°{Bagian Sembilan}°

79 19 8
                                    

Sekarang Erlan sedang berada di belakang gedung sekolahnya. Degan kaus hitam neavi yang melekat di badannya. karna seragamnya basah terpaksa Erlan harus ganti.

Erlan terdiam menajamkan indra pendengarannya, langkah kaki mulai terdengar mendekati ke arahnya, Erlan hanya acuh, tak peduli.

"Erlan.." panggil Hazel degan suara ala anak kecil.

"Erlan..." panggil Hazel lagi yang sudah berada di hadapan Erlan,
yang membuat Erlan mendecak malas.

Erlan hanya berdehem untuk membalas ucapan Hazel tanpa melirik gadis tersebut, sama sekali.

"Makasih..udah tolong aku.." cicit Hazel, kemudian duduk di samping Erlan.

"Siapa suruh lo duduk!" dingin Erlan.

"Maafin aku yah..gara-gara aku seragam kamu basah" unjar Hazel tak peduli
dengan ucapan Erlan.

Erlan hendak pergi namun Hazel langsung memegang tangan Erlan. Dengan perasaan tak suka Erlan menepis pegangan Hazel.

Hazel terdiam "Makasih Erlan." ulang Hazel.

"Ya udah balik sana,"

"Ko, kamu_

"Lo banyak nge bacot banget jadi cewe,
gue bilang pergi!" bentak Hazel sambil mentap Hazel tak suka.

Hazel hanya diam mematung. "Maaf udah buat kamu marah" pelan Hazel. "Tapi.. sebelumnya makasih udah tolong aku, karna kamu, seragam aku nggak basah,
tapi malah seragam kamu, yang basah." cengir Hazel.

"Udahkan ngomong nya, balik sana!" Datar Erlan, tak henti-hentinya mengusir Hazel

Hazel menatap Erlan kesal, kenapa respons nya cuma kaya gitu, terus kenapa ngusir mulu.

"Ya udah aku pamit." unjar Hazel, tak mau membuat Erlan lebih marah dengan sikapnya. Mungkin Erlan marah karna seragamnya basah karna ulahnya.

Erlan mentap Hazel dalam diam, keningnya mengkerut, kenapa pipi Hazel merah, seperti bekas tamparan?

Hazel hendak pergi namun ucapan Erlan menghentikan langkahnya. "Pipi lo kenapa?"

Hazel membalikkan badanya pada Erlan, kemudian memengang pipi kanannya, yang barusan Risa tampar.

"Emm...emang kenapa?" Hazel balik nanya sambil memegang pipi kanannya.

"Gue nanya sama lo." datar Erlan

"Ini" tunjuk Hazel pada pipinya sendiri. "Ouh tadi kejedot tembok" elak Hazel. "Ya..tembok.."

Erlan tersenyum sinis, bohong. Erlan tau jelas mana bekas tamparan dan mana kena jedot tempok.

Erlan hendak pergi namun Hazel menahan Erlan. "Eh..eh..mau kemana?"

"Gue, nggak sudi deket sama pembohong!"

Hazel terdiam,mendengar penuturan Hazel. Hazel bukan pembohong.

"Er..Erlan..aku"

"Gue nggak maksa" ketus Erlan,nggak maka tapi nada bicara nya. kaya yang maksa.

"Risa...dia__

"Ouh" potong Erlan.

Hazel jadi gelagapan sendiri karna Erlan main potong ucapannya, tapi Hazel senang, Erlan mau bertanya apa itu awal Erlan mambalas perasaannya.

"Kenapa lo" datar Erlan

"Kamu perhatian, Erlan.." cicit Hazel, pelan masa harus seperti, supaya Erlan mau perhatian padanya.

Erlan menatap Hazel malas, terlalu pede!

"Mau banget gue perhatiin?" Tanya Erlan, dengan satu halis terangkat.  "Gue nanya kaya gitu sama lo, bukan karna gue perhatian sama lo, tapi karna gue KASIAN sama lo" datar Erlan manekan kata KASIAN kemudian berlalu pergi.

 Boy ErlanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang