"yuk kebawah" ajak Amar saat dia dan adiknya selesai mencuci mukanya
Raka mengerjap, tubuhnya bergetar. Amar yang melihat itu berjongkok didepannya
"hei, gak apa-apa Raka, inget kan yang abang bilang semalam?"
bocah itu mengangguk, bibirnya mencoba untuk tersenyum. Hatinya terus merapal mantra dari abangnya yaitu; 'mereka enggak jahat, mereka baik, mereka engak jahat, mereka baik'
Amar menahan tawa melihat wajah tegang adiknya "ayo sarapan, abang laper"
.
" Ayah" panggil Raka membuat satu meja kaget- kecuali Amar
Ara dan Rama berpandangan, setelah itu mereka tersenyum
ya, untung saja Amar berhasil mencerahkan hati seorang Raka, sehingga bocah kecil itu dapat hidayah
Fazril alias sang Ayah mengukir senyumnya "ya? Raka mau nambah lagi?"
Raka menggeleng lucu "enga, Raka mau jajan sama Bang Amar nanti, boleh kan yah?"
Amar tau betul jajan yang dimaksud Raka yaitu; ngehabisin uang
"boleh dong, tapi Ayah ikut boleh gak?"
Raka menoleh ke Amar untuk meminta bantuan, tapi abangnya malah sibuk menyuapkan nasi
"er- bboleh dong" ucap Raka membuat Fazril tersenyum senang
Amar menahan tawa, menyebabkan makanan yang ada ditenggorokannya naik, dia tersedak. Sakit
Raka yang disampingnya memberi gelas berisi air dengan cepat
bukan, Amar bukan ngetawain ayahnya yang senyum karena dibolehin Raka. Tapi karena nada bicara Raka yang terkesan aneh ditelinga Amar, pengen so asik tapi datar
dasar keluarga muka datar, batin Amar
"pelan - pelan dong Mar, ngeri" ucap Ara. Amar malah nyengir
"bang Rama gak ikut?" tanyanya pada Rama yang duduk didepannya
bisa Amar rasakan tatapan tajam Raka padanya dan cubitan bocah itu dipahanya. Amar tertawa kecil, adiknya itu masih belum mau damai sama abangnya
"enggak, gue mau bimbingan" kata Rama dengan nada datarnya
Raka menatap Rama dengan sinis, pengen banget nambahin cakaran diseluruh mukanya biar mukanya gak datar. Raka heran sama abangnya, gimana bisa dia baik banget sama Rama padahal tadi malam Rama udah buat Amar nangis
"kak Ara gak ikut?"
Ara yang sedang membereskan piring menoleh ke Amar "enggak deh, kakak mau jemput bang Azam di bandara"
Amar mengangguk "ayo kita mandi Ka" ajak Amar
"loh, Ayah gak diajak?"
Amar mengerjap, menoleh ke Ayahnya yang lagi menatap nya dengan sebelah alis terangkat
ini aki - aki kenapa
🐨
"Raka... abang duduk dibelakang aja deh"
Raka menggeleng yang jelas saja tidak bisa dilihat Amar
"abang disini aja sama Raka" rengeknya
"ih Raka, tapi abang gak keliatan" ucap Amar
Fazril hanya menggeleng melihat kelakuan dua anaknya, Raka duduk dipangkuan Amar- kesannya sih Raka kaya lagi siksa Amar