Aku mengaduk-aduk minuman jus ku, menunggu Yudha yang tak kunjung datang. Sesekali aku melihat ke pintu caffe.
Ah, lama sekali. Batinku sambil melirik arloji.
Kuambil ponselku untuk menghubunginya.
"Hai, An." Yudha sudah duduk di hadapanku.
"Lama banget, lo," cetusku.
"Kan tau sendiri Jakarta macetnya gimana," jawabnya sambil merapikan posisi duduk.
"Oke, to the point, lo kan yang kirim surat itu?" tanyaku.
"Tau darimana?" tanyanya dengan nada agak tertawa.
"Udah deh, Yud."
"Iya, memang gue yang kirim suratnya," sahutnya santai.
"Maksud lo apa?" tanyaku.
"Masih kurang jelas ya gue nulisnya? Bukannya Farhan juga udah pernah ngomong ini ke elo?"
Aku terdiam, menatapnya serius.
"Yudha, aku kenal sama kak Reza udah lama, jadi kalian gak perlu kerja sama untuk menjatuhkan kak Reza di mata aku," ucapku dengan nada tinggi.
Aku meninggalkan Yudha setelah melampiaskan amarahku. Dia tidak mencegahku sama sekali, hanya tatapan santai yang ia berikan sambil tersenyum sinis seakan dia tidak bersalah.
*****
"Aku pulang!" teriakku sambil menutup pintu.
"An, Mama mau ke mini market sebentar ya," ucap mama yang sedang meraih tasnya di atas sofa.
Aku hanya mengangguk sambil tersenyum.
Setelah mama berlalu, aku sedikit berlari menaiki tangga, menuju kamarku.
Kulempar tubuhku ke atas kasur.
Kisah cintaku rumit sekali.
Menyebalkan!
Aku membuka tasku, mengambil ponsel untuk menghubungi Farhan.
Tut...Tut...Tut
Farhan tidak dapat dihubungi.
Oh, ya, aku lupa kalau hari ini dia akan berangkat ke Kuala Lumpur. Dia tidak memberiku kabar, mungkin dia marah, karena apa? Karena aku mencintainya? Hahaha. Ada-ada saja.
Kepada Farhan.
Perpisahan ini menyakitkan, tanpa ucapan selamat tinggal, tanpa lambaian tangan.
Semoga baik-baik saja di perjalananmu yang baru, semoga kau menemukan apa yang kamu cari.
Terima kasih untuk segalanya, untuk pundakmu, untuk segala yang terindah, juga untuk semua yang terbaik.
Aku bahagia, karena sempat menghabiskan waktu bersamamu, walau akhir cerita aku dan kamu tidak akan bersatu, tidak akan menjadi kita.
Farhan, kamu memang keras kepala, tapi asal kau tau, aku pernah memperjuangkanmu lebih keras dari itu.
Cepatlah kembali, di sini aku akan selalu menunggu kepulanganmu.
Andini Sofea
Ponselku berdering.
"Halo?"
"An? Temenin aku ke toko buku yuk!"
*****
Aku hanya mengikuti Azra yang sedang memilih buku, sesekali aku juga melirik buku yang tersusun rapi di rak. Semua yang kulirik tentang percintaan, membosankan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMAN
RomanceJangan buat seseorang mencintaimu, jika kamu tak siap untuk memberikan hatimu. Karena cinta tak berbalas itu menyakitkan!