kami dan hujan di Jakarta

342 73 6
                                    

Where The Sea Sleeps — Day6 Even of Day

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Where The Sea Sleeps — Day6 Even of Day

"Lepas kek, lo udah meluk gue hampir sepuluh menit anjir!" ucap saya seraya mendorong bahunya dengan tangan saya yang terhimpit diantara kami.

Laki-laki ini tak kunjung melepaskan pelukannya, "AJI! GUE BILANGIN IBU YA!" ucap saya dengan sedikit teriakan.

"Sumpah lo jahat banget nggak bilang kalau mau pulang," katanya.

Saya mendorong tubuhnya agak keras kali ini sampai lingkaran tangannya terlepas. "Sesek banget anjir lo pengen gue mati ya?"

Aji menatap saya dengan senyum yang sempurna terukir di wajahnya. "Enggak lah, gila kali gue."

Saya lalu duduk dengan bersandar pada besi pembatas balkon, begitupun Aji disebelah saya. "Ceritain dong kenapa bisa lo ada disini?"

"Gue udah disini dari kemarin, kan gue udah bilang waktu itu gue bakalan pulang," ucap saya.

Aji menggoyang-goyangkan kakinya pada kaki saya disebelahnya, lalu berucap. "Gue pikir lo bohong," katanya.

"Gue nggak pernah bohong sama lo tapi 'kan?"

Aji tidak menggeleng juga tidak mengangguk. "Belum, bukan nggak pernah," ucapnya.

"Iya deh."

Jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam, satu titik hujan jatuh di tangan saya. "Hujan, Ji, masuk yuk," ucap saya seraya menarik tangan kanannya untuk masuk kedalam kamar lama saya.

Kalau kalian bertanya kenapa saya bisa ada di rumah lama saya padahal rumah ini sudah berganti pemilik, jawabannya karena yang membeli rumah lama saya adalah sahabat Bunda. Jadi, saya dan Bunda yang juga pulang dari Singapura itu diperbolehkan menginap disini.

"Kangen banget gue ngeberantakin kamar lo, Ca," katanya lalu merebahkan dirinya di ranjang.

"Ini bukan kamar gue lagi, tapi kamar tamunya Aisha."

"Aisha siape lagi," ucap Aji acuh. 

Saya membulatkan mata karena kaget dengan ucapan Aji, hey, sudah setengah tahun lebih dan mereka belum saling kenal?

"Sumpah lo nggak tau?" ucap saya padanya. Ia mengangguk. "Gila."

"Ya emang kenapa sih, Ca? Gue kan di Bandung, itu anak disini, masa iya gue ke Jakarta cuma buat nanya "hai nama kamu siapa? aku Aji tapi panggil sayang boleh juga." gitu? Kan enggak jelas," sungutnya.

Eccedentesiast; Han JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang