sertai rona merah yang menguasai wajah.
[name] memang tidak mengenal lelaki burung hantu itu, tapi yang [name] tau, Bokuto adalah lelaki yang tidak sopan.
Masa baru pertama kali bertemu sudah membuat jantungnya berdebar, sih?!
[fin]
bokuto ganteng ya punya fira<3
malam! gimana malming kalian malam ini? ada yang ngapelin kah?👁w👁
aku seneng banget banyak yg suka sama fic ini🤧❤❤ sayang kalian banyak banyak❤💗❤💗💗💗
kalau kalian gabut dan jomblo silahkan baca work aku yg lain ya! atau kalian bisa isi secreto aku OwO
promosi terselubung /plakk
see u next chap! dadah😘🖐🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
fluff time
أدب الهواة[REQUEST CLOSED] ♀♂✗ aku harap kita hidup di dunia yang sama haikyuu fanfiction. © furudate haruichi 2020