2. The Letter

9.6K 1.1K 114
                                    


▪︎•-•▪︎
.
.
.


Gulf POV

Apakah pria yang menatapku begitu tajam itu Tuan Suppasit? Sumpah, tatapan nya itu tajam sekali sampai rasanya lebih tajam dari omongan tetangga yang suka sekali membicarakan ku di desa karena aku yang tidak mau menikahkan gadis manapun yang ada di desa.

Bau amis dan kecipak dari Ikan yang berada di sekitarku membuatku sadar dari lamunan ku. Aku ingin bangun dari kolam ikan ini karena tatapan orang-orang benar-benar mengejek ku. Aku malu.

Tapi kakiku rasanya lemas sekali seakan tenaga ku dimakan oleh ikan-ikan ini. Hei, aku berjanji akan memberi makan bukan berarti tenaga ku kalian makan!

"Dia adalah orang yang ingin melamar pekerjaan disini, Tuan Suppasit."

Si nenek berbaju rapi menjelaskannya pada pria yang ternyata benar adalah Tuan Suppasit. Aku tersenyum tidak enak pada tuan Suppasit yang melihat ku dengan tatapan yang kalau aku tidak terlalu terbawa perasaan terasa seperti ia... jijik?

"Lupakan, aku tidak terima gembel. Apalagi yang bodoh dan ceroboh seperti ini." Ujar nya.

Mataku membola kaget saat aku dibilang gembel lagi. Terlebih sekarang aku dibilang bodoh dan ceroboh. Aku.. bukannya ceroboh. Aku jatuh kan karena anjing yang tadi menubruk ku.

Tuan Suppasit pergi setelah ia mengatakan itu diikuti beberapa pelayan. Jangan lupakan anjing yang ia gendong itu. Aku terdiam dan menunduk, tidak ada lagi kesempatan untukku bekerja disini.

Para pelayan itu perlahan meninggalkan ku bersama dengan nenek berbaju rapih dan seorang pria yang aku tidak tahu siapa.

"Mari ku bantu,"

Seseorang mengulurkan tangan padaku, ketika aku mendongak untuk melihat nya ternyata pria yang tidak kukenali tadi. Aku menggeleng lalu berusaha bangun sendiri, tapi baju ku terasa berat karena basah. Jadi dia membantuku lagi, aku juga dengar dia tertawa.

"Terimakasih." Ujar ku.

Dia mengangguk, "Biar aku ambilkan handuk dulu ya, Nong." Ujar nya.

Aku ingin melarang tetapi dia keburu pergi. Tersisalah aku bersama nenek baju rapi. Dia menghela nafasnya lagi, apa dia hobi ya?

"Kamu sudah dengar kan kata Tuan Suppasit?" Tanya nenek itu dan aku mengangguk lesu.

Rasanya harga diriku jatuh begitu saja. Kalau sekali dibilang gembel, aku masih sakit hati saja. Tapi ini dua kali. Aku juga dibilang bodoh dan ceroboh, apalagi ini dengan mantan calon majikan ku sendiri.

"Baiklah, nenek. Maafkan saya ya karena sudah bikin repot..." ujar ku.

Nenek itu cuma mengangguk saja dan pria yang tidak aku kenal itu datang lagi dengan handuk di tangannya. Dia memberikannya padaku dan aku berterimakasih karena dia baik sekali.

"Lebih baik sekarang kamu ganti pakaian atau mandi juga boleh. Kamu ada baju ganti?" Tanya nya padaku.

Aku mengangguk, "ada di tas ku..." ujarku.

Lalu aku langsung bergegas mengganti baju dan mandi pakai air hangat yang ada di kamar mandi itu. Astaga, untuk kamar mandi pelayan saja ada pemanas air nya. Sayangnya aku tidak jadi kerja disini, ini mengecewakan ku.

Perfect Bride | MewGulfWhere stories live. Discover now