Singapura 5

21 4 3
                                    

Faiz membereskan tumpukan buku di atas mejanya. Beberapa buku ia simpan ke dalam tas dan sebagiannya lagi ia pegang dengan erat.
Pelajaran hari ini telah usai walau tidak begitu sempurna tanpa ada guru kesayangannya, Prof Adam.

Melusuri anak tangga kaki Faiz begitu gesit dengan langkahnya.

"Hai!" Sonia menegur Faiz yang membalas dengan senyuman yang hangat. "Pelajaran terakhir mu bersama Buk Thai?". Tanya Sonia yang melihat dosen tersebut turun sebelum bertemu dengan Faiz.

"Iya, beliau hanya mengantikan profesor Adam sementara waktu".
"Ada apa dengan profesor Adam, Faiz? Apa sakit?".
"Tidak, beliau ada pertemuan dengan seseorang". Faiz tertawa kecil sambil melihat manik mata Sonia yang khawatir.
"Ada apa? Ada yang salah Faiz?". Sonia menatap balik tatapan Faiz.
"Kau seperti para perempuan yang lain? Kau suka atau mengagumi profesor Adam?" Kali ini Faiz berterus terang. Siapa yang tidak tahu Prof Adam Malik seseorang dosen muda dengan wajah tanpa serta memiliki pengetahuan agama yang cukup luas wajar saja begitu tersohor di mata kaum hawa.

Sonia berkenyit mendengar ucapan Faiz. "Sudah lupakan hal itu aku cuma bertanya keadaan profesor saja tidak lebih. Tunggu? Itu punya profesor bukan?". Tunjuk tangan Sonia dengan tajam. "Coba aku lihat! Aku ingin meminjam buku yang ini. Kedudukan wanita terhadap islam, ternyata beliau juga punya buku tentang wanita. Sungguh beruntung jika seseorang tersebut di imam kan oleh profesor, yang serba tahu semua hal. Itu menyenangkan sekali Faiz". Tutur Sonia penuh harapan sesuatu saat nanti ada yang mendampinginya dengan cinta dan kasih sayang. "Kalau begitu, aku pinjam untuk beberapa hari?".

Faiz mengganguk, memperbolehkan Sonia untuk meminjam buku tersebut.
"Besok sore kau ingin ikut bersama ku, Sonia?" Tawar Faiz yang mengingat janjinya kepada Sonia.
Sonia menelan ludah dengan dalam.

Waktu yang selalu ku tunggu Faiz bersama mu.
Bisik batin Sonia. "Boleh, kita akan kemana?"
"Ke tempat di mana sang pintar terlahir".

Ucapan Faiz yang terucap membuat Sonia berkerut kening kebingungan.

"Besok bakalan tau" . Faiz melentikkan jarinya membuat Sonia berpura pura mengerti.

"Jangan bilang aku ke tempat organisasi mu?"
"Tidak di situ. Lihat saja besok. Sampai jumpa" pamit Faiz meninggalkan Sonia.

                       🍁🍁🍁
Setelah usai melaksanakan shalat, Faiz berjalan ke tempat tujuan yang telah di tentukan. Di kafe terdekat yang tidak begitu jauh dari berjalannya. Langkah Faiz begitu cepat sambil melirik kearah jam tangannya dengan yakin ia akan datang dengan cepat untuk memesan pesanan karena ini pertemuan pertamanya. Tapi dugaannya salah, Maria menunggunya sambil mengaduk secangkir coklat panas.

   "Maaf jika aku membuat mu menunggu". Tutur Faiz yang langsung duduk di hadapan Maria yang meneguk minumannya.

"Aku baru tiba, minumannya juga masih panas"
"Pertemuan pertama kita kali ini membahas tentang apa? menurutmu?". Faiz mulai pada topik pertemuannya dengan Maria.
"Apa yang cocok untuk aku tanyakan??" Tanya bingung Maria.
"Bagaimana tentang apa itu islam, iman, tauhid?"
"Hal yang seperti itu aku tau dan mengerti". Tantang Maria, lalu meneguk minumannya.

"Atau begini Faiz? Bagaimana aku bisa mendapatkan hidayah agar aku bisa masuk islam dengan ikhlas?"
"Kau dalami dengan yakin tentang islam"
"Aku benar yakin islam agama yang begitu sempurna. Tapi bagaimana aku bisa mendapatkan hidayah yang benar dan juga ikhlas agar nantik aku tidak ada penyesalan nantinya"
"Kau tahu Maria, yang mendatangkan hidayah hanya Allah yang dimasukkan di dalam hati naluri kehati manusia".

  Maria terdiam sejenak. Ini bukan perihal yang mudah baginya. Ini sebuah rasa yang penuh harapan yang menjadi di benaknya.

"Dan letak keikhlasan itu di hati" tambah Faiz untuk menguatkan kepercayaan Maria saat ini.

Pertemuan malam ini menimbulkan benak bagi Faiz tentang Maria yang sebenarnya. Pertanyaan dan perkataan Maria membuat Faiz menyimpulkan ada penyebab yang membuat Maria belum begitu kokoh dengan pendiriannya untuk masuk islam melainkan ada unsur sesuatu yang membuatnya berharap dengan sebuah pengharapan.

Ada apa dengan mu, Maria???

Seketika kalimat itu menjadi gagasan Faiz untuk membuktikan apa yang yang terjadi pada diri Maria.

                    🍁🍁🍁

Hari yang dinanti Sonia telah tiba. Ia tampil dengan ciri khasnya simple dan elegan.

"Tempat ini yang kau maksud? Faiz"  takjub Sonia. Faiz tertawa kecil.
"Yup, tempat sang pintar terlahir". Ujar Faiz dengan yakin.
"Kau benar sekali". Sonia mempercayai.
"Kenapa aku pilih tempat ini sebagai janjiku padamu?"
"Aku merasa tempat ini menarik?" Jawab Sonia.
"Bukan, kau tahu? Jika kau ingin mengenal dunia bacalah dan jika kau ingin terkenal oleh dunia maka tulislah. Bukan hanya itu saja Sonia, kau ingat wahyu pertama kali turun surat al-alaq yang menjelaskan kepada kita untuk membaca".
Sonia tersenyum mendengar Faiz .

  Tokoh buku yang terbesar di Singapura ini sangat memukau jika melihatnya. Susunannya yang rapi, bersih dan nyaman membuat tokoh buku ini banyak di kunjungi. Kinokuniyah nama tokoh buku terlengkap tersebut yang merupakan salah satu cabang Kinokuniyah yang terbesar di asia tenggara.

"Kau silahkan pilih agar menjadi sang pintar" . Tawar Faiz.
"Kalau begitu aku ke situ"  Sonia menuju ke sebuah susunan buku tentang tata boga.

Faiz melusuri beberapa judul buku yang menarik baginya yang begitu antusias sambil membaca cuplikan buku yang berada di belakang. Faiz mengambil satu buku yang menariknya bagi. 1001 malam, yang menjadi simpatinya untuk ia beli. 1001 malam kisah yang begitu populer di seluruh penjuru dunia, kisah ini ada seorang penyair yang terkenal seperti Abu Nawas, Aladdin dan kisah kota Baghdad yang begitu banyak versinya.

Mungkin tidak cukup bagi Faiz jika membeli hanya satu buku saja. Ia melusuri susunan buku hingga sebuah buku berwarna lavender menarik di matanya. Faiz mengambilnya buku itu namun buku itu di tarik ulur cepat oleh sebuah tangan.

"Kelihatannya menarik?" Tutur seseorang yang merampas buku tersebut, lalu memandang.

"Ini menarik sekali Faiz".

Faiz merespon dengan senyum hangatnya.

"Maaf jika aku yang merampas dulu dari tangan mu". Ujar seseorang tersebut dengan rasa bersalah.

"Tidak masalah, jika menarik bagimu Maria ambil saja".
"Oh iya. Buku yang ku pinjam akan ku kembalikan pertemuan kita nanti, tidak masalah kan Faiz?"
"Tidak masalah"
"Kau sendiri Faiz datang kemari?". Ucap Maria yang menanyai kesendirian Faiz dengan persamaan datangnya Sonia yang menatap Maria dengan sinis.

"Faiz is coming with me".
"Aku kira kau sendiri Faiz? Perkenalkan aku Maria".
Salam hangat Maria yang mengulurkan tangannya yang tidak di jabat langsung oleh Sonia.

"Kalau begitu aku duluan, permisi". Pamit Maria yang berusaha tersenyum tegar melihat kelakuan Sonia terhadapnya.

"Kenapa kau tidak membalas salam hangat Maria, Sonia?" Tanya di sela kebingungan Faiz setelah usai membayar buku.
"Dia bukan saudara seakidah dengan kita kan? Lagian kenapa dia kenal mu, Faiz?"
"Waktu itu aku pernah menolong dia. Aku tahu dia nasrani dan tidak seharusnya Sonia kau bersikap seperti itu padanya"
"Bukannya islam membenci orang kafir seperti dia"
"Kau tahu, Sonia. Kafir itu ada jenisnya, ada harbi, zinni lagian yang dilakukan Maria bukan buat permasalahan? Hanya salam kenal? Jangan salah penafsiran terhadapnya."
Sonia bungkam mendengar ucapan pedas Faiz.

Bukan hal itu Faiz? Aku cemburu dengan kehadirannya.
Isak hati Sonia.

               🍁🍁🍁
Hai👐 readers apa kabar😄 udah lama banget aku gak update😣sorry🙏waktu itu  hp ku sedang rusak dan sibuk banget dengan ujian sekolah.

Gimana part kali Ini????
Bakal seru deh untuk part selanjutnya😄😄😄 ada  Maria yang mulai dekat aja sama Faiz dan di tambah Sonia yang mulai cemburu😁 kalo kalian di posisi Sonia yang jumpa dengan Maria kalian bakal lakukan apa, hayoo?😁🤔sama orang yang kalian suka.

Boleh deh koment di bawah ini dan jangan lupa vote ya😄😄 tunggu part selanjutnya😚😚😚

Segala Luka Diatas DukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang