Kelahiran Sang Buah Hati

21.1K 863 8
                                    

Sekarang usia kandunganku menginjak 9 bulan. Hanya tinggal menunggu kelahiran buah hatiku. Klara pergi ke perusahaannya karena ada urusan yang harus dia selesaikan. Di apartemen, aku sedang membaca buku di ruang tamu. Tiba-tiba perutku terasa sakit. Kupikir sakit hanya sebentar lalu hilang. Tapi rasa sakit ini bukannya hilang malah lebih sakit dari sebelumnya.

"Kenapa perutku terasa sakit sekali? Apa mungkin aku akan melahirkan sekarang? Lebih baik aku telepon Klara untuk mengantarku ke rumah sakit, " kata aku sambil menahan rasa sakit.

Aku mengambil ponselku dan menelepon Klara. Tetapi, Klara tidak mengangkat teleponku.

"Klara, ayo angkat teleponku, " kata aku sambil kembali menelepon Klara.

Tetapi tidak ada balasan dari Klara.

"Aku harus pergi ke rumah sakit seorang diri daripada aku menunggu Klara pulang dari pekerjaannya, " kata aku.

Aku berusaha pergi ke rumah sakit seorang diri. Belum sampai di depan pintu, aku hampir tidak bisa berdiri karena kesakitan. Dan juga aku hampir pingsan.

Saat Klara sedang rapat di kantor, perasaanku tiba-tiba tidak tenang dan kepikiran diriku.

"Kenapa aku tiba-tiba memikirkan Lyra dan perasaanku tidak tenang ya? Apa jangan-jangan ada terjadi sesuatu dengan Lyra? " batin Klara.

Setelah rapat selesai, dia mengecek ponselnya untuk melihat ada pesan atau meneleponnya. Saat dia membuka ponselnya, dia kaget karena ada beberapa panggilan tak terjawab dariku. Itu membuatnya gelisah dan memutuskan pulang ke apartemen untuk melihat kondisiku. Sesampai disana, dia masuk dan kaget melihat aku terduduk di lantai. Dia pun menghampiriku. Aku melihat orang tersebut

"Leon? " pikir aku.

Rupanya bukan Leon yang menghampiriku melainkan Klara.

"Lyra, maafkan aku tidak mengangkat teleponmu tadi karena aku sedang rapat, " kata Klara sambil mengangkatku.

"Klara..... Bawa... Aku..... Ke rumah sakit.... Perutku sakit sekali...., " kata aku sambil menahan sakit.

"Baik baik. Aku bawa kamu ke rumah sakit, " kata Klara.

Klara mengantar aku ke rumah sakit. Sesampai disana, aku langsung ditangani oleh dokter dan suster di ruang persalinan.

"Semoga Lyra dan anaknya baik-baik saja. Seharusnya aku tidak meninggalkan Lyra hanya untuk mengikuti rapat tadi. Kamu bodoh Klara, " batin Klara.

Di ruang persalinan, aku berjuang untuk melahirkan anakku dengan selamat walaupun sangat sakit.

"Badan manusia hanya mampu menahan kesakitan hingga 45 del (satuan dalam jumlah kesakitan), tetapi pada saat seorang ibu melahirkan mereka dapat mengalami kesakitan hingga 57 del, rasa sakitnya sebanding dengan 20 tulang rusuk yang dipatahkan serentak. Makanya bagi ibunya masih hidup, jangan pernah melawannya dan juga bilang I❤ YOU sama ibu, " ~ Aelita Rina.

Sampai akhirnya aku mendengar suara tangisan bayi. Aku sangat bahagia bisa melahirkan anakku dengan selamat. Tak lama setelah itu, aku tidak sadarkan diri.
-
-
Disisi lain,....
-
-
Klara menungguku di depan pintu ruang persalinan. Tak lama dia mendengar suara tangisan bayi dari ruang tersebut. Dia sangat senang dan berharap aku dan anakku baik-baik saja. Dokter pun keluar dari ruang persalinan dan dia menghampirinya.

"Dok, bagaimana keadaan Lyra dan anaknya? " tanya Klara.

"Bu Lyra dan anaknya sehat saja. Tapi, Bu Lyra jatuh pingsan setelah melahirkan dikarenakan jantungnya yang sangat lemah. Jika begitu saya pergi dulu, " jawab dokter.

Dokter tersebut pergi dan Klara masuk ke ruang persalinan untuk melihat kondisiku. Di dalam ruang tersebut, dia melihat dan menghampiriku berbaring di atas ranjang pasien dengan selang oksigen di hidungku. Tak lama, ada seorang suster datang membawa bayi kembar.

"Bu, ini bayinya. Jenis kelaminnya perempuan, " kata suster sambil meletakkan bayi tersebut ke dalam box bayi.

"Baik sus, " kata Klara.

Suster tersebut pergi dari ruang tersebut dan dia melihat bayi kembarku.

"Mereka sangat mirip dengan Lyra. Dan juga sangat menggemaskan, " kata Klara.

Beberapa waktu kemudian, aku siuman. Aku melihat ada Klara yang sedang melihat bayi kembarku.

"Klara? " panggil aku.

"Oh Lyra, kamu sudah sadar? "tanya Klara sambil menoleh ke arah aku.

"Dimana bayiku? " tanya aku.

"Bayimu ada di dalam box bayi. Mereka sedang tidur, " jawab Klara.

"Bayiku laki-laki atau perempuan? " tanya aku.

"Perempuan. Mereka sangat cantik sama sepertimu, " jawab Klara.

"Aku ingin melihatnya, " kata aku.

Klara mendorong box bayi tersebut dan mendekati aku. Aku melihat bayi kembarku sedang tertidur.

"Hai nak, ini bunda, " kata aku sambil mengusap kepala mereka.

"Lyra, tadi kenapa kamu sebut nama mantan suamimu sebelum aku antar kamu ke rumah sakit? " tanya Klara.

"Aku tidak tahu kenapa aku bisa sebut nama itu, " jawab aku.

"Apa kamu masih mencintainya? " tanya Klara.

"Aku tidak mencintainya lagi. Aku dan dia sudah memiliki hidup masing-masing. Sampai kapanpun, aku tidak akan mencintainya, " jawab aku.

"Baiklah jika itu keputusanmu. Tapi kamu ingat. Kamu harus memberitahu mantan suami ataupun anakmu tentang masalahmu. Aku yakin suatu hari nanti pasti anakmu akan menanyakan keberadaan ayahnya, " kata Klara.

"Iya aku tahu, " jawab aku pasrah.

"Sekarang kamu memberi nama untuk bayi kembarmu, " kata Klara.

"Tapi bagaimana caranya aku bisa membedakan mereka? " tanya aku.

"Kamu lihat tanda lahir mereka. Yang satu memiliki tanda lahir di lengan kanan, sedangkan yang lainnya memiliki tanda lahir di lengan kiri, " jawab Klara sambil menunjukkan tanda lahir bayi kembarku.

"Baiklah. Yang memiliki tanda lahir di kanan namanya Ella, sedangkan yang lainnya namanya Elli, " kata aku.

"Bagaimana aku sempurnakan nama mereka? Ella Calista dan Elli Calista? Bagus tidak? " tanya Klara.

"Bagus juga nama kepanjangan mereka, " jawab aku.

Selama 1 minggu aku di rumah sakit. Hari ini aku diperbolehkan pulang. Klara dan aku pulang sambil membawa bayi kembarku ke apartemen.

Sesampai di apartemen, aku menggendong bayi kembarku masuk ke kamarku dan membaringkan mereka di kasurku.

"Kalian tidur yang nyenyak ya sayang, " kata aku.

Aku mencium kening bayi kembarku dan keluar dari kamarku. Lalu, aku pergi ke ruang tamu dan duduk di samping Klara yang sedang mengerjakan dokumen dari kantornya.

"Kamu sudah menidurkan anakmu? " tanya Klara.

"Sudah. Klara, aku ingin memberitahumu sesuatu, " jawab aku.

"Apa itu Lyra?" tanya Klara sambil menatap aku.

"Setelah umur Ella dan Elli 2 tahun, tolong jaga mereka ya. Rencananya aku ingin mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Dan juga aku tidak ingin merepotkan kamu, " jawab aku.

"Baiklah. Aku akan jaga mereka. Soal perusahaanku, aku akan suruh sekretarisku yang akan mengurusnya. Aku merasa kamu tidak merepotkan aku. Justru aku senang bisa bermain dan berbicara sama kamu, " kata Klara.

"Terima kasih Klara, " kata aku sambil memeluk Klara.

Klara membalas pelukanku.

"Andai saja yang memeluk aku sekarang ini adalah Leon, pasti aku sangat bahagia. Tapi itu mustahil. Mungkin aku dan Leon tidak berjodoh, " batinku.
-
-
-
-
-
-
-
-
Tunggu sambungan ceritanya ya 😀
💙💙💙💙💙💙💙💙

Bosku Adalah Mantan SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang