Sembilan

4.3K 337 28
                                    

"Eungh..." Lenguhan lemah yang berasal dari namja mungil yang tengah terbaring lemah di ranjang yang muat untuk di tiduri dua orang dewasa itu membuat sosok lain yang berada satu ruangan dengannya menoleh ke arahnya. Sosok namja kekar yang semula duduk dengan tenang di sofa berwarna coklat tersebut langsung bangkit untuk menghampiri ranjang dengan spring bed baby blue yang di atasnya terdapat seseorang terkasihnya.

"Sayang" Suara husky itu mengalun dengan begitu lembutnya, satu tangan besarnya menangkup tangan mungil milik sang terkasih dengan tangan yang lainnya mengusap pipi gembul seperti kue mochi itu.

"Kookie..." Suara lembut yang terdengar begitu parau mampu membuat dada namja yang lebih besar sesak. Baru kali ini dia melihat pasangan hidupnya terlihat begitu lemah dan rapuh. Selama ini, sosok mungil yang kini terbaring di salah satu ranjang rumah sakit terlihat begitu kuat dan tegar. Namun sekuat-kuatnya namja mungil itu mencoba untuk tetap berdiri melawan dunia yang begitu keras, akan ada kalanya dirinya yang begitu tangguh memperlihatkan sisi lemahnya, setidaknya pada satu orang yang menurutnya dapat di percaya.

Dan kini Jungkook melihat sisi lemah dari Jimin, pasangan hidupnya. Yang ternyata terasa lebih menyakitkan dibandingkan dengan saat tubuhnya di tembus oleh timah panas sebuah revolver. Melihat seseorang yang begitu berarti dalam hidupnya kesakitan terasa lebih menyakitkan dibandingkan dengan saat dirinya sendiri yang merasakannya. Dan dia bersumpah untuk tidak akan membiarkan Jimin terluka lagi.

"Aku disini, Dangshin" Jungkook meremas tangan mungil Jimin dengan lembut, tak membiarkan si mungil merasakan sakit sedikitpun. Jungkook mendekatkan wajahnya pada Jimin, mengecup mesra surai biru itu.

"Yoongi dan Taehyung..." Jungkook terdiam, tak tahu apa yang harus dia katakan kepada belahan jiwanya itu. Jimin memperhatikan raut wajah dari dominant-nya itu, terdapat kebimbangan yang terlihat begitu jelas di mata bulatnya.

"Jujur. Aku ingin jawaban jujur darimu" Jimin menekankan nada suaranya, meminta jawaban jujur dari suaminya itu. Jungkook memejamkan matanya sesaat, merangkai kata yang tepat agar tidak membuat si mungil histeris.

"Mereka... Aku tidak bisa" Jungkook bingung dengan apa yang akan dia ucapkan, hanya kalimat itu yang terlontar dari bibir tipisnya. Jimin tercenung, perlahan air mata mulai menganak sungai di pipinya yang sedikit menirus. Perasaan sesak memenuhi rongga dadanya.

"Hiks.. Wae?? Hiks... Yoongi... Hiks.. Hiks... Tae... Hiks... Hiks... Hiks..." Isakan pilu yang terdengar begitu menyedihkan memenuhi ruangan itu. Jungkook membawa tubuh kecil Jimin ke dalam dekapannya, membiarkan si mungil melampiaskan kesedihan di hatinya.

Jimin terus terisak dengan mulut kecilnya yang tak berhenti meracau sedih. Jungkook sebagai sosok pelindungnya pun tak bisa berbuat apa-apa, selain memberikan kalimat-kalimat penenang untuk pujaan hatinya.

"Sayang, ingatlah. Di dalam dirimu ada nyawa lain. Kalau kamu sedih, dia akan ikut sedih" Jimin menutup matanya, menikmati tangan besar Jungkook yang mengelus pelan pucuk kepalanya.

"Aku berjanji akan membalas perbuatan mereka ini dengan perbuatan yang setimpal, Dangshin. Hanya bersabarlah dan tunggu hingga waktu itu tiba"

***

Juhyun menatap datar kertas-kertas yang berisikan data-data pasiennya. Pikirannya merenung jauh, otak jeniusnya terus bekerja. Berusaha menemukan keganjilan dari data yang Jungkook kirimkan satu jam yang lalu. Tentang...

Kematian Taehyung dan Yoongi.

Memang benar jika kecelakaan itu disengaja. Dari rekaman cctv di daerah sekitar, menampilkan sosok dengan pakaian serba hitam lengkap dengan masker wajahnya tampak mengintai mobil Jungkook dan Taehyung. Sasaran asli dari orang itu sebenernya mobil Jungkook tapi sepertinya dia salah sasaran dan mengira mobil Taehyung adalah mobil Jungkook.

Mᴀғɪᴀ Jᴇᴏɴ (KᴏᴏᴋMɪɴ)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang