cowok itu memasukkan satu set pakaian kedalam tas kecil berwarna biru punya Abel, enggak tau gimana ceritanya Abel punya tas yang motifnya bunga-bunga begini
yang penting Amar bisa menampung pakaiannya kedalam tas ini
ya! setelah teman-temannya mengajak Amar untuk menginap dirumah Adib, Amar langsung mengepak pakaiannya
walaupun rencananya cuma menginap dua hari satu malam, Amar harus membawa baju ganti mengingat temannya yang bernama Adib ini badannya lumayan besar- sebesar pacar baru mantannya
rencananya sih Amar mau kesana dengan tangan kosong dan pulang dengan banyak makanan, tapi kata Yudi; "Mar, lo bawa baju ya, badan lo kecil soalnya, entar yang ada bajunya Adib kaya daster pas lo pake"
padahal, Amar gak sekecil itu, serius!
gedubrakk
Amar memutar bola mata dan menatap pintu dengan malas
"ada temen lo didepan" kata Abel diambang pintu kamar Amar sambil bermain game diponselnya
membuat Amar membawa buntalan tas berisi baju dan meraih ponselnya
benar saja, sesosok kaum adam sedang duduk diatas motornya
"eh Mar, bawa makanan lo?" tanya cowok itu sambil melirik buntalan berwarna biru yang dibawa Amar
"ini baju, somplak" dengus Amar, padahal dia yang menyarankan Amar untuk membawa beberapa helai kain ini
Yudi tergelak sambil memukul stang motornya kecil "beneran dibawa dong"
Amar mengernyit bingung "kan katanya bajunya Adib kaya daster"
Yudi tergelak lagi, membuat Amar menatapnya malas "udeh ayo cepet"
_____
hal pertama yang Amar simpulkan saat berada dirumah Adib yaitu; rame
iya! rame pake banget, ini Adib ngajak satu kecamatan buat nginap dirumahnya apa gimana?!
udah mana yang Amar liat disini, kebanyakan bapak-bapak keren yang pakai jas. Otak Amar udah kemana-mana, dia mulai mikir kalo dia disuruh kesini karena mau dijual sama Adib karena bapaknya bangkrut dan punya hutang yang nomplok
oke, ngaco
Amar bingung, dia ngalor-ngidul mengitari rumah gedongnya Adib, dia tertinggal jejak Yudi sedari tadi
melihat Ridho disudut membuat Amar jadi sumringah, dia menghampiri salah satu temannya itu dan menyapanya
"eh Mar, ke kamar sana" titah Ridho membuat Amar semakin bingung
mendengar kata kamar dan melihat bapak-bapak berjas tadi membuat Amar jadi...
Pingin pulang.....
"e- ngapain Do?"
"kumpul lah bego! emangnya mao ngapain?!"
Cowok itu menghembuskan napas lega "kamar mana?"
"kamar tante Gita" ucap Ridho santai "YA KAMARNYA ADIB LAH!"
Amar menggaruk pipinya "yaudah, lo ngapain disini?"
"jemput lo, kata Yudi lo ilang"
Ridho berjalan menuju lantai atas yang berarti letak kamar Adib, Amar hanya mengikuti Ridho dari belakang
"eh" Ridho berhenti membuat Amar ikut berhenti "gue lupa pengen beli garem, lo duluan gih"
Amar cuma mengangguk patuh dan melanjutkan langkahnya, sumpah dia sama sekali gak mau tau Ridho beli garam buat apaan, yang terpenting sekarang dia harus sampai dikamar Adib
dia memutar knop pintu berwarna putih dan membukanya dengan pelan, seakan-akan pintunya bakalan pecah
Amar nyengir saat melihat teman-temannya berserakan dimana-mana. Yudi dan Adib lagi dipojok ruangan sambil main nintendo
David lagi disudut satunya sambil meringkuk dengan ponsel ditangannya
sementara ditengah ruangan ada Ashraf dan Jae yang memotong buah
asal kalian tau, waktu masuk ke kamar Adib ini bukan kasur yang terlihat, tapi ruangan besar yang diisi beberapa macam game dan koleksi lego
ya, Adib se 'wah' itu
"PANGERAN DATENG, MANA SAMBUTANNYA"
"AMAR! bantuin ngulek sini"
Amar berdecih dan mendekati Ashraf alias si Ucup
seharusnya mereka gelarin red carpet kek, bikinin spanduk 'welcome prince' kek, beliin lamborgini kek. Bukan malah suruh ngulek!
"ngulek apa?" tanya Amar malas
"cabe" kata Jae datar
"tuh kan, tuh kan, udah mending mau gue bantuin malah ngatain gue cabe"
pletuk
"aw!"
"maksudnya ulek cabe bodoh" ujar Ashraf setelah melempar jambu tepat ke kepala Amar
"MANA CABENYA, MANA" kata Amar nyolot
Ashraf tersenyum sabar, padahal dalam hati pengen banget nimpuk Amar sekali lagi pake cabe sekarung
"ini yang ngerujak bertiga doang kan?" tanya Amar
"ya bareng-bareng lah"
Amar menyipitkan matanya dan menatap satu-persatu temannya yang sedang sibuk sendiri
"HE! PADA KUMPUL SINI GAK LO?! GAK DAPET JATAH RUJAK NIH"
teriakan Amar berhasil membuat Yudi dan Adib meninggalkan nintendonya serta David yang meninggalkan rasa bucinnya terhadap pacar LDR nya sejenak
Amar tersenyum menang dan melipat kedua tangannya didepan dada "Yudi ngulek, Adib sama David gantiin motong buah" titah Amar
dan sialnya, langsung dituruti oleh mereka
"lah Dapit, mangganya ngapain ikut di uleg?!"
kata-kata Yudi membuat David menatap satu-persatu temannya "emang enggak ditumbuk juga?"
"ya enggaklah! kita mao ngerujak bukan makan sambel buah"
"tapi kata emak gue mangga nya ikut diuleg satu, biar mantep"
"ih engga usah, entar rasanya aneh"
sumpah demi apapun, Amar pusing!
cowok itu melangkah keluar kamar Adib, satu ruangan dengan orang sengklek sama sekali gak membantu menambah pengalaman liburannya.
tiba-tiba, Amar jadi ingat salah satu temannya yang katanya mau beli garam
cowok berambut mangkok itu turun, suasana rumah Adib sudah tidak terlalu ramai seperti yang Amar lihat saat dia baru tiba disini
baru saja Amar menginjakkan kaki dianak tangga terakhir, tubuh Amar menegang
tiba-tiba kakinya sulit digerakkan, dia melihat apa yang seharusnya dia tidak lihat
punggung kokoh berbalut jas itu
Walaupun sudah hampir dua tahun dia tidak melihat, tapi masih segar diingatan Amar
sekarang pemilik punggung itu berbalik, sedikit tersentak saat menatap Amar
pandangan mereka bertemu
tapi dengan cepat, Amar memutuskan kontak mata itu dan berlari keatas tangga
nafasnya terengah-engah, Amar menyenderkan tubuhnya didinding dan meraup wajahnya kasar
"ngapain harus ketemu sih?!" gumamnya