°{Bagian Tigabelas}°

71 19 16
                                    

Happy Reading💜
***

"Ayo ke mana?" tanya  seorang guru di belakang Hazel, Hazel terdiam sambil menatap Erlan. Sedangkan yang di tatap hanya acuh.

"Bagus yah! Erlan, Hazel. Kalian telat! mana nggak ikut upacara lagi!" bentak guru berkepala pelontos itu dengan penggaris besi di tangan nya.

Siapa lagi kalau bukan pak Edi Guru piket di SMA Lorentina, dia lah yang mengurusi murid yan telat seperti Erlan dan Hazel saat ini.

"Udah tau telat yang nggak mungkin lah ikut upacaralah." cibir Erlan. Hazel menatap Erlan cepat.

"Kamu ngelawan Erlan!!" geram Pak Edi.

"Saya bukan ngelawan pak, tapi saya ngasih tau, mana ada ke siangan ikut upacara!?" terdengar cuek namun sangat menantang, itu lah kelebihan Erlan.

"Erlan.." ucap Hazel pelan dengan nada memperingati, tapi entah Erlan dengar atau tidak.

"Kamu bukannya ngakuin ke salahan malah ngelawan!"

"Bukan ngelawan cuma mau ngasih tau, kan tadi saya udah bilang kalo saya cuma mau ngasih tau!"

"Jangan kamu ngajarin saya!"

"Ck... mau ceramah? di mimbar mesjid
pak. Disini bukan tempatnya." cuek
Erlan, sangat tidak sopan, yang
membuat Pak Edi melotot geram padanya. Seperti ingin membumi hangus kan Erlan secepat nya.

"Erlan! kamu yah!"

"Bapak mau hukum kita kan?" tanya Hazel cepat, karna Hazel tau guru nya ini sudah naik pitam. Sedangkan Erlan hanya acuh.

Pak Edi menatap Hazel dan Erlan secara bergiliran, kemudian menarik nafas panjang. "Kalian ikut saya!"

Hazel menghembuskan nafasnya
lega, karna Pak Edi sudah berjalan pergi. Hazel membalik kan padanya, hendak berbicara namun Erlan hanya acuh dan berlalu pegi dari gerbang meninggalkan Hazel.

Hazel mendengus kesal kemudian menyusul langkah Erlan. Semangat Hazel demi Erlan. Kamu kan suka plus sayang Erlan.

***

Di sini lah sekarang Hazel dan Erlan berada, di lapangan yang luas di samping ruang kepala sekolah, apa lagi kalo bukan sedang menyapu halaman, membersihkan daun
daun kering yang berhamburan.

Itulah hukuman yang pak Edi
berikan tapi, bukan hanya itu saja yang ia beriakan ada satu lagi membersihkan gudang.

Hazel menatap Erlan yang sedang menyapu, Hazel tersenyum senang, melihat Erlan. Kalo gini Hazel mau sering-sering lah di hukum, kalo di hukum nya sama Erlan.

Tanpa ragu Hazel mendekat ke arah Erlan. "Cape yah Erlan?" tanya Hazel, sambil mengelap keringat di pelipis Erlan yang mulai jatuh dengan sapu tangan berwarna merah muda, yang Hazel simpan.

Erlan menepis tangan Hazel yang telah lancang, hingga sapu tangan yang Hazel pegang terjatuh ke bawah.

Erlan menatap Hazel tak suka, tanpa banyak berbicara, Erlan segera pergi dari hadapan Hazel, mencari tempat lain.

Hazel mendengus pelan, kemudian mengambil sapu tangannya kembali, Hazel memarik nafas panjang. Bukan Hazel nama nya kalau segitu aja nyerah. Hazel kembali mendekat ke arah Erlan.

 Boy ErlanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang