Part 2

10.5K 791 31
                                    

Malam itu, aku berniat keluar dari flat guna melihat-lihat keadaan luar—walaupun selama ini bukan itulah tujuanku yang sebenarnya. Ketahuilah, suasana kota Seoul tidak ada satupun yang cocok dengan suasana hatiku kecuali dimalam hari, berdiam diri dalam keremangan dibawah pohon yang tidak terlalu jauh dari gedung apartemen dimana Kim Taehyung tinggal.

Ya. Memang disinilah aku berada sekarang. Manik ku selalu setia menyorot gedung didepan sana, mengarah tepat pada lantai 12 seraya mengingat setiap detiknya, berusaha menerka-nerka apa yang tengah dilakukan oleh Taehyung didalam sana.

Aku tentu mengetahui dimana letak Apartemennya, dilantai berapa, nomor berapa, hingga kode password apartemennya pun aku tahu. Karena memang bisa dikatakan tidak jarang aku mengikuti Taehyung secara diam-diam. Katakan saja aku gila, karena memang aku tergila-gila padanya. Jatuh cinta. Cinta sekali. Sampai rasanya mau mati.

Namun, kenyataan bahwa dia lebih memilih Aerra sungguh membuatku terpukul. Ingin rasanya membunuh wanita satu itu karena sudah berani mencari perhatian pada priaku.

Aku tidak berniat untuk masuk ke gedung apartemen didepan sana. Karena jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Sudah hampir 6 jam aku berada dibawah pohon ini. Mewanti-wanti jikalau saja Taehyung benar-benar keluar dari apartemen dan menemui Aerra. Tetapi, akan aku pastikan, sebelum Taehyung menemui Aerra, priaku itu sudah terlebih dahulu mendapat kabar bahwa Aerra sudah mati mengenaskan ditanganku.

Karena sepertinya Taehyung  tidak berniat keluar, maka kakiku pun perlahan melangkah menjauh dari gedung apartemen itu. Berniat untuk kembali ke flat tempat aku tinggal. Namun, baru setengah perjalanan langkahku seketika terhenti begitu mendapati seseorang yang tergeletak dipinggir jalan. Aku lekas mendekati orang itu dan sontak terkejut begitu mengetahui bahwa orang itu adalah Aerra.

"Kenapa? Apa yang kau lakukan disini? Apa yang terjadi?"tanyaku begitu saja, membawa diriku berjongkok disisi Aerra yang tengah meringis kesakitan.

"T–tolong! Tolong aku, aku mohon."lirihnya.

Aku tidak mengerti dengan diriku disaat seperti ini. Seharusnya aku bisa tertawa seraya menambahkan berapa pukulan lagi ditubuh sialan milik wanita itu sebelum berakhir meninggalkannya begitu saja dipinggir jalan.

Tetapi, lihatlah yang aku lakukan benar-benar berbanding terbalik dengan apa yang aku pikirkan. Aku membantunya bangkit, hingga Aerra pun berakhir terduduk seraya tangannya yang sedari tadi aku perhatikan tengah meremas-remas perutnya disertai wajah yang terlihat tengah menahan sakit.

"Apa yang terjadi?"tanyaku sekali lagi, Sehingga Aerra benar-benar mengarahkan tatapannya padaku kali ini.

"P-perutku—obat. Aku meninggalkan obatku."Aerra berusaha menjawabnya dengan sesekali meringis.

Keningku lantas mengernyit.
"Obat? Obat apa?"lagi-lagi aku hanya bisa bertanya karena memang tidak mengerti.

"Penyakitku—kambuh."

Baiklah, jawabannya barusan membuatku menerka-nerka bahwa mungkin saja Aerra memiliki panyakit yang berhubungan dengan perutnya. Tetapi, aku tidak tahu itu penyakit apa. Intinya saat ini, aku segera membantu Aerra berdiri.

"Dimana ponselmu? Mungkin aku bisa membantu menghubungi salah satu orang terdekatmu."

"Ponselku tertinggal di rumah temanku."jawabnya.

Aku benar-benar tidak mengerti dan tidak tahu lagi harus melakukan apa. Beruntung aku membawa air mineral karena tadi memang sempat singgah ke minimarket sebelum berakhir didepan gedung apartemen Taehyung. Aku belum menyentuh sama sekali air minum itu, sehingga tanpa ragu aku memberikannya pada Aerra dan membantunya untuk menenggak minuman itu.

"Untuk saat ini, aku hanya bisa membawamu ke flatku karena memang flat ku berada tidak terlalu jauh lagi dari sini. Apakah kau merasa keberatan?"

Aerra berusaha menuai senyumnya.
"Tidak masalah. Terimakasih karena sudah mau membantuku."

Dalam hati aku hanya bisa mendengus, merutuki kebodohanku sendiri.

"Bukan masalah."

[]

....

DIMNESS [M]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang