Hyuna masih tidak habis pikir dengan apa yang pagi tadi atasannya itu katakan. Sejak selesai sarapan bersama, hingga sekarang saatnya ia menjemput Jaehwan, ucapan Seokjin terus saja terngiang di benaknya.
"Yang benar saja! Memangnya dia siapa bisa seenaknya memaksaku untuk menemaninya sarapan setiap hari!" gerutunya pelan. Bibirnya pun mengerucut karena sebal.
"Noona kenapa?" tanya Jaehwan yang tahu-tahu sudah berada di hadapan Hyuna.
Sedangkan Hyuna yang masih melamun, seketika menoleh pada bocah kecil Seokjin. "Ah, Jaehwan sudah pulang ternyata. Maaf, noona tidak melihatmu tadi," ujarnya dengan diikuti kekehan.
Jaehwan berdecak melihat kelakukan Hyuna. "Ck! Aneh sekali. Jelas-jelas aku melihat noona menggerutu tadi. Pasti noona sedang sebal, kan?"
"Tidak, hanya saja sedang memikirkan sesuatu. Kajja, kita pulang, kau pasti lapar sekarang," ajak Hyuna, lantas segera menuntun Jaehwan menuju tempat parkir mobilnya.
"Noona, hari ini aku sedang senang." Hyuna menoleh kilas, menatap bos kecilnya yang tiba-tiba membuka suara.
"Senang kenapa? Dapat nilai bagus, ya?" tebaknya.
Jaehwan menggelengkan kepala dengan senyum yang tetap terlukis di bibirnya. "Besok aku akan pergi outbond dengan ibu," tukasnya riang.
Hyuna pun ikut tersenyum saat melihat Jaehwan bahagia seperti itu. Bahkan sejak ia mengajar di sekolah milik bibi Sunhee, baru kali ini melihat Jaehwan tersenyum sebahagia itu. Mungkin, karena ia akan menghabiskan waktu bersama ibunya.
"Wah, benarkah? Kalau begitu besok aku tidak perlu menjemputmu, kan?"
"Tidak perlu, kau istirahat saja di rumah. Noona pasti lelah setiap hari menjemputku," jawab Jaehwan yang sontak membuat Hyuna terkekeh geli. Dasar bocah itu.
...
Malam ini Jaehwan nampak gembira saat menunggui bibi Han mengemasi barang-barang yang diperlukan bocah itu untuk acara outbond besok pagi. Dan terlihat sekali Jaehwan sangat antusias.
Bahkan Seokjin yang sedang berada di ruang kerjanya samar-samar bisa mendengar suara ocehan senang Jaehwan. Karena penasaran, pria itu pun memutuskan untuk menghampiri putranya, ingin tahu apa yang membuat bocah kecilnya begitu riang.
Bagi Seokjin kebahagiaan Jaehwan adalah prioritas utama. Senyum Jaehwan merupakan penyemangat untuknya. Jadi, Seokjin pun akan melakukan apa saja, asalkan Jaehwan bisa selalu bahagia, maka dirinya pun sudah senang akan hal itu.
Begitu memasuki kamar Jaehwan, ia bisa melihat putranya sedang mengoceh, bercerita tentang apa yang akan dilakukannya esok hari, dan sesekali membantu bibi Han memasukkan barang-barang yang akan dibawanya saat outbond.
Senyum di bibirnya pun merekah seketika. "Jaehwan senang sekali, ya?"
Mendengar suara Seokjin, sontak membuat bibi Han dan Jaehwan menoleh secara bersamaan. Bocah kecilnya itu pun segera menghambur pada Seokjin.
"Tentu saja aku sangat senang, Ayah. Karena besok aku akan bersenang-senang dengan ibu, seharian penuh."
Seokjin terkekeh. "Benarkah? Ah, bibi bisa kembali ke kamar, biar aku saja yang melanjutkan sisanya," pinta Seokjin pada wanita paruh baya yang senantiasa mengurus putranya jika ia sedang tidak di rumah.
"Baiklah, selamat malam, Tuan dan Tuan Muda."
"Terima kasih, Bibi Han," ucap Jaehwan dengan sopan. Kebiasaan yang selalu Seokjin ajarkan pada putranya tersebut.
"Jaehwan-ah, besok ayah akan menjemput setelah outbond selesai. Lalu kita akan pergi ke pantai bersama-sama, dan merayakan ulang tahun Jaehwan," jelas Seokjin sembari kembali mengemasi barang-barang milik putranya.
"Tapi, bukankah ulang tahunku masih dua hari lagi, Ayah."
"Kita akan menginap tentu saja jagoan, kita akan main di pantai seharian dengan eomma."
Sontak saja penjelasan Seokjin membuat putranya berseru riang. "Yeaay! Pasti sangat menyenangkan. Aku jadi tidak sabar, Ayah."
Seokjin terkekeh. Lantas, segera menangkap putranya yang kini tengah melompat kegirangan di atas ranjangnya. "Tidak semudah itu jagoan, kau harus tidur dulu agar mataharinya segera terbit. Oke?"
"Baik, Ayah!"
"Bagus. Selamat malam," ucap Seokjin setelah mengecup kening putranya. Ia pun tersenyum.
"Selamat malam juga, Ayah."
Setelah menutup pintu kamar Jaehwan, senyum Seokjin memudar seketika. Pria itu segera mengeluarkan ponselnya dari dalam saku, mengetik sebuah kalimat yang akan ia kirimkan kepada istrinya.
'Ku harap kau tidak akan mengingkari janjimu yang satu ini, Lee Hyemi.'
...
Sebagai permintaan maaf, aku kasih double up buat kalian
😘😘😘😘😘😘😘😘😘
Jangan lupa vote dan comment gengs
Share ke temen kalian juga yaPurple u
💜💜💜💜💜💜💜💜💜
KAMU SEDANG MEMBACA
After A Minute ✓
Fiksi PenggemarBerawal dari kesalahpahaman kedua orang tuanya, membuat Hyuna terpaksa harus meninggalkan Korea. bahkan, ia harus rela berpisah dengan pria yang sangat dicintainya. Tujuh tahun berlalu, gadis itu pun kembali ke tanah kelahirannya. Berharap akan mend...