"Baiklah anak-anak, sebentar lagi kita akan berangkat, jadi kalian harus berbaris dulu dengan ibu masing-masing."
Ucapan Lee Sunhee selaku kepala sekolah membuat Jaehwan terdiam di tempat, lantas mengedarkan pandang, menyisir seluruh tempat itu guna menemukan ibunya. Padahal keberangkatan tinggal sepuluh menit lagi, namun ia tidak bisa menemukan ibunya di sana.
"Min Jaehwan, kenapa diam di tempat?" Suara Sunhee kembali menginterupsi bocah tersebut. Membuat Jaehwan menatap sayu ke arahnya.
"Ibuku belum datang, Saem," ucapnya lemah.
Mendengar pernyataan tersebut membuat Sunhee sedikit trenyuh, karena ia tahu betul bagaimana latar belakang keluarga Jaehwan. Tidak banyak, hanya saja Hyuna memang sering bercerita tentang kisah sedihnya. Iya. Bibir Hyuna memang selicin itu.
"Tapi, ibumu sudah tahu kalau hari ini ada acara, kan?" tanya Sunhee yang kini sudah berjongkok guna menyamakan tingginya dengan Jaehwan.
Bocah itu hanya mengangguk. Terlihat sekali wajahnya memerah seperti ingin menangis, namun Jaehwan menahannya dengan sekuat tenaga.
Sunhee mengusap lembut kepala Jaehwan dan tersenyum kepadanya. "Baiklah, kita tunggu saja, mungkin ibumu sudah dekat. Jangan menangis, ya."
Benar saja, setelah mendengar ucapan Sunhee, Jaehwan menjadi sedikit lega. Karena hal yang sangat ia inginkan adalah menghabiskan waktunya bersenang-senang dengan sang ibu yang sangat dirindukannya.
Namun, selang lima belas menit berlalu, Hyemi tetap tidak terlihat menampakkan dirinya. Ditambah lagi orang tua murid lain yang sudah mengomel karena terlalu lama menunggu. Dan Sunhee sebagai kepala sekolah pun tak bisa mengabaikan keluhan banyak orang hanya demi kepentingan pribadi.
"Jaehwan-ah, kita tidak bisa menunggu ibumu terlalu lama lagi. Kita sudah cukup lama menunda keberangkatan, terpaksa kau akan ikut tanpa ibumu. Maafkan aku." Dengan berat hati Sunhee menjelaskan pada Jaehwan seraya menuntunnya menuju bus.
Sedih? Tentu saja, itulah yang saat ini Jaehwan rasakan. Tanpa sadar air mata pun telah menetes di pipinya. Ia benar-benar kecewa dengan ibunya.
"Bibi, tunggu!"
Sontak saja Sunhee seketika menoleh saat mendengar suara yang sangat di kenalnya. Benar saja, ia melihat Hyuna tengah berlari ke arahnya.
Ia pun berhenti di depan Sunhee dan Jaehwan dengan napas yang tersengal-sengal. "Aku yang akan menemani Jaehwan."
...
Dengan terburu-buru, Hyuna berlari menuju halte bus terdekat tanpa memperdulikan penampilannya sedikit acak-acakan. Bagaimana tidak, ia terlanjur senang saat Seokjin memberinya libur selama tiga hari, dan semalaman ia menghabiskan waktunya menonton drama.
Namun, tadi pagi ia mendapat telepon mendadak dari nomor tidak di kenal yang ternyata adalah Hyemi, istri Seokjin.
'Hyuna-ya maaf merepotkanmu, tapi bisakah kau menemani Jaehwan hari ini? Ada pemotretan yang mendadak harus ku lakukan.'
Kira-kira seperti itulah kalimat yang di ucapkan Hyemi padanya. Ingin sekali menolak, tapi ia takut jika Hyemi akan mengadu pada Seokjin dan membuatnya kehilangan pekerjaan.
Padahal baru kemarin ia melihat Jaehwan sangat antusias karena akan menghabiskan waktu dengan ibunya, namun wanita itu akan kembali membuat Jaehwan kecewa. Sungguh Hyuna merasa kasihan dengan bocah duplikat mantan kekasihnya itu.
Jaehwan kecil yang malang.
...
"Bagaimana noona bisa kemari? Apa ayah yang menyuruh noona kemari?" selidik Jaehwan selama di perjalanan menuju pantai. Bocah itu tak henti-hentinya menanyakan tentang hal itu pada Hyuna.
Sedangkan Hyuna hanya bisa menjawab dengan senyuman yang membuat Jaehwan mengerucutkan bibirnya sebal.
"Aigoo, bocah ini. Tidak, bukan ayahmu menyuruhku. Aku memang sengaja ingin menyusulmu. Ya, anggap saja antisipasi jika sesuatu yang tidak di inginkan terjadi."
Mendengar pernyataan Hyuna, membuat Jaehwan sontak menunjukkan senyum simpul di bibirnya. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi, kehadiran Hyuna di sini membuat Jaehwan sedikit melupakan rasa kecewanya pada Hyemi.
"Terima kasih, Noona."
...
Setelah outbond berakhir, kini Hyuna tengah sibuk merekam tingkah Jaehwan. Bos kecilnya itu tak henti-hentinya tersenyum seraya memandang tropi yang ia dapatkan karena berhasil menjadi juara pertama. "Sepertinya kau senang sekali."
Mendengar pertanyaan Hyuna, membuat Jaehwan menoleh seketika. "Tentu saja, aku sangat senang. Berkatmu aku bisa mendapat piala ini."
"Ah, bukan apa-apa. Jangan terlalu memujiku, Min Jaehwan," ucap Hyuna merendah.
"Tapi, aku sangat senang noona ada di sini. Terima kasih, Noona."
Tanpa diduga, bos kecilnya itu menghambur ke pelukannya. Hyuna sedikit terkejut. Namun, pada akhirnya ia membalas pelukan bocah kecil Min Seokjin tersebut.
"Andai saja ibuku seperti noona, aku pasti sangat senang," celetuk Jaehwan yang membuat Hyuna terdiam seketika.
Untuk sepersekian detik ia berpikir, jika saja waktu itu hidupnya tidak rumit, apakah mungkin ia yang akan menikah dengan Seokjin? Memikirkan hal itu, membuat hatinya seketika merasa nyeri. Karena nyatanya, tidak ada harapan lagi untuk Hyuna kembali pada pria itu.
"Baiklah, sudah saatnya kita pulang. Silahkan mengemasi barang bawaan masing-masing." Suara Sunhee berhasil membuyarkan lamunan Hyuna.
"Cha, sekarang ayo kita pulang," ajak Hyuna tanpa merespon ucapan Jaehwan.
Setelah merapikan barang bawaannya, Hyuna pun dengan segera menuntun Jaehwan kembali menuju bus.
"Tunggu, kepala sekolah!"
Sunhee menoleh seketika mendengar seseorang memanggilnya saat ia hendak masuk ke dalam bus. Ia melihat seorang pria tengah berlari ke arahnya dengan napas yang terengah-engah.
"Biarkan Min Jaehwan dan Lee Hyuna pulang bersamaku."
...
Jangan lupa vote dan comment ya
Share ke temen kalian juga
😘😘😘😘😘😘😘😘😘Purple u
💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜
KAMU SEDANG MEMBACA
After A Minute ✓
FanfictionBerawal dari kesalahpahaman kedua orang tuanya, membuat Hyuna terpaksa harus meninggalkan Korea. bahkan, ia harus rela berpisah dengan pria yang sangat dicintainya. Tujuh tahun berlalu, gadis itu pun kembali ke tanah kelahirannya. Berharap akan mend...