Harus Berpisah

43.4K 1.3K 37
                                    

"Leon, ibu ingin kamu bercerai dengan Lyra, " kata Bu Lani, ibunda Leon.

"Tapi bu, aku mencintai Lyra apa adanya. Aku tidak ingin bercerai dengannya, " kata Leon.

"Sudah hampir dua tahun kalian menikah tapi kalian masih belum bisa memberikan ibu cucu. Lebih baik kalian bercerai dan ibu akan carikan wanita yang lebih baik dari Lyra, " kata Bu Lani sambil memberikan surat peceraian kepada Leon. Leon hanya bisa pasrah dan menuruti perintah ibunya. Lalu dia mengambil surat perceraian dan menandatangannya.

❄❄❄❄❄❄❄❄

Namaku Lyra, istri dari Leon Adijaya. Kami sudah hampir 2 tahun menikah tapi belum dikaruniai seorang anak. Kami tetap bersabar menjalankan ini semua. Tapi ada satu kejadian yang tidak akan pernah kulupakan seumur hidupku.

Saat itu aku sedang menonton tv di ruang tamu sambil menunggu kepulangan suamiku. Tiba-tiba aku merasa mual dan sedikit pusing. Aku mengira mungkin hanya masuk angin biasa. Tapi malah menjadi-jadi. Aku masuk ke kamarku untuk beristirahat sejenak.

"Kenapa aku mual terus? Oh iya aku baru ingat. Aku sudah hampir 2 minggu tidak datang bulan. Apa jangan-jangan aku hamil ya? Coba aku tes dulu? Untung aku masih menyimpan testpack pemberian dari Klara sebelum aku menikah dengan Leon, " gumamku sambil testpack di laci lemariku.

Aku pergi ke kamar mandi untuk mengecek apakah benar-benar aku hamil atau tidak. Dugaanku benar. Aku positif hamil. Aku sangat gembira akhirnya aku hamil dan tidak sabar memberitahu kabar gembira ini kepada suamiku. Saat aku keluar dari kamarku, suamiku telah pulang dari kantornya. Aku menghampiri dia dan ingin memberitahunya bahwa aku sedang hamil.

"Mas, aku ingin memberitahu sesuatu kepadamu, " kata aku tersenyum.

"Aku juga ingin memberitahu sesuatu kepadamu, " kata Leon sambil memberikan sebuah surat kepadaku.

"Surat apa ini mas? " tanya aku heran sambil mengambil surat tersebut .

"Kamu baca isi surat itu dan tanda tanganilah surat tersebut, " jawab Leon.

Saat aku membuka isi surat tersebut dan membacanya, aku kaget dengan isi surat tersebut. Isi surat tersebut adalah penggugatan cerai antara aku dan Leon.

"Mas, kamu ingin ceraikan aku? Tapi kenapa? Kenapa kamu ceraikan aku? " tanya aku hampir menangis.

"Maafkan aku. Ini keinginan ibuku bukan aku. Dia menyuruhku untuk menceraikan kamu, " jawab Leon tanpa menatap aku.

"Kenapa ibu menyuruhmu untuk menceraikan aku? Apa karena kita belum bisa memberikan dia seorang cucu? " tanya aku tanpa sadari air mataku telah mengalir di pipiku.

"Iya kamu benar. Ibu ingin sekali memiliki cucu, " jawab Leon.

"Baiklah. Aku akan tanda tangani surat ini dan pergi dari rumah ini. Semoga kamu bahagia dengan wanita yang lebih baik daripada aku, " kata aku.

Aku menandatangani surat tersebut dan lari masuk ke kamarku. Aku membereskan semua pakaianku ke dalam koperku sambil menangis. Setelah itu, aku keluar dari rumah tanpa melihat wajah Leon sedikitpun karena hatiku hancur dan sakit sekali. Leon hanya memandangku tanpa bicara sedikitpun.

"Lyra, maafkan aku. Aku sebenarnya masih mencintaimu. Aku tidak ingin bercerai denganmu. Aku ingin kamu selalu bersamaku, " batin Leon.

Di sepanjang perjalanan, aku hanya bisa menangis dan menahan rasa sakit di dadaku setelah kejadian tadi.

"Kenapa kamu tega sekali menceraikan aku? Padahal aku sedang mengandung anakmu. Aku ingin memberitahumu. Karena ibu ingin kita berpisah, aku tidak bisa memberitahumu dan aku ikhlas berpisah dengan kamu. Maafkan bunda ya sayang. Bunda tidak bisa memberitahu ayahmu jika kamu sudah hadir. Tapi bunda janji akan merawat kamu dengan baik. Walaupun tanpa ayah yang bantu merawat kamu, " kata aku sambil memegang perut. Aku menghampiri sebuah halte bis. Karena sudah malam, jadi tidak ada satupun bis yang lewat dan juga udaranya sangat dingin.

"Lyra, kenapa kamu bodoh sekali? Kenapa kamu lupa bawa jaket? Sudah tahu bulan ini musim dingin, " gumamku menggigil kedinginan .

Ada seorang wanita menghampiriku dan berdiri dihadapanku sambil memperhatikan aku yang sedang menggigil kedinginan.

"Lyra? Apa itu kamu? " tanya wanita tersebut. Aku melihat wanita tersebut dan kaget tentunya. Wanita tersebut adalah Klara, sahabatku waktu aku masih SMA. Setelah kami lulus kuliah S1, dia melanjutkan kuliah S2 di Amerika.

"Klara? Kapan kamu balik ke Indonesia? " tanya aku.

"Sebulan yang lalu setelah aku wisuda S2 di Amerika. Oh iya aku minta maaf kalau aku tidak bisa menghadiri acara pernikahan kamu. Waktu itu tepat saat aku ujian, " jawab Klara.

"Iya tidak apa-apa kok. Itu kan demi mewujudkan keinginan orang tuamu, " kata aku.

"Kamu kedinginan ya? Kamu pakai jaketku ya agar tidak kedinginan, " kata Klara sambil memberikan jaketnya kepadaku.

"Terima kasih Klara. Kamu memang sahabat terbaikku, " kata aku sambil mengenakan jaketnya. Tanpa aku sadar, Klara memperhatikan wajahku yang penuh dengan bekas air mata.

"Lyra, apa kamu tadi menangis? " tanya Klara.

"Enggak kok. Aku tidak menangis kok, " jawab aku bohong.

"Terus kenapa ada koper di sampingmu? Kamu ingin pergi kemana? " tanya Klara sambil melihat koper yang berada disampinhku.

"A-aku ingin......, " aku bingung untuk menjawab pertanyaan sahabatku itu.

"Lyra, aku mohon kamu jangan berbohong sama aku. Aku tahu kamu ini sedang berbohong sama aku. Aku mohon kamu jujur. Apa yang sebenarnya terjadi sama kamu? " tanya Klara lagi dengan cemasnya. Karena Klara tahu aku membohonginya, aku memeluknya dan menangis di pelukan itu.

"Lyra, kamu kenapa? " tanya Klara panik.

"Suamiku menceraikan aku dan itu atas keinginan ibu mertuaku sendiri, " jawab aku menangis.

"Kenapa kalian bisa bercerai? Bukannya hidup kalian selama ini harmonis aja? " tanya Klara bingung dan melepaskan diri dari pelukanku.

"Memang hidup kami harmonis. Tapi ibu mertuaku tidak sabar ingin memiliki cucu dan dia berpikir aku tidak bisa memberikan dia cucu. Makanya dia menyuruh suamiku untuk menceraikan aku, " jawab aku sambil menghapus air mataku.

"Kenapa ibu mertuamu tidak bisa sabar? Aku heran dengan ibu mertuamu itu. Kalau aku jadi kamu, pasti aku akan melawan perkataan ibu mertuamu, " kata Klara kesal.

"Bukan hanya itu. Aku belum memberitahu suamiku bahwa aku sedang hamil, " kata aku.

"Kenapa kamu tidak memberitahu suamimu dulu kalau kamu ini sedang hamil? " tanya Klara kaget.

"Maaf. Tapi dia yang duluan memberikan surat peceraian kepadaku. Aku tidak bisa melakukan apa-apa selain menandatangani surat tersebut. Karena aku sakit hati, aku langsung membereskan pakaianku dan keluar dari rumah, " jawab aku.

"Seharusnya kamu memberitahu suamimu dulu kalau kamu itu sedang hamil. Jika kamu memberitahunya, pasti kejadian ini tidak akan terjadi, " kata Klara. Tiba-tiba kepalaku terasa pusing.

"Lyra? Kamu kenapa? " tanya Klara khawatir.

"Kepalaku pusing sekali. Aku tidak bisa menahan lebih lama lagi, " jawab aku lemas. Aku jatuh pingsan dan untungnya Klara berhasil menangkap aku.
-
-
-
-
-
-
-
-
Tunggu sambungan ceritanya ya 😀
💙💙💙💙💙💙💙💙

Bosku Adalah Mantan SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang