"Jadi, lo beneran suka sama Farhan!?" tanya Azra tidak santai.
"Bukan suka, tapi cinta," sela Aulia.
Aku hanya menunduk sambil memainkan jariku.
Seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, rasa ini datang tanpa diundang, juga tanpa aku rencanakan.
Jika memang aku merencanakan untuk jatuh cinta, sudah pasti bukan Farhan orangnya, karna aku tau bukan aku orang yang dia pilih, meskipun aku akan selalu ada saat ia butuh. Begitulah cinta, tak bisa dipaksakan.
"An, kan lo tau Farhan suka sama cewe lain, kok bisa-bisanya lo jatuh hati sama dia?" tanya Ika.
"Kan gue udah bilang berkali-kali, kalau gue gak ngerencanain untuk jatuh cinta sama dia," balasku.
"Lagipula ya, An, Farhan itu fakboi, masih aja lo kepincut," lanjut Azra.
"Dia gak gitu Ika, dia juga punya sisi baiknya kok, kamu gak boleh nilai dia dari luarnya aja," bantahku.
"Gitu deh, kalau hati udah dicuri," sinis Azra.
"Bukan gi--"
"Permisi, mbak," potong seorang barista, megantarkan minuman ke meja kami.
*****
Kalau sedang di rumah, kerjaanku hanya membalas pesan dari Farhan, sampai dia off atau baterai ponselku merendah.
Farhan : Overprotective itu apa sih, An?
Andini : Gak tau, terlalu sayang, kali. Kayak gue ke lo :/
Farhan : Coba aja kalau Luna yang ngomong begitu, tidur nyenyak gue malam ini.
Huh! Tak apa, dia tak salah, dia jujur tentang perasaannya sendiri. Aku juga jujur tentang semua hal padanya, kecuali satu ; perasaanku.
*****
Pagi ini matahari agak terik, upacara bendera masih lama, rasanya mau pingsan, bahkan aku harus menyipitkan mataku.
"Aman," bisik Farhan seraya berdiri di depanku, menghalangi matahari supaya tidak menggoda tubuhku.
"Lo gak kepanasan?" tanyaku.
"Demi Andini," sahutnya sambil mengedipkan mata.
Aku hanya memberikannya senyuman. Walau sebenarnya seluruh hati, jiwa dan ragaku adalah untuknya.
Benar kata orang-orang 'dalam persahabatan dua orang lawan jenis, mustahil jika salah satu dari mereka tidak punya rasa yang istimewa' .
Meskipun nanti bukan aku wanita yang ia pilih, aku bangga, karena pernah menjadi teman curhatnya, keluh kesahnya pernah ia tumpahkan padaku, telinga dan pundakku akan selalu tersedia untuknya.
Yang rapuh suatu hari, akan tangguh di masa nanti.
Farhan telah menenggelamkan aku dalam kebersamaan, aku terlanjur nyaman, walau pada akhirnya perasaan sayang hanyalah sebatas angan-angan.
Sekuat apapun aku bertahan, perasaan yang tumbuh seringkali tidak bisa dikendalikan. Aku ingin berlari sebelum aku menjadi rapuh, tapi rasanya berat jika harus pergi jauh darinya.
Aku bukan seseorang yang penting dalam hidupnya, tapi dia seseorang yang sangat penting bagiku.
Kenapa Farhan betah berlama-lama tanpa merasakan apa-apa? Apa sekuat itu cintanya pada Luna? Ya, Luna, dia adalah gadis beruntung yang berhasil membuat Farhan jatuh hati padanya.
Sebenarnya, aku tak ingin mencintai Farhan sendiri begini selamanya, aku menahan luka tanpa dia ketahui ketika dia menceritakan segala hal tentang pujaan hatinya. Aku hanya mendengarkan, sesekali aku tertawa padahal hatiku menangis, sudah terlalu banyak jahitan luka di dalamnya. Tapi, tak apa aku sendiri yang mau.
Segala hal tentang Farhan membuatku terpukau. Meskipun yang mampu membuatnya terpukau hanya Luna.
*****
Melempar batu ke dalam danau, andai saja aku bisa memasukkan perasaanku ke dalam batu, lalu kubuang ke dalam danau, pasti sudah kulakukan.
Di bawah pohon rindang ini aku merasa nyaman, sudah lama aku tidak ke sini, di pinggir danau yang memberi kedamaian.
"Andin?" panggil seseorang dari belakang.
Aku menoleh ke arahnya. "Oh, hai kak," sahutku.
Dia langsung duduk di sampingku. "Tumben ke sini, kenapa?"
"Engga, lagi pengen aja," sahutku.
"Lagi sedih, ya? Atau kesini cuma gara-gara kangen sama aku?" tanyanya setengah bercanda.
Aku hanya tertawa renyah. "Kakak ngapain ke sini?"
"Aku sering kok ke sini."
Dia kak Reza, mantan kekasihku, hubungaku dengannya lumayan lama, 2 tahun. Berakhir karena merasa tidak cocok lagi, banyak kenangan yang aku lalui dengannya, salah satunya danau ini, dulu aku sering duduk dengannya di sini. Aku dan Mamanya juga sudah kenal dekat, meskipun sudah tak ada hubungan apa-apa lagi aku dan dia tetap hangat, berteman.
Kak Reza seru, tidak banyak tingkah, dia baik, aku diperlakukan sangat baik olehnya, tak heran kalau setelah putus dengannya aku tidak tertarik pada siapapun, kecuali Farhan.
"Andin lagi jatuh cinta, ya?"
"Tau darimana, kak?"
"Kita kenal udah lama, An."Aku mengulum senyum, ternyata dia masih tau betul aku orangnya seperti apa.
"Jadi, cintanya bertepuk sebelah tangan?" tanyanya lagi.
Aku menghela nafas. "Dia gak tau kalau aku suka sama dia, kak."
"Kenapa gak dikasih tau?"
"Aku takut."Dia menatapku sambil tersenyum. "Takut jawabannya ngga sesuai ekspetasi, betul kan?"
Aku mengangguk.
"Berarti sama kayak aku dulu dong," lanjutnya.
Hmm, sepertinya dia ingin membahas masa lalu, aku kurang suka dengan topik ini.
"Dia temanku sendiri, kak, dia lagi jatuh cinta sama orang lain dan dia sering cerita sama aku," jelasku sambil mengalihkan pembicaraan.
"Sakit," singkatnya sambil melemparkan batu ke dalam danau.
"Mama Kakak apa kabar?" tanyaku.
"Mama baik....mama juga sering nanyain kamu, udah lama gak main ke rumah," jelasnya.
"Terus kakak jawab apa?"
"Jawabnya sesuai realita.""Hmmm...jadi kangen," tuturku.
"Kangen aku?"
"Ih! Kangen mama kakak dong," jawabku, sedikit mencubitnya.
Kira-kira Andini akan tetap mencintai Farhan atau kembali ke pelukan Reza?
AYO VOTE 🦋
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMAN
RomanceJangan buat seseorang mencintaimu, jika kamu tak siap untuk memberikan hatimu. Karena cinta tak berbalas itu menyakitkan!