Part 13

4.8K 377 10
                                    


Aku memutuskan untuk tetap mengurung Aerra didalam kamarku tanpa berniat untuk kembali mengikatnya di kursi, kendati dirinya sudah tersadar sekalipun. Kuharap pilihanku sama sekali tidak salah. Lagipula, aku tidak tahu lagi harus melakukan apa padanya. Aku hanya tidak ingin ada hal buruk yang terjadi. Karena aku sudah memiliki rencana sempurna yang harus segera aku lakukan.

Reaksi Aerra waktu tersadar hampir sama persis seperti diriku. Wanita itu benar-benar terkejut luar biasa hingga mendekati syok, merasa tidak percaya dengan apa yang terjadi pada dirinya. Bagaimana tidak? Dia terbangun dengan diriku yang tengah berada didekatnya yang otomatis disuguhkan pemandangan dirinya sendiri.

Hanya saja, aku tidak ingin repot-repot untuk menjelaskannya. Toh, pada akhirnya dia pasti akan mengerti sendiri.

Namun, tatapan Aerra terlihat semakin penuh dengan amarah serta kebencian. Ini sedikit lucu menurutku, karena bagaimanapun juga jiwa Aerra tengah berada dalam tubuhku, bukan?! Ingin tertawa saja rasanya melihat sepasang mata milikku sendiri yang menatapku dengan sorot tajam seperti itu.

"Kau menatapku seolah-olah aku lah yang telah melakukan ini semua, Aerra. Seharusnya kau mengerti bahwa aku bahkan tidak tahu apa-apa. Semuanya terjadi begitu saja malam tadi."

Aku menghela nafas sesaat, melipat lengan didepan dada seraya menatap Aerra penuh kekesalan.

"Aku tidak mempermasalahkan jika memang kita ditakdirkan seperti ini. Hanya saja, kau itu bukan orang baik."

Aku lantas menaikkan sebelah alis mendengar penuturan Aerra barusan. Bukan orang baik katanya? Ah, kenapa dia suka sekali sih melemparkan kebenaran dihadapanku.

"Itu berarti kau mempermasalahkannya."cemoohku disertai tawa merendahkan.

Aerra sontak mengalihkan tatapannya kearah lain, terlihat begitu enggan menatap ke arahku yang terduduk dikursi yang aku gunakan untuk mengikat wanita itu kemarin.

"Kau tahu, Aerra, maaf saja karena aku sama sekali tidak berminat untuk meminta izin padamu menggunakan tubuh milikmu ini agar bisa berdekatan dengan Kim Taehyung, priaku."

"Kau benar-benar sialan."Aerra kontan kembali mengarahkan tatapannya padaku.

Aku hanya bisa tertawa kecil mendengar makiannya tersebut.
"Terserah kau saja ingin berkata apa. Aku tetap tidak akan berubah pikiran."

Aku beranjak dari dudukku dengan pandangan yang masih setia mengarah pada Aerra yang terduduk diranjang.

"Akan lebih baik jika kau habiskan makanan itu! Aku sudah berbaik hati mau membuatkannya untukmu—"aku menggantung ucapanku guna melihat raut wajah Aerra sebelum aku melanjutkan kalimat.

"Aku akan menemui Kim Taehyung malam ini. Dan kuharap kau tetap akan baik-baik saja."aku melempar senyum manis yang terkesan dibuat-buat sebelum memutuskan untuk segera keluar dari kamar dan mengunci pintunya.

Aku seketika terdiam didepan pintu dengan kening mengernyit dalam. Aku tengah berpikir tentang alasan apa yang sekiranya cocok untuk aku utarakan pada Taehyung disaat aku bertatap muka dengannya nanti, karena sudah pasti pria itu beranggapan bahwa Aerra menghilang, mengingat sama sekali tidak ada kabar mengenai wanita itu dalam kurun waktu 24 jam lebih. Mungkin saja Taehyung juga sudah melaporkan prihal hilangnya Aerra pada pihak berwajib.

Aku lantas menghela nafas panjang. Ini tidak semudah yang aku kira. Sepertinya aku benar-benar harus membuat rencana sebaik mungkin. Karena bagaimanapun juga aku tidak ingin Taehyung bertemu dengan Aerra yang jiwanya masih tertukar dengan jiwaku saat ini.

Kenapa tiba-tiba aku jadi merasa kesal sendiri.

Soal obat perangsang itu, aku tidak bisa menebak ekspresi seperti apa yang akan Taehyung berikan jika saja kami kembali bertemu—tentu dengan tubuh milikku sendiri. Aku benar-benar merasa malu mengingat hal itu. Priaku itu pasti memiliki pemikiran  buruk mengenai diriku.

Aku hanya bisa merutuki kebodohanku sendiri. Akibat obat perangsang itu membuat Taehyung jadi men-cap buruk tentang diriku. Benar-benar sialan.

[]

....

DIMNESS [M]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang