Ajlia

47 14 3
                                        

Rumah besar yang penuhi pernak pernik cendera mata ketika melihat. Hampir sebagian ruang di penuhi bermacam macam bunga, serta lighting ambiance yang berwarna warnikan dengan cahaya lampu yang indah. Permadani yang terbentang luas, suasana kali ini berbeda dari hari biasanya.

"Jika busana ini bagaimana?."
"Terlalu berlebihan, saya ingin yang simple serta anggun saat pernikahan saya".

Aneesha melihat rasa resah yang di miliki oleh Bilqis, ragu dalam memilih. Ia mendengar percakapan itu dari bawah.

"Bibi Bilqis, yang biru laut itu menurut ku lebih sesuai". Todor cakap Aneesha yang berada di atas anak tangga.
"Biru laut?". Bilqis merespon langsung.
"Iya bibi, biru laut yang itu". Tunjuk Aneesha dari jauh.
Bilqis mengusai satu persatu, mencari baju tersebut. Ia melihat detail motif dan corak busana yang di tunjuk Aneesha.
"Pilihan yang bagus, sesuai".

Aneesha tersenyum, pilihan pendapatnya di terima dengan senang hati.
Aneesha beranjak pergi, namun menabrak seseorang.

"Kakak!".
Kepala Aneesha terantuk oleh badan Ajlia yang terburu buru.
"Maaf Aneesha, kakak ingin bergegas melihat baju pernikahan bibi Bilqis. Lagian kalau jalan pakai mata dong Aneesha ".
"Kakak tu, yang jalan cuma pakai mata doang!.". Ketus ceplos Aneesha.
"Kan emang pakai mata kalau jalan". Ajlia merasa perkataannya benar, dan tepat.
"Kalau jalan pakai kaki, ngelihat pakai mata". Jawab tegas Aneesha yang memanas dan terdiam dengan perkataannya yang terdengar kasar kepada yang lebih tua dari nya.

Ajlia terdiam menatatap Aneesha, perkataannya juga benar.
Dengan rasa bersalah Aneesha menunduk dan berjalan pergi meninggalkan Ajlia.

"Aneesha!". Jerit Ajlia memanggilnya.
"Maaf, dengan perkataan ku tadi kak".

   Ajlia menghampiri Aneesha  dengan wajah tertekuk, menunduk dengan rasa bersalah.

"Mau kemana?" Tanya Ajlia, ia tidak mempermasalahkan hal yang di ucapkan Aneesha.
"Cari nenek". Aneesha mulai mengangkat wajah nya perlahan, mengehendus napas mulai terasa lega.
"Buat apa?"
"Rahasia doang". Seru Aneesha dengan gaya jentilnya, super imut.
"Kasih tau, masak sama kakak pakai rahasia?"
"Kepengen tahu ya? Ada persyaratannya "
"Syarat?".
"Hanya satu aja, main dulu dengan Esha!".

   Beginilah nasib bagi Ajlia yang mempunyai sepupu yang masih dalam dunia permainan.
"Tidak mau". Jawab spontan Ajlia yang yakin permainan bukan lagi hal yang seru seusianya yang mulai beranjak dewasa.
"Ayolah kak, permainan ku bukan peri lagi! Kali ini seru, monopoli ".

Ajlia masih berkerut kening, berfikir berulang kali. Lagian tak menuruti persyaratan itu juga tak masalah, ia bisa berbicara dengan Bilqis di ruang tamu tentang dekorasi pernikahan yang glamor.

Tapi lagi-lagi rasa penasarannya muncul yang memuncak. Apa yang ingin Aneesha katakan kepada Riani, sang nenek.
Lagian permainannya seru saja dan masih cocok seusianya, tidak terlalu keanak-anakan.
"Ayo, kalau gitu setuju". Jawab Ajlia dengan yakin.

                   🍁🍁🍁

Pernikahan yang berkesan glamor, antara Fahmi dan Bilqis. Begitu tampak dari dekorasi, busana, serta  tamu yang datang para orang yang terpandang, berkelas tentunya.

  Inilah detik yang begitu genting, yang di tunggu-tunggu. Ucapan yang hanya sederhana, bisa terdengar begitu terkesan. Acara yang begitu sakral.

"Bergegas Aneesha!" Begitu pekik Ajlia melihat jam, sambil merapikan perlengkapan kosmetik di meja hias.
Begitu terburu-buru yang di alami Ajlia, sedangkan Aneesha masih melihat dirinya di kaca berukuran besar dengan sifat terheran heran. Penampilan yang berbeda dari biasanya.

"Pakai cepat!" Ajlia memberikan mary jane heels, sepatu yang mempunyai tali di bagian bawah pergelangan kaki, mirip seperti pantofel wanita. Tapi kali ini mempunyai hak yang lumayan tinggi.

Segala Luka Diatas DukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang