Tsukishima Kei || Garam

6.4K 948 75
                                    

Pagi hari disaat matahari belum menampakkan sinarnya, [Name] sudah asik berkutat didapur.

Suara pisau yang memotong sayuran ditalenan pun mendominasi dapur, [Name] dengan cekatan memotong dan memasak bahan masakan dengan cepat.

Wangi makanan enak terbawa angin sampai ke kamar Tsukishima.

Membuat lelaki yang sedang terlelap damai dikasurnya membuka mata, kemudian mengendus dari mana asal bau enak tersebut.

Tsukishima bangkit dari kasurnya dan berjalan dengan malas sambil menggaruk kepalanya.

Saat sampai didapur, Tsukishima menemukan istrinya yang sedang asik memasak sarapan.

Dengan manja, Tsukishima memeluk istrinya dari belakang, “Ohayo~” sapanya disela kantuk.

[Name] sedikit tersentak karenanya, “Kei, jangan suka mengagetkan begitu. Ohayo~”

“Hmm” yang dibalas gumaman oleh Tsukishima.

Saat [Name] ingin menambahkan garam pada sup miliknya, garam nya habis.

“Yahh…” desah [Name].

“Ada apa?” Tsukishima bertanya, kepalanya dia letakkan pada ceruk leher [Name].

“Garamnya habis, Kei.”

“Ya sudah beli saja.”

“Kenapa tidak pakai dirimu saja?”

“Kenapa pakai aku?”

“Kan kamu salty banget.”

Tsukishima menjitak kepala istrinya pelan, “Aduh.” ringis [Name].

“Makanya jangan bicara yang aneh-aneh.”

“Tapi memang benar, kok.” [Name] mengusap pucuk kepalanya yang dijitak Tsukishima.

“Kalau begitu aku pergi keluar dulu, deh. Mau beli garam.”

[Name] melepas tangan Tsukishima dipinggangnya, “Kalau begitu kau ku temani.” ujar Tsukishima.

“Kenapa?” [Name] yang sedang melepas apronnya menoleh.

“Jaga-jaga kalau ada yang genit padamu.” Tsukishima mendengus.

[Name] terkekeh.

Tsukishima dan [Name] berpencar disupermarket untuk mempercepat waktu belanja, karena mereka juga sekalian belanja bulanan. 

[Name] mendorong trolinya pelan, dia berjalan sambil melihat-lihat rak bagian bumbu dapur.

“Ah! Ketemu!”

[Name] berseru riang, tapi tak lama setelahnya, gadis tersebut mendengus keras.

“Siapa, sih, yang menaruh garam di rak paling atas?!” seru [Name] protes.

Wajahnya ditekuk, bibirnya maju beberapa senti, dahi nya juga mengernyit sebal.

Lagi pula siapa, sih, orang yang menaruh garam dibagian paling atas rak? Biasanya juga ditaruh dibawah atau ditengah.

'Kan kalau begini jadi mempersulit orang pendek belanja, ini namanya diskriminasi tinggi badan!

[Name] mencoba berjinjit untuk mengambil sekotak garam, tapi tetap saja percuma.

Ujung jari tengahnya cuma mencapai logo harga garam tersebut, dan tidak menyentuh kotaknya sama sekali.

[Name] menggembungkan kedua pipinya kesal, dia merengut kecil ditempatnya.

“Hoi, [Name]. Kenapa lama sekali?”

Tsukishima datang sambil menenteng keranjang belanja ditangan kanannya.

Istrinya pun menoleh, “Aku tidak bisa mengambil garamnya, yang menaruhnya diatas sana sungguh kejam!!” [Name] menunjuk-nunjuk barisan kotak garam dirak paling atas.

Tsukishima melihat kearah yang ditunjuk istrinya, memang benar kalau rak tersebut sangat tinggi untuk ukuran istrinya yang mungil.

“Heee… Payah sekali begitu saja tidak sampai.” ejek Tsukishima.

“Hmph! Kei nyebelin!” [Name] memalingkan wajahnya dari Tsukishima.

Pemuda tersebut terkekeh melihat kelakuan istrinya yang sedang ngambek.

“Kalau begitu biar ku bantu, deh.”

Tsukishima berjalan mendekat, keranjang ditangan kanannya dia taruh dibawah.

Kemudian kedua tangannya diletakkan dipinggang [Name] dan mengangkatnya tinggi, “Cepat ambil garamnya, sudah sampai, 'kan?”

[Name] sedikit terkejut atas kelakuan Tsukishima yang tiba-tiba mengangkat tubuhnya, pipinya sedikit bersemu kemerahan.

“Cepat diambil, kau itu berat tahu.”

[Name] mendecak kecil, “Sabar, dong.”

Empat kotak garam diambilnya, lalu Tsukishima menurunkan [Name] dengan perlahan.

“Dasar menyebalkan.” [Name] mendorong trolinya dengan kesal dan meninggalkan Tsukishima sendirian.

“Hei tunggu, dong!”

Dengan segera Tsukishima mengambil keranjangnya dan mengejar [Name].

“Jangan ngambek gitu, dong.”

“Kau menyebalkan, sih.”

“Aku cuma bercanda tadi, kau makan yang banyak, ya. Biar cepat gemuk.” ujar Tsukishima seraya mengacak rambut [Name] jahil.

“Katakan itu pada dirimu sendiri, dan juga jangan acak rambutku!” [Name] protes dan mencoba menghalau tangan Tsukishima dikepalanya.

“Hahaha. Kau menggemaskan, sih.” Tsukishima terkekeh.

“Hmph!” [Name] memalingkan wajahnya yang dibuat merona oleh suaminya.

“Dasar.” kata Tsukishima dan kembali mengacak rambut [Name].

“Kei menyebalkan!”

“Hahahaha”



fluff timeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang