Aneesha

131 65 9
                                    

Langit nan biru mengelilingi rumah besar dengan taman hijau yang asri.

Ajlia berlari di tengah taman. Napasnya yang tak beraturan, langkahnya yang lincah menggendong sesuatu yang dibawanya untuk bisa diamankan.

"Kau tidak bisa mengambilnya",
ledek Ajlia. Keringatnya yang bercucuran di sela-sela leher serta wajahnya.
"Dasar nenek sihir! Kembalikan dia!" ujar lantang seseorang yang mengejar Ajlia.

    Mereka berdua terobsesi sebuah film kartun imajinasi yang minggu lalu mereka tonton pada saat liburan semester. Mereka pergi menaiki kapal pesiar bersama Sharma yang merupakan kepala chef tersebut, ibunya Ajlia dan merupakan bibi Aneesha. Mereka pergi ke sebuah negara yang disebut dengan negeri para dongeng, salah satunya ialah Nepal.

Disaat itulah Aneesha  tahu tentang kurcaci, peri-peri, nenek sihir, black magic. Seperti cerita dongeng-dongeng yang mereka tonton.

   
"Blue bear mu akan segera mati Aneesha! jika kau tidak menyelamatkan nyawanya" Aneesha berhenti di hadapan Ajlia dengan gaya seorang peri penyelamat.

"Dia tidak akan mati nenek sihir!lihat kalung yang kupakai. Lention  terbentuk bear dan dia juga menggunakan kalung yang berbentuk namaku, yaitu Esha. Dia tidak akan mati sebelum peri yang akan mengorbankan nya!langkahkan aku dulu !" Suara Aneesha membakar semangat, membuat Ajlia berhenti untuk berkata.

"Lihat ini!!"

Dengan usil Aneesha  mengeluarkan ketapel yang mengenai kepala Ajlia.

"Ugh, aduh sakit".

Aneesha masih fokus. Dia mengeluarkan sebuah butir buah yang berukuran kecil meletakkannya di tengah lalu menarik mengenai sasaran.

Tak..

"Tadi kepalaku yang kau kenai! sekarang hidungku! Aneesha, kau curang bermain! mana ada peri dengan kekuatan ketapel kampungan seperti itu, para peri menggunakan kekuatan cahaya".

Ajlia mengingat apa saja kekuatan peri yang menyelamatkan seseorang,  mungkin seperti kekuatan api, air, angin. Tidak pernah ia menonton film kesayangannya seorang peri menggunakan ketapel butut yang terbuat dari ranting kayu.

Aneesha tidak memperdulikan ocehan Ajlia, Aneesha terus teguh dengan pendiriannya.

"Eeekkk..... Peri Esha menang."
Tawa Aneesha melihat sasarannya masuk ke mulut Ajlia yang sedang ingin mengatakan sesuatu. Dengan ligat Aneesha merampas.

Suasana itu ditonton oleh Riani di teras atas yang sedang memperhatikan tanaman hidroponik.
Senyum lebarnya tergambar. Melihat tingkah kedua cucunya, Ajlia & Aneesha.

"Eeeppp, tunggu dulu Aneesha!"

Aneesha berhenti, memandang Ajlia yang melihat sesuatu.

"Ada tukang pos? kelihatannya ada surat" Mereka berdua bergegas lari.

"lihat, itu apa kak?"
"Ini namanya surat, Aneesha "
"Siapa yang mengirim?"
"Bagaimana kita bilang ke nenek aja".
Mereka mengangguk, setuju. Mereka berlari, masuk ke rumah dan berteriak.

"Nenek!"
Mereka berdua mulai menaiki tangga.

"Aku yakin Aneesha  nenek di atas,
seperti biasa? Mengurus kebun hidroponik nya"
Dugaan Ajlia benar. Riani sedang mengurus tanaman kesayangannya sambil bersenandung kecil .

"Nenek ada surat" Ajlia  memberi kepada Riani.
"Surat?".
"Ya nenek? itu surat"
Tambahan Aneesha dengan yakin.

"Kalian turun ke bawah, main lagi ya". Bujuk Riani .
Mereka berdua langsung meninggalkan Riani yang hendak membaca surat.

     Di pertengahan anak tangga. Muncul rasa penasran Aneesha  terhadap surat tersebut.
"Surat itu untuk apa kak? Ajlia ".
"Aneesha surat itu sebuah kertas yang ditulis yang berisi tulisan, sejenis kabar seseorang salah satunya".
"Dari siapa yang mengirim?".  tanya heran Aneesha kepada Ajlia yang mengangkat bahu. 'Mana ku tahu?'.

"Ayo lanjutkan lagi permainannya Aneesha".
Mereka menuju ke taman depan dan bermain.

                    🍁🍁🍁

Setelah libur semester yang panjang Ajlia dan Aneesha kembali ke sekolah.
Di hari pertama, semua murid sibuk bercerita tentang liburannya.

Mobil mewah berhenti di depan gerbang. Ajlia dan Aneesha turun dari mobil yang berkelas itu, berlari mengejar Riani yang menunggu di depan taman sambil duduk santai.

"Nenek!!". Sahut kedua cucunya.
"Sudah pulang". Riani memeluk Ajlia dan Aneesha.
"Bagaimana sekolah kalian?".
"Mereka bercerita tentang liburan mereka nenek, tapi aku rasa liburan aku paling seru! naik kapal pesiar, makan makanan enak, pergi ke negara. Mereka tergakum- kagum mendengar cerita ku yang pergi ke sebuah negara dengan sebutan negeri para dongeng". Riani tersenyum simpul.
"Bagaimana denganmu Aneesha?".
Riani bertanya kepada Aneesha  hanya diam terpaku.

      'apa libur mu kurang menyenangkan dibandingkan mereka'.

Aneesha menggeleng, tidak.

"Nenek".suara Aneesha tersendat.  Riani mengangguk, 'kau ingin katakan apa Aneesha '.
"Liburanku mewah menyenangkan,tapi? lebih menyenangkan mereka,  teman-teman aku di sekolah". "Emangnya mereka liburan ke mana?".
"Mereka liburan sederhana saja nenek? mereka bersama ayah, ibu, adik, kakak, atau nenek. Sebuah kebahagiaan yang sempurna. Apalagi dengan ayah dan ibu?". Perkataan Aneesha meluluhkan hati Riani, tapi Riani harus kuat mengapa dia harus memisahkan Aneesha dengan Al farezi .

"Nenek esha punya ayah, ibu kan?". Mata Aneesha  penuh jawaban pasti dari perkataan Riani yang hanya mengangguk.

"Mereka tidak menghubungi ku? menanyakan aku ?"
Riani menahan bulir air mata, 'apa saat ini harus ku jelaskan padanya'.

"Kenapa esha harus jauh dari mereka? dan tinggal bersama nenek?"

Aneesha  terus bertanya kepada Riani.
"Kau tahu alasan ayah dan ibumu tidak menghubungi, dia takut kau terganggu. Dan alasannya kau tinggal bersama nenek, kau anak yang pintar. Bisa pergi ke manapun dan melihat dunia  yang luas ".

Alasan bohong diberikan oleh Riani  untuk membujuk Aneesha.

"Ayo masuk, nenek membuatkan sesuatu buat kalian, nenek membuat  cake rainbow untuk mu Aneesha".

Aneesha mengendus napas. Sedangkan Ajlia memandang sepupunya.
   'Aku tahu sebenarnya yang terjadi pada mu Aneesha dan tentang surat yang kau  tanyai itu padaku?'

                     🍁🍁🍁

Gimana ceritanya teman-teman😊 penasaran ya🤔 pasti sedikit menggantung😄 hahaha maaf ya😁 kalau kayak gitu, biar kalian penasaran deh ceritanya😙😙 jangan lupa vote🌟 dan comment✍ di bawah ini👇👇👇

Segala Luka Diatas DukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang