°{Bagian Empat}°

96 37 7
                                    

Happy Reading💜💜
***

Di kanten sudah di penuhi siswa
yang mengantri membeli makan.

sebaliknya Hazel, dan jastin.
mereka masih sibuk mencari
tempat yang kosong tak berpehuni.

"gimana tempatnya pada penuh"

Jastin berpikir sejenak "ya udah
lo tunggu di taman sekolah aja"

"kamu mau kemana?"

"beli makan"

"tapi kenapa, harus makan di
taman belakang"

"di sini udah nggak ada tempat"

"tapi-" Jastin memengang kedua
pundak Hazel dengan mata yang
menatap kearahnya.

"tugas lo sekarang cuma nunggu
di taman sekolah"

Jastin menurunkan tangannya.
"ngerti kan"

Hazel hanya mengguk kemudian
berjalan menuju taman sekolah.

***

Di sinilah Hazel menunggu
Jastin datang sudah lima menit
menunggu tapi Jastin tak kunjung
datang,apa karna kantin masih
penuh.

Hazel mengedarkan pandangannya
mencari keberadaan Jastin,
namun Jastin tak kunjung datang.

Hazel mengerutkan keningnya
saat melihat Erlan berjalan
ke arah Roof top sekolah.

Tanpa pikir panjang,Hazel
segera menyusul Erlan dengan
langkah pelan.

Sesampainya di Roof top Hazel
mengedarkan pandangannya,
mencari keberadaan Erlan.tapi
yang di cari tak ada.

BRAK

Suara pintu Roof toop yang
tertutup sangat keras, Hazel
membalikkan badannya.

"Erlan" cicit Hazel pelan.

Tatapan sinis, Erlan berikan pada
Hazel, mau apa dia mengikutinya
ke sini.

"lo mau cari mati hah!" bentak
Erlan tak suka dengan keberadaan
Hazel di sini

"aku_aku, cari kamu"

"ada hak apa lo, kesini!"

"aku cemas sama kamu"

"Alay Anjing!" bentak Erlan kasar

Hazel terhentak kaget mendengar
ucapan kasar yang Erlan ucap
kan.

"Ma..maaf, aku cuma khoatir sama
kamu aku takut kamu kenapa-napa"

"yang jelas bukan urusan lo!!"
geram Erlan dengan wajah yang
ia dekatkan ke arah Hazel.

Kaget dengan perlakuan Erlan,
Hazel memundurkan wajahnya.

"Lo jadi cewe ganjen banget!,
pake buntutin gue segala!"

"aku cuma cemas sama kamu
jadi aku ikutin kamu"

"gue nggak butuh di cemasin
sama cewe manja, lebay kaya lo!"
unjar Erlan terus mendekat.

seketika mata. Hazel memerah,
ia mulai tak tahan dengan
perkataan Erlan, yang sudah
kasar padanya, Namun Hazel
harus bisa menahannya.

"kenapa mau nangis, lo jadi
cewe cemen amat sih!" kekeh Erlan
sinis.

Hazel hendak pergi namun Erlan
mengunci badannya.

"aku mau pergi Lan."

"katanya mau buat gue suka
sama lo, tapi baru segini aja, udah
ngerengek" ledek Erlan.

Hazel menatap kedua mata
Erlan, kemudian menunduk, ia
tak bisa berkontak mata terlalu
lama, apa lagi dengan Erlan yang
berhasil membuatnya jatuh hati.

"kenapa lo, so soan ngalihin
tatapan gue "Hazel hanya diam
tak bergeming.

Erlan mendecih malas kemudian
menjauhkan tubuhnya dari Hazel.

Erlan melangkah menjauh dari
Hazel untuk duduk di kursi kayu
yang ada di sana.

Tanpa langkah ragu Hazel,
mendekat kearah Erlan dan kemudian duduk di sampingnya.

Tanpa peduli ada Hazel di
sampingnya, Erlan mengeluarkan
sekuntung roko dari saku
seragamnya, kemudian
menghisapnya, ketika sudah nyala.

Hazel yang melihat itu
bingung harus bagai mana,
kenapa Erlan merokok? Hazel tak suka melihatnya.

"Erlan kenapa ngerokok?"

Erlan mengepulkan asap rokoknya
di Wajah Hazel santai, hingga
Hazel terbatuk-batuk, dengan
tangan yang mencoba megipas
hidungnya agar asap segera pergi.

"sana balik"

"Erlan, uhuk..uhk..jangan
ngeroko bahaya" unjar Hazel
terbatuk batuk.

Erlan mengangkat satu alisnya, dengan tanda tak peduli.

"Erlan..buang, rokonya"

"dari pada gue buang roko ini,
lebih baik, buang diri lo dari
muka gue! najis gue liatnya" pedas Erlan.

Hazel hanya menggeleng.
"Lan..buang rokonya yah.."pelan Hazel.

"jangan so ngatur hidup gue! siapa lo"

"Roko bahaya Lan. Buat kesehatan
Kamu" ucap Hazel tak peduli
dengan ucapan Erlan.

Erlan yang mendengarkan ucapan Hazel, terdiam kenapa mendengar ucapan Hazel yang begitu sabar dan pembuat membuatnya tenang.

Tanpa mau pikir panjang Erlan segera tertagih dari kursi, dan membuang Rokonya kesmbarang arah dan menginjaknya.Etaln pun segera pergi dari Roof top.

Hazel tersenyum senang karna
Erlan mau mendegarkan,
perkataan Hazel.

Hazel hendak menyusul Erlan,
tapi seketika Hazel merasakan kepalanya pening.

Hazel melangkah pergi baru satu langkah Hazel sudah tumbang.

Hazel pingsan tak sadarkan diri.

***

 Boy ErlanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang