Dua belas tahun lalu,
Awal dari semuanya.Kala itu, hari dimana kepindahan tugas Papa ke Jakarta, juga Bunda yang harus menjalani koass di rumah sakit di Jakarta juga.
Kami pindah ke salah satu perumahan di daerah Tebet, Jakarta Selatan. Saat pertama kali melihat rumah tersebut, memang berbeda jauh sekali seperti saat kami masih di Surabaya rumah yang kami tempati sekarang lebih luas dan lebih tinggi juga.
"Bunda, rumah di sebelah, rumahnya siapa?" Satu pertanyaan yang keluar dari mulut Saya kala itu. Pertanyaan tentang siapa yang tinggal disebelah rumah Saya.
Bunda tidak menyahuti ucapan Saya, alhasil Saya berinisiatif untuk bertanya pada Papa. "Pah, itu rumah siapa? Kok itunya dempet?" Ucap Saya sambil menunjuk balkon diantara kedua rumah tersebut.
Papa juga tidak menyahuti, sama-sama diam seperti yang Bunda lakukan. Saya menatap kedua kakak laki-laki Saya, lalu menggeleng setelahnya. Tidak mungkin Saya bertanya kepada mereka.
Di rumah inilah Saya mendapat kamar sendiri, kamar dengan balkon yang mepet itu. Setelah selesai merapihkan kamar baru, Saya lalu beralih menuju pintu kaca yang saat itu ditutupi gorden berukuran besar. Saya mendorong pelan pintu tersebut, dan mendapati seorang anak laki-laki yang sedang duduk di balkon rumahnya sambil memeluk lutut.
Hari itu lah, hari dimana pertama kali Saya bertemu dengan seorang Abimayu Jinendra Adsy.
Saya yang saat itu masih berusia enam tahun, hanya bisa memandanginya tanpa bicara apapun. Sampai akhirnya laki-laki itu mengangkat kepalanya dan menatap Saya dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Kamu siapa?" Katanya untuk pertama kali.
Saya agak tersentak lalu dengan sedikit gugup Saya memperkenalkan diri Saya padanya. "Alyssa," Sahut Saya.
Rupanya anak itu tidak dengar, ia terus-terusan memanggil Saya dengan panggilan, "Ica?" Begitu. Dan karena mulut laki-laki itu lah orang lain termasuk kalian memanggil Saya dengan nama Ica.
Saya bercerita dengan Bunda tentang anak laki-laki yang Saya temui di balkon, dan akhirnya Bunda berinisiatif untuk membawakan tetangga sebelah kami oleh-oleh khas Surabaya sebagai bentuk kedatangan kami. "Ikut Bunda, yuk?" Saya mengangguk dan mengekori Bunda menuju rumah disebelah.
Penjaga rumah tersebut membukakan pintu untuk kami berdua, lalu tak lama kemudian datang lah perempuan yang Saya pikir usianya tidak jauh dari Bunda menyambut kami di depan pintu. "Ya ampun, yang nempatin rumah di sebelah ya? Masuk dulu yuk?" Katanya sambil tersenyum ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast; Han Jisung
Fiksi Penggemar⚠ tw! this story contains a selfharm and blood in some chapter. (.n); someone who fakes a smile, when all they want to do is cry, dissappear, and/or die. a fanfiction of Han Jisung Lokal Ver. credit name to @sklokal on twitter. © senyawaorganik 20...