Sepuluh

239 20 4
                                    

Terkadang kita sering terperangkap, pada ruang peduli yang disalah artikan.
Tak jarang kita mengartikan peduli adalah rasa sayang dan tak jarang pula itu yang sering mematahkan.

Padahal mereka hanya peduli dan tak punya rasa ingin memiliki, bahkan kamu tidak masuk dalam list orang yang dicintai.

Mulai sekarang, berhenti mengartikan peduli sebagai rasa sayang jika ujungnya bikin kamu patah berulang-ulang.

Peduli itu sifat manusiawi, jadi kamu tidak perlu bawa hati.

Andini Sofea

Aku menuju kantin, sendirian, tiga sekawanku sudah ke kantin sejak tadi. Saat sedang mencari mereka dimana, aku melihat pemandangan tidak mengenakkan. Ya, ini tentang Farhan dan Luna. Mereka duduk satu meja, bukan berdua, di sana ada Dani, Riza, dan teman Luna.

Farhan duduk berhadapan dengan Luna, matanya tak lepas memandangi perempuan itu, hatiku remuk sekali, rasanya ingin berteriak agar hati ini sedikit membaik.

Sial! Harusnya aku ke perpustakaan saja tadi, kenapa harus ke kantin?

Sebenarnya siapa yang bodoh? Aku yang salah mengartikan pedulinya atau dia yang tidak peka dengan sikapku?

Sebenarnya dia memang ingin membuatku jatuh cinta atau aku saja yang bawa perasaan?

Sikapnya padaku tak pantas disebut sebagai sebatas teman, namun juga tak bisa disebut sebagai sepasang kekasih.

*****

Aku Andini, ketika hatiku sakit aku pasti selalu mengunjungi pantai di sore hari. Berharap rasa sakitku ikut dibawa senja ataupun dilahap ikan paus lalu dibawanya ke dasar lautan dan menghilang tanpa jejak, walaupun itu tak pernah terjadi.

Kali ini aku tidak duduk, aku berdiri, di belakangku ada beberapa orang yang berlari-larian dengan kekasihnya.

Di bibir pantai aku sendiri, seperti biasa, menyaksikan senja di kaki langit.

Mungkin memang semuanya sedang tidak adil. Sepertinya semesta sedang menginginkan aku untuk berjuang.

Di bawah langit, ada dua insan yang sulit menyatu, semuanya melebur, sama seperti senja yang sering dinikmati.

Sebenarnya semesta sedang merencanakan apa sih? Rumit banget.

Tuhan, bolehkah kau beri tau aku akhir dari cerita ini?

Agar aku persiapkan pelan-pelan, agar nanti semuanya tidak terjadi secara tiba-tiba. Tiba-tiba patah, tiba-tiba sakit, lalu melebur.

Farhan, tanpa kau ketahui setiap malam aku selalu berdoa agar tidak lagi mencintaimu, namun keesokan harinya, ketika bertemu, sialnya aku malah semakin mencintaimu.

Aku mencoba banyak hal untuk melupakanmu, namun di saat aku memejam wajahmu yang pertama hadir di pikiranku.

Bagaimana ini?
Aku tau ini semua salah, tapi aku mencintaimu entah kenapa.

Seperti halnya menyukai senja, aku juga menyukai matamu yang lebih indah dari senja, tapi sayang aku tidak bisa memilikimu.

Farhan, kamu langit, aku bintang, dan Luna bulan.
Jadi, wajar saja jika kamu lebih suka melihat Luna dari pada aku.
Aku hanya salah satu dari beribu bintang yang ada di sekitarmu. Sedangkan, Luna adalah satu-satunya bulan yang paling indah, dia lah yang punya cahaya paling terang. Dan aku kecil, redup, dan tidak kelihatan.

TEMAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang