"Tunggu, kepala sekolah!"
Sunhee menoleh seketika mendengar seseorang memanggilnya saat ia hendak masuk ke dalam bus. Ia melihat seorang pria tengah berlari ke arahnya dengan napas yang terengah-engah.
"Biarkan Min Jaehwan dan Lee Hyuna pulang bersamaku."
Terlihat sekali Jaehwan sumringah, saat melihat kehadiran sang ayah. Berbeda dengan Hyuna yang kini tengah tercengang karena mendengar permintaan Seokjin pada Sunhee.
"Ah, baiklah kalau begitu, Tuan Min. Kami permisi dulu," pamit Sunhee, lantas meninggalkan Seokjin, Hyuna, dan Jaehwan.
...
Hyuna masih saja memandang ke arah pria yang kini tengah sibuk mengemudi di sampingnya. Ia masih tidak percaya dengan aksi penculikan yang dilakukan Seokjin. Saat ini mereka bertiga‒ dirinya, Jaehwan, dan Seokjin, tengah menempuh perjalanan menuju Gangwon-do. Gadis itu benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran seorang Kim Seokjin.
"Aku memang sangat tampan, aku tahu itu. Tapi, apakah kau harus menatapku secara terang-terangan?"
Dengan cepat Hyuna melengos. Mencoba menghindari tuduhan Seokjin‒ yang nyatanya memang benar. Hanya saja, Hyuna terlalu malu jika harus ketahuan oleh pria itu.
"Siapa yang memandangmu? Percaya diri sekali," cibirnya.
Tanpa Hyuna sadari, Seokjin tersenyum simpul setelah mendengar cibiran gadis itu. Padahal Seokjin sudah jelas mengetahuinya, tapi Hyuna memilih berbohong. Benar-benar kebiasaan yang tidak pernah berubah sejak mereka masih berpacaran.
"Ah, ngomong-ngomong, kenapa kau menculikku?"
Pria itu menoleh, menatap Hyuna sekilas, lantas kembali fokus ke jalanan di depannya. "Aku tidak menculikmu, aku ingin kau menemaniku merayakan ulang tahun Jaehwan."
"Mwo?" Tanpa sadar gadis itu memekik karena jawaban Seokjin. "Apa kau sudah gila?" Hyuna berbisik, agar tidak terdengar oleh Jaehwan, jika ia tengah mengatai ayahnya.
"Diamlah, kau bisa membangunkan Jaehwan dari tidurnya," omel Seokjin yang seketika membuat Hyuna terdiam.
Seokjin sepenuhnya sadar, memanglah bukan ide yang baik mengajak Hyuna menginap bersamanya. Namun, ia sudah terlanjur marah pada Hyemi, karena wanita itu lagi-lagi lebih mementingkan pekerjaannya.
Pria itu masih bisa memaklumi jika Hyemi hanya mengingkari janjinya untuk menjemput Jaehwan saat pulang sekolah. Tapi, melewatkan acara penting seperti ulang tahun putranya sendiri, itu sudah sangat kerterlaluan dan tidak bisa di toleransi.
Entahlah, jika Hyemi terus-terusan seperti itu, Seokjin akan mempertimbangkan untuk melanjutkan rumah tangga mereka atau tidak.
...
"Rasakan ini, Noona!" pekik Jaehwan seraya melempar balon air yang sudah dibuatnya kea rah Hyuna. Ia pun segera berlari untuk menghindari tangkapan Hyuna.
"Aish! Awas saja kalau manti kau tertangkap, Kim Jaehwan!"
Gadis itu tidak mau kalah, dengan segera ia mengejar bos kecilnya yang terlihat sangat senang. Buktinya, sejak tadi ia bermain dengan Hyuna, bocah itu tertawa riang. Benar-benar ekspresi yang tidak pernah Hyuna lihat sebelumnya.
Grep!
"Aha! Tertangkap kau, anak nakal!" ucap Hyuna seraya mendekap tubuh mungil Jaehwan yang berhasil ia tangkap.
"Yeay! Ayah sudah pulang!"
Bukannya ketakutan, Jaehwan malah bersorak menyambut sang ayah yang baru saja datang. Hyuna menoleh, menatap pria yang kini tengah menenteng tas belanja di tangannya.
Sedangkan Seokjin membeku di tempat melihat pemandangan di hadapannya. Tidak menyangka jika hubungan Jaehwan dan Hyuna akan sedekat itu.
"Wah, apa Jaehwan tidak lelah setelah bermain di pantai tadi? Sekarang malah bermain basah-basahan dengan noona?"
"Tentu saja tidak, aku kan kuat," celoteh Jaehwan seraya menuntun tangan Hyuna untuk mendekati ayahnya. Pria itu pun sontak terkekeh mendengar jawaban putranya.
"Darimana?" tanya Hyuna singkat. Gadis itu hsnya menunduk, tidak berani menatap Seokjin dengan penampilan seperti ini.
Saat sudah berada di dalam rumah, Seokjin meletakkan tas belanjanya di atas meja, membuat Hyuna mencuri pandang, penasaran dengan apa yang baru saja di beli pria itu.
"Ayah pasti membeli kue ulang tahun dan makanan kesukaanku, kan?" Jaehwan menjawab dengan riang.
"Setiap ulang tahun Jaehwan, kami akan berkumpul, mulai dari tiup lilin, potong kue, dan memakan makanan kesukaan Jaehwan bersama," jelas Seokjin yang seketika dapat dimengerti oleh Hyuna.
"Ah, jadi begitu. Memangnya, apa makanan kesukaan Jaehwan?" Gadis itu kembali bertanya pada Jaehwan yang sudah sibuk membongkar tas belanja Seokjin.
"Sama seperti Ayah, Noona."
"Ah, pizza," celetuk Hyuna tanpa sadar.
"Darimana noona tahu?" Jaehwan menatap ke arah Hyuna penuh selidik.
Seketika Hyuna salah tingkah setelah mendengar pertanyaan Jaehwan, seolah kembali tersadar telah salah berucap. Seokjin pun kini tengah menatap ke arah gadis itu. Tidak menyangka, jika Hyuna masih benar-benar mengingat semua tentangnya, termasuk makanan kesukaannya.
"Eoh? Ah, aku hanya menebak. Lagipula, siapa yang tidak menyukai makanan seenak pizza?"
"Kau." Seokjin menjawab dengan cepat, karena ia tahu, sejak dulu Hyuna tidak menyukai makanan itu.
Hyuna terdiam beberapa saat. Pandangannya tertuju pada Seokjin yang kini juga tengah menatapnya. Tatapan sendu yang selama ini ia rindukan. Tatapan yang selalu membuat Hyuna ingin memeluk erat pria itu.
"Ayah tidak beli pizza?!" tanya Jaehwan penuh selidik.
...
Akhirnya aku bisa up cerita ini lagi
Maaf ya, karena udah bikin kalian nunggu lama gengs
Semoga kalian gak ngambek sama aku ya
😅😅😅😅😅😅😅😅😅Jangan lupa Vote dan Comment
Share ke temen kalian juga yaPurple u Hyunamates
💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜
KAMU SEDANG MEMBACA
After A Minute ✓
FanfictionBerawal dari kesalahpahaman kedua orang tuanya, membuat Hyuna terpaksa harus meninggalkan Korea. bahkan, ia harus rela berpisah dengan pria yang sangat dicintainya. Tujuh tahun berlalu, gadis itu pun kembali ke tanah kelahirannya. Berharap akan mend...