Part 7

6.2K 461 12
                                    

Well, masih dihari pertama aku memutuskan untuk menyekap Aerra. Aku masih melakukan rutinitasku seperti biasanya. Aku pergi kuliah dan pulang saat jam menunjukkan pukul 03.15pm—bisa dikatakan cukup sore ternyata.

Hari sudah menjelang malam dan aku baru saja selesai membuat makanan dan berniat untuk memberikannya pada wanita yang sedang terikat didalam kamarku.

"Hai, Aerra. Kupikir keadaanmu masih terlihat baik-baik saja."aku tersenyum setelah berhasil kembali menutup pintu kamar untuk kemudian melangkah mendekati Aerra.

Aku tentu bisa melihat dengan jelas sisa air mata yang mengering di bagian bawah matanya begitu berhasil menempatkan diri dihadapan wanita itu. Ah, ternyata dia benar-benar tidak baik-baik saja.

"Aku membawakan makanan untukmu dan kuharap kau tidak menolaknya."

Aerra tidak menjawab karena memang tidak bisa berbicara lantaran  mulutnya yang aku beri plester.

Mata wanita itu selalu menatapku dengan tajam, namun baru seharian ini aku mengurungnya, dia terlihat sama sekali tidak memberontak, berteriak, ataupun melakukan hal-hal lainnya. Hanya terdiam, disertai pandangan menusuknya yang selalu mengarah padaku.

Aku memutuskan untuk melepas plester yang tertempel dipermukaan mulutnya.

"Makan!"

"Jika kau ingin melihatku menderita, kenapa harus memberiku makan? Seharusnya kau biarkan saja aku kelaparan."

Aku sedikit terkejut dengan kalimat yang baru saja dilontarkannya. Sebelah alisku lantas menukik tajam.
"Kau membuatku bingung harus mengatakan apa. Tetapi, idemu barusan terdengar menarik juga."

Wanita itu mendecih, membuatku sontak menatap tidak suka kearahnya."Masih bisakah aku menyebutmu Manusia, karena melihat perilakumu membuatku berpikir bahwa kau lebih cocok bersanding dengan iblis."

Aku tertawa sarkastik menanggapi ucapan tajam Aerra."Jika saja aku diberi pilihan, mungkin menjadi iblis akan lebih baik daripada menjadi manusia."

"Fuck!"

Aku hanya tertawa kecil menanggapi makian Aerra, memilih Meletakkan makanan diatas pangkuan wanita itu.
"Terserah kau saja ingin kau apakan makanan itu."ujarku sebelum berakhir menuju kamar mandi karena memang berniat ingin membersihkan tubuhku yang terasa lengket.

....

Tepat setelah aku selesai berpakaian dan merapikan penampilan, dengan tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu flatku. Sebelumnya aku tidak menduga-duga akan kedatangan tamu dimalam hari seperti ini. Lagipula aku memang tidak memiliki seorang teman pun di Seoul. Tidak mungkin juga orang tua angkatku, karena mereka sudah meninggal setahun yang lalu akibat dari kecelakaan yang menimpa mereka. Aku benar-benar seorang diri di dunia ini, sungguh menyedihkan sekali.

Aku lantas berbalik guna menatap Aerra yang masih tersadar, namun dengan mulut yang kembali aku beri plester. Entahlah, dia memilih untuk tidak menyentuh makanannya sama sekali, padahal tadinya aku sudah berbaik hati menawarkan untuk menyuapinya.

Ah, apakah bisa aku katakan bahwa dia sedikit kekanakan? Terserah dirinya saja kalau begitu. Aku tidak ingin repot-repot memikirkannya.

"Apakah kau bisa menebak seseorang yang baru saja mengetuk pintu flatku, Aerra?"tanyaku dengan memainkan ekspresi wajah tanpa merasa bersalah sedikitpun.

Aerra seperti tidak berniat sama sekali untuk berbicara, hanya melemparkan tatapan tajamnya yang mana membuatku mendengus kesal seketika.

"Aku masih mengingat ajakan berteman darimu kemarin malam. Well, sepertinya aku sudah mulai memikirkannya saat ini. Jadi, singkirkan tatapan tajam mu itu. Anggap saja kita berteman mulai sekarang."

Aku tersenyum Asimetris melihat Aerra yang masih setia menatapku dengan sorot penuh akan amarah yang membuncah.

Aku hanya mengedikkan bahu, memilih untuk tidak memperdulikan segala tatapan yang dia berikan untukku."Sepertinya aku harus menyambut tamuku. Kuharap kau masih mau bersikap manis seperti ini dan jangan coba-coba untuk mencari masalah."

Aku menatap sinis pada Aerra sebelum berakhir melangkah keluar dari kamar dan langsung mengunci pintunya.

Aku sungguh penasaran dengan seseorang yang masih setia mengetuk pintu flatku. Berharap bahwa seseorang itu membawa keajaiban yang bisa menyenangkan hatiku.

Begitu pintu utama berhasil aku buka, tubuhku seketika stagnan disaat mendapati bahwa Kim Taehyung lah yang ternyata tengah berdiri dengan raut wajah ramah dihadapanku.

"Maaf. Aku benar-benar merasa bahwa aku lagi-lagi mengganggu waktumu. Tetapi, bolehkah aku masuk? Ada suatu hal yang ingin aku bicarakan denganmu."

[]

....

DIMNESS [M]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang