harapan 11.11

1K 176 17
                                    

Saya mengamati jam yang melingkar di pergelangan tangan Saya, pukul setengah lima sore

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saya mengamati jam yang melingkar di pergelangan tangan Saya, pukul setengah lima sore.

"Sa, Aji lama?" Tanya Saya pada Esa yang sekarang sedang duduk bersama Saya di lobby sekolah.

Esa yang semula sedang mengisi modul inten nya itu menoleh. "Setengah jam lagi." Katanya.

"Ngeforumin orang emang bisa selama itu? dua jam?" Tanya Saya dengan kening berkerut.

Esa mengangguk singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari modul dipangkuannya. "Lo kalo mau liat kayak gimana Aji ngeforumin orang, nanti lima belas menit lagi."

"Kenapa harus lima belas menit lagi? Memang kalo sekarang kenapa?"

"Gak boleh. Aturannya begitu kecuali Aji yang minta." Sahut Esa singkat. Saya mengangguk paham, tidak ingin bertanya lebih jauh lagi soal apapun.

Tak lama satu pesan masuk kedalam ponsel Saya.

"Aji nyuruh kita buat ke belakang kantin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Aji nyuruh kita buat ke belakang kantin." Ucap Saya sambil menunjukkan pesan dari Aji.

Esa menutup modulnya dan menarik tangan Saya untuk mengikutinya ke belakang kantin. Setelah sampai disana, langkah Saya terhenti saat melihat siapa korban Aji. "Itu Ica." Ucap Haris sambil melirik ke arah Saya.

Aji menatap Saya lalu menarik Saya ke tengah-tengah mereka. Hanya ada Haris, Felix, dan dua teman Aji yang Saya tidak kenal. "Ini cewek yang lo maksud kan?"

Saya menoleh ke Aji bergantian, lalu menatap kearah seorang anak laki-laki yang duduk ditengah-tengah mereka —korban Aji— yang juga menatap Saya. "Jangan sembarangan." Ucap Aji tegas yang justru mengundang tatapan aneh dari Saya.

"Haris udah peringatin lo berkali-kali, terus lo batu, seolah-olah lupa kalau kita yang pegang angkatan ini." Tegas Aji. Ia mencengkram erat almamater yang Saya gunakan, entah apa maksudnya. "Sekarang gue yang peringatin, jangan deketin anak-anak angkatan gue lagi atau lo mau forum gue buat lebih rame dari ini." Ucap Aji lalu menarik Saya pergi dari kerumunan.

Ia membuka pintu penumpang disebelahnya untuk Saya, lalu menutupnya agak kasar begitupun pintu disebelahnya. "Sinting tuh orang, buang-buang waktu gue." Ucap Aji sambil menyalakan mesin mobil.

Eccedentesiast; Han JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang