bab 14b

4.2K 308 16
                                    


"Bi ... please ...."

"Maaf, gue sibuk banget sekarang. Dan, liat, tuh, calon suami gue udah nunggu kasian. Sayang, kan, kalo kepanasan, entar gantengnya berkurang satu persen lagi!"

Aku melengos syahdu melewatinya begitu saja. Oh, indahnya menyakiti hati orang. Aku tak pernah sebahagia ini sebelumnya. Sungguh!

Pak Reno menyambutku dengan sunyuman. Lalu menjemputku dengan membawakan barang-barang yang kubawa. Selanjutnya, ia membuka pintu mobil, dan mempersilakanku masuk. Tanpa skenario, tetapi sandiwara begitu apik dimainkan. Seakan ia tahu, bagaimana caranya membakar hati seonggok Rangga.

Aku menyaksikan raut Rangga yang mengenaskan dari dalam mobil. Selanjutnya aku tak bisa menaham tawa yang sedari tadi tertahan.

"Hahaha!" Aku tergelak hingga perut ini terasa sakit, mata berair. Begitu pun Pak Reno, tawa itu terlihat sangat lepas meski harus fokus pada kemudi.

"Aduh! Sakit perut saya." Aku mengusap mata yang terus berair.

"Rasain lo! Emang enak!" umpatku. "By the way, makasih banget, ya, Pak, nggak nyangka Pak Reno bisa akting segitu bagusnya," ucapku seraya menyentuh lengannya.

Sesaat kemudian, kami saling diam. Sama-sama fokus pada tanganku yang masih menempel di lengannya.

Aduh ... Bianca!

Melepas perlahan, rasa tidak enak hati seketika menyeruak. Takut Pak Reno berpikir, jika aku melunjak.

"Ehem." Pak Reno berdehem. Membuatku semakin tak mampu meski hanya sekedar bergerak. Malu.

"Kamu keren, Bianca," ucapnya, membuatku menoleh, lalu melengkungkan senyum. Canggung yang sesaat mengganggu, kini hilang telah mencair.

"Keren gimana, Pak?" tanyaku, meski sudah tahu maksudnya.

"Ya keren aja, gitu. Bisa bikin orang enggak bisa jawab. Pacar kamu, tuh, udah kayak kecoa yang diinjek. Haha!"

"Pak Reno, ih! Bukan pacar," kesalku. Kenapa dia suka sekali bilang pacar?

"Iya ... iya, bukan. Terus, pacar kamu siapa?"

"Enggak ada."

"Yah ... padahal udah keren tadi, malah jadi jomlo ngenes!" ledeknya. Membuatku mencebik.

"Kayak yang ngomong punya pacar aja!" ledekku balik.

"Punyalah, sebentar lagi."

***

Kami berada di apartemen lagi. Hanya untuk mengambil barang-barangku saja. Aku menyisir pandangan, menatap beberapa sudut ruangan. Juga balkon yang sering kali menjadi saksi bisu saat aku merasa entah.

Mengingat malam itu, aku berdiri berdampingan bersama Pak Reno cukup lama. Dia banyak bercerita, aku pun sama. Akanku jadikan momen tersebut menjadi hal yang indah. Seperti saat itu, ketika kami berada di tempat pembuangan keluh kesah.

Ada yang berdenyut dalam dada. Tersadar jika aku pergi dari tempat ini, maka kemungkinan besar jarak antara aku dan Pak Reno akan semakin jauh. Aku hanya ... takut tenggelam dalam gelapnya rindu.

Aku menyadari satu hal, bahwa sejatinya aku dan dia tengah berlari demi menuju tempat yang sama. Di mana kami bisa menemukan cara, untuk melupakan seseorang yang pernah dianggap berharga.

Aku menghampiri dapur, menatap beberapa bahan makanan yang sudah dikeluarkan dari kulkas. Aku hanya ... ingin memasak untuknya yang terakhir kali.

"Bianca?" panggil Pak Reno.

"Iya." Aku berbalik, menatapnya yang sudah berdiri di belakangku.

"Kamu mau apa?"

"Em ... saya ...."

"Kamu mau masak?" tanyanya mengernyit, mungkin merasa heran dengan yang kulakukan.

"Pak Reno belum makan, kan?" tanyaku asal.

Dia tersenyum, sementara dada ini semakin nyeri mengingat beberapa saat lagi harus berpisah dengannya. Ini memang berlebihan, padahal aku akan tetap bertemu dengannya di kantor.

"Kamu harus janji, kalau di tempat baru kenapa-kenapa, kamu harus cepat hubungi saja."

"Kenapa?"

"Ya ... ya, enggak apa-apa. Maksudnya ... pokoknya kamu harus hubungi saya," pintanya lagi. Aku melihat sorot khawatir di netranya. Ya, dia merasa khawatir.

"Baik, Pak."

Aku berjalan menjauhi dapur. Mengambil barang yang sudah ada di sofa, lalu berjalan akan keluar.

Dia bilang akan mengantarku, aku mengiyakan meski dia tidak memaksa. Kupikir, ini akan menjadi yang terkhir. Entahlah, begitu sulit membendung embun yang terus memaksa menghalangi pandangan.

"Bianca," panggilnya. Membuat langkahku terhenti seketika.

Aku berbalik, saat itu juga menemui netranya. Kedua tangan itu menggenggam lenganku. Sorot mata itu menatap netra ini dalam, begitu beradu.

Tanpa aba-aba, tubuh ini tenggelam dalam dadanya. Rengkuhan itu berhasil membuatku berada dalam dekapannya.

Pak Reno ....

Bersambung.

🍁🍁🍁

Kira-kira Pak Reno kenapa, ya, Guys?

Btw, udah pesan belum? Jangan sampai lewatin bonus-bonusnya, ya. Seperti TOTEBAG, EKSTRA PART dalam bentuk ebook, sama ada part PoV Pak Reno Alvandra yang dijamin bikin kelen baper!

Tulis kota kelen di kolom komentar, atau hubungi marketer wilayah terdekat, ya.

Kontak Marketer TIKAR

1. *JAWA BARAT*
Tania
Fb: Tania Noer Anissatya
wa.me/6282219305545
*Garut, Tasik, Ciamis, Cirebon, Cilacap, Purwekerto, Kuningan, Indramayu*

Dini
Fb : Dini Lisdianti II
wa.me/6289674394639
*Bandung kota, Banten, Purwakarta, Cianjur, Subang, Sumedang, Cimahi, dan Sukabumi*

2 *JABODETABEK*
Fiska
wa.me/6285721122647
FB. Fiska Aimma Andrika

3. *JAWA TENGAH*
Lina
wa.me/6287897750845
Fb Liina Prasetya

4. *SOLO, SUKOHARJO, SRAGEN, KARANGAYAR, WONOGIRI, YOGYAKARTA, DAN SEKITARNYA*
Bintang
Fb : Bintang Pelangi
wa.me/6285747362771

5. *BALI, JATIM, SURABAYA, DAN SEKITARNYA*
Bintang
Fb : Bintang Pelangi
wa.me/6285747362771

6. *BENGKULU*
Irda
Fb : Irda Hs
Wa.me/6281373629645

7. *SUMATRA SELATAN, SUMATRA UTARA, JAMBI, BANGKA BELITUNG, KEPRI, ACEH*
Adinda Silvia
wa.me/6282280417336
Fb Adinda Silvia

8. *SUMATRA BARAT*
Yossi Unank
Wa.me/6281267003253
FB Yossi Unank

8. *LAMPUNG*
Dini
wa.me/6289674394639

9. *Kalsel-Kaltim*
Elsa/Icha
Fb: Elsa Alina
http://wa.me/6281250515271

10. *Kalbar-kalteng-kaltra*
Irene Monica
Wa.me/6281250515271
Fb: Irene Monica

11. *SULAWESI*
Andi Anis Magfiroh
Fb : Andi Anis Magfiroh
http://wa.me/6285719382094

12. *NTB*
Baiq Hermawati
Wa.me/6281803594447
Fb : https://www.facebook.com/baiq.erma.370. (Baiq Erma)

Move On! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang