Chapter 7 - part 1

557 47 12
                                    

Fight to love
.
.
.

Note:
Perhatikan baik-baik saat membaca yah.
Italic= flashback
.
.

Happy reading
.
.
.

Jihoon terbangun saat merasakan sinar mata hari menyentuh wajahnya. Perlahan membuka matanya kemudian mengedipkannya berulang-ulang,  menyesuaikan cahaya matahari yang masuk ke matanya. Setelah kesadarannya terkumpul jihoon mengedarkan pandangannya.

Mengernyit heran saat menyadari ia berada di kamarnya sekarang, padahal seingatnya ia tadi malam
Berada si sofa ruang depan menunggu daniel pulang.
Sejenak jihoon berfikir, berarti ada yang memindahkannya semalam.

Daniel, hanya nama itu yang terlintas di fikirannya. Kenapa tadi malam ia sama sekali tidak sadar saat daniel membawanya ke kamar. Jihoon hendak bangkit dari ranjangnya, namun di urungkannya saat lagi-lagi sakit didadanya kembali mendera.

Jihoon mengambil obat di laci meja nakasnya kemudian meminumnya segera dengan air yang selalu ia siapkan di sampingnya. Merasa lebih baik setelah pil-pil ditelannya, jihoon tak sadar jika sendari tadi ada yang
Berdiri di depan pintu kamarnya yang sedikit terbuka.
Mengamati kegiatan yang dilakukannya sebelum pergi diam-diam dari sana.
.
.
.
Daniel hanya berdiri diam ketika berada di dalam lift yang akan membawanya ke basement apartemen nya, pikirannya tertuju pada apa yang beberapa saat lalu dilihatnya. Apa yang di minum jihoon? Apa jihoon minum obat, apa ia sakit? Obat apa yang di minumnnya? Itu lah kira-kira berbagai pertanyaan yang muncul di benak daniel.

Terlalu asyik dengan pikirannya, daniel tak sadar jika dirinya sudah sampai di basement tempat mobilnya terparkir. Pintu lift terbuka, jihoon hendak keluar, namun langkahnya terhenti saat melihat orang yang berdiri di depannya. Demikian pula dengan orang di depan daniel yang kini juga hanya berdiri diam menatap lurus ke arah daniel. Cukup lama saling bertatapan dengan pandangan dingin, daniel melangkah keluar lift, berlalu melewati lelaki tinggi di depannya.

Pandangan guanlin masih mengikiti setiap langkah daniel, sejak daniel berjalan melewatinya. Bahkan sampai daniel memasuki mobilnya dan menjalankannya dengan kencang, pandangan guanlin masih setia mengikuti. Menghela nafas setelah mobil daniel benar-benar tak lagi terjangkau oleh pandangan matanya, kemudian melangkah masuk ke dalam lift yang akan  membawanya menuju ke ruangan apartemen nya.
.
.

BRAK!

Daniel membanting beberapa file dokumen yang kini tengah diperiksanya, kemudian menghembuskan nafas kasar. Hari ini entah kenapa dia sama sekali tak bisa konsentrasi bekerja. Sejak berpapasan tadi dengan guanlin di basement apartemenya, ia tampak urig-urigan.

Bayangan jihoon dan guanlin yang terus saja terlintas
di fikirannya mengingatkan daniel pada kejadian itu.
kejadian di masa lalunya yang mungkin tak akan pernah daniel lupakan seumur hidupnya.

Mengacak rambutnya frustasi, kemudian menelungkupkan kepala di meja kerjanya. Sungguh ini bukan kebiasaan seorang kang daniel. Menegakkan kepalanya kembali, daniel melihat waktu menunjukkan pukul sebelas siang, berarti sudah hampir memasuki waktu makan siang. Terdiam guna berfikir sejenak kemudian beranjak dari duduknya, mengambil jas di sandaran kursinya, daniel beranjak keluar meninggalkan ruangannya.

--DanielJihoon--

Suasana di lobby apartemennya begitu sepi saat guanlin memasukinya. Berjalan dengan begitu tergesa dan mencari seseorang yang berada di sana. Jelas sekali terlihat ekspresi panik di wajah tampannya.
.
.
View Minutes Ago

Fight To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang