"Bukankah kau tahu saat ini aku sedang berada di Incheon? Jadi, apalagi sekarang alasanmu, Lee Hyemi? Kau sendiri yang berjanji pada Jaehwan tadi pagi, dan kau akan mengingkarinya lagi?"
"Maafkan aku. Tapi pekerjaan ini benar-benar tidak bisa diabaikan, kuharap kau bisa mengerti, Jin. Lain kali aku akan menjemput Jaehwan."
Seokjin tersenyum getir mendengar penjelasan sang istri. "Jadi, Jaehwan tidak lebih penting dari pekerjaanmu, eoh? Baiklah, semoga kau tidak menyesal jika suatu saat nanti ia akan melupakan ibunya sendiri!"
Pip!
Seokjin pun memutus secara sepihak sambungan teleponnya dengan Hyemi. Saat ini ia benar-benar muak dengan kelakuan sang istri. Mana bisa wanita itu menyamakan Jaehwan dengan pekerjaannya. Bahkan lebih mementingkan pekerjaannya daripada Jaehwan. Benar-benar tidak bisa dipercaya.
"Pak Kim, kita kembali ke Seoul. Aku harus menjemput Jaehwan."
...
"Ahaha pekerjaan apa ini, mana ada sekretaris yang menjemput putra atasannya? Hah! Memangnya sesibuk apa Min Sajangnim itu? Menyebalkan sekali!" Hyuna menggerutu di sepanjang perjalanan menuju sekolah putra atasannya tersebut.
Tapi, setidaknya ia harus bersyukur karena perusahaan menyediakan mobil untuknya. Dan beruntungnya lagi ia bisa menyetir dan kebetulan mempunyai lisensi mengemudi.
"Tunggu sebentar," Detik berikutnya Hyuna menghentikan mobilnya. Ia membaca dengan seksama alamat yang diberikan Sekretaris Kim padanya.
"Bukankah ini alamat sekolah milik bibi Sunhee? Ah, baiklah akan ku pastikan sendiri saja," celetuk Hyuna lantas kembali melajukan mobilnya.
Setelah sampai, gadis itu benar-benar terbelalak melihat bangunan yang ada di hadapannya. "Kenapa dunia itu sempit sekali, sih? Lagi-lagi aku harus bertemu tempat ini. Wah, beruntung sekali bibi Sunhee punya murid pewaris Min Financial."
Ia pun melangkahkan kakinya menuju kantor sang bibi. Ya tentu saja ia harus kesana, karena saat ini jam pelajaran belum berakhir.
"Bibi..."
Mendengar sapaan riang Hyuna membuat Sunhee langsung memusatkan perhatian pada keponakannya. "Ya, kau bilang tidak akan mengajar disini lagi? Lantas, kenapa masih kemari?"
Bukannya Sunhee tidak suka jika Hyuna mengajar di sekolah miliknya, hanya saja Sunhee ingin gadis itu mencari pekerjaan yang lebih menjamin hidupnya kelak. Bagaimanapun juga hanya Sunheelah satu-satunya keluarga yang Hyuna miliki setelah kematian kedua orang tuanya.
Sunhee memang menggajinya setiap bulan, namun Hyuna selalu saja menolak dengan alasan 'aku sangat menyukai anak-anak di sini, jadi tidak perlu membayarku bibi'.
"Eits, aku kemari bukan untuk mengajar, tapi untuk menjemput putra atasanku. Bukankah kau merasa bangga, karena Direktur Min Financial menitipkan putranya di sekolahmu?"
Sontak saja ucapan Hyuna membuat Sunhee terbelalak seketika. "Mwo? Kau tidak sedang mencoba mengerjaiku kan, gadis nakal?"
"Aish! Mana mungkin aku jauh-jauh kesini hanya untuk membohongimu, Bibi. Pekerjaanku di kantor lebih penting," gerutu Hyuna.
"Ahaha baiklah-baiklah, anggap saja kau mengatakan yang sebenarnya. Lalu memangnya siapa anak Direkturmu itu?"
Hyuna pun terlihat sedang memutar otaknya. Dan detik berikutnya ia menepuk keningnya, merutuki kebodohan yang telah ia lakukan. "Aish! Dasar bodoh, bagaimana bisa aku tidak menanyakan namanya pada Sekretaris Kim."
"Kau memang sangat ceroboh dari dulu, kan?" celetuk Sunhee yang langsung mendapat tatapan tajam dari Hyuna.
"Mwo? Daripada menatapku, lebih baik kau tanya saja pada atasanmu. Apa kau mau dipecat gara-gara salah menjemput anak Direktur?"
Benar juga. Ia harus segera menghubungi Sekretaris Kim untuk menanyakan nama putra Direktur. Beruntung tadi pria bernama lengkap Kim Yoongi itu sempat memberikan kartu nama miliknya.
Segera mungkin ia mendial nomor telepon yang ada di sana. Berdoa saja semoga pria itu sedang tidak berada di dalam rapat atau kegiatan penting semacamnya.
"Ne, yeoboseyo?"
"Ah, maaf aku mengganggumu, Sekretaris Kim, ini aku Lee Hyuna."
"Ah, ternyata kau, Hyuna-ssi, ada perlu apa? Apa kau sudah bertemu putra Direktur?"
"Itu, eung, sebenarnya aku tidak tahu siapa nama putra Direktur. Tadi aku lupa menanyakan padamu," ujar Hyuna dengan nada yang sangat canggung.
"Eoh, benarkah? Ahaha maafkan aku, tadi aku juga lupa memberitahu siapa namanya."
"Aniya, kau tak perlu minta maaf padaku, Sekretaris Kim, semua ini salahku," sanggah Hyuna.
"Eung, bagaimanapun aku juga bersalah Hyuna-ssi. Baiklah kalau begitu, kau cari saja bocah kecil bernama Min Jaehwan, jika kesulitan kau bisa bertanya pada gurunya."
"Ne? Min Jaehwan?" Leher Hyuna tiba-tiba saja tercekat. Wah, Seoul memang sesempit ini rupanya.
...
Jangan lupa Vote+Comment
Share juga ke temen2 kalian ya gengs
😘😘😘😘😘😘😘Purple u
💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜
KAMU SEDANG MEMBACA
After A Minute ✓
FanficBerawal dari kesalahpahaman kedua orang tuanya, membuat Hyuna terpaksa harus meninggalkan Korea. bahkan, ia harus rela berpisah dengan pria yang sangat dicintainya. Tujuh tahun berlalu, gadis itu pun kembali ke tanah kelahirannya. Berharap akan mend...