Kulihat mama kak Reza sedang memotong sayuran di dapur, masakannya tak kalah enak dengan masakan mamaku, dulu aku sering main ke rumah kak Reza, juga ikut masak dengan mamanya.
"Samperin mama, gih," bisik kak Reza.
Aku melangkah pelan, dulu mama kak Reza menyuruhku agar memanggilnya 'bunda' saja.
"Hai, Bunda," sapaku, berdiri di belakangnya.Ia menoleh ke arahku, wajahnya langsung berubah gembira. "Andini..." panggilnya seraya memelukku erat. "Mau minum apa?" tanyanya.
"Nanti aja, Bun, lanjut masak aja dulu," sahutku.
Aku ikut membantu bunda memasak, ternyata bunda tak berubah, ia masih ramah seperti dulu dan dia masih kenal aku, padahal sudah hampir setahun aku tidak singgah ke rumahnya.
Setelah menyusun makanan di meja makan, aku, bunda, dan kak Reza makan siang bersama. Terakhir kali begini seingatku satu tahun yang lalu.
"Andini kemana saja? Kok gak pernah main ke sini?" tanya bunda.
"Andini gak sempat, Bun," jawabku, sebenarnya bukan itu jawaban sebenarnya, anak sekolahan sepertiku memangnya sibuk untuk hal apa?
"Gak sempat atau gak diajak sama Reza?" tanya bunda.
"Ya, gitu deh," sahut kak Reza.
Aku bercerita banyak dengan bunda hari itu, melepas rindu, katanya ia sangat rindu padaku, dulu ia sering curhat padaku, bercerita tentang almarhum suaminya, tentang anak-anaknya. Oh, ya, kak Reza punya adik, namanya Andika, ia satu tahun lebih tua dariku.
Setelah puas berbincang dengan bunda, kak Reza mengantarku pulang ke rumah. "Terima kasih, ya, Kak," ucapku.
"Sama-sama," sahutnya sambil menebar senyuman yang sudah lama tak kusaksikan.
*****
Hari ini aku kembali membaca buku di perpustakaan, bukan karena tidak mau ke kantin, tapi aku ingin membaca buku novel yang ceritanya hampir selesai.
Hanya di perpustakaan, tempat paling nyaman, tidak berisik. Kali ini aku tidak sendiri, tapi dengan Ika, dia membaca buku tentang ilmuwan.
"An, aku ke kantin dulu, ya, lapar," kata Ika.
"Oh, oke." aku mengangguk.
Tak lama kemudian, Farhan datang, duduk di sampingku.
"Hai, Far," sapaku tanpa menoleh ke arahnya.
"Ciee...udah balikan aja nih," ujar Farhan.
"Maksudnya?" tanyaku sambil menutup buku yang kubaca.
"Kemarin habis darimana sama Reza?" tanyanya setengah meledek.
"Kamu liat dimana?" aku balas bertanya.
"Kemarin, aku jemput kamu, mau ajak kamu jalan-jalan, eh, aku malah liat kamu baru pulang sama dia, yaudah, aku putar balik," jelasnya.
Mulutku setengah terbuka.
Coba aja kalau aku pulang lebih awal, pasti aku gak akan kehilangan kesempatan jalan-jalan dengan Farhan. Batinku.
"Kok bengong?" tanyanya.
"Hah? Engga, ini, aku..."
"Udah, gak usah gugup gitu, kita bisa jalan lain kali kok," ujarnya seakan tau apa yang ada di pikiranku.
Bel berbunyi, pertanda jam istirahat sudah habis.
"Yuk, balik," ucapnya seraya menawarkan tangannya untuk digenggam.
Langsung kugenggam tangannya, berjalan menuju kelas.
Di tengah perjalanan, tiba-tiba Farhan melepaskan tanganku. "Ada Luna, nanti dia kira kita pacaran," ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMAN
RomanceJangan buat seseorang mencintaimu, jika kamu tak siap untuk memberikan hatimu. Karena cinta tak berbalas itu menyakitkan!