Bagian 2

160 30 0
                                    

Satu Minggu kemudian..

Tiiit.. tiiit ..

Bunyi alarm membangunkan gue, pukul 04.30. Gue langsung mandi dan sholat shubuh.
Gue udah siapin barang-barang yang perlu gue bawa untuk camping hari ini.

Ponsel gue berdering, pesan dari Meli.

"Ka, kumpulnya dirumah lo aja ya. Gue udah ngomong sama temen-temen soalnya. Nanti kita berangkat sekitar jam 8," Pesan dari Meli.

Gue langsung balas pesan itu singkat.
"Okedeh."

"Raka, turun dulu nak. Ibu udah siapin sarapan ini," Kata Ibu Ani, ibu gue.
"Iya Bu." Jawab Raka sambil berlari menuruni tangga.

Diatas meja makan sudah tersedia nasi goreng usus buatan ibuku yang super enak.
"Waah, nasi goreng usus," Kata gue seneng.
"Habisin sarapannya ya nak," Kata ibu gue.
"Iya Bu. Ayah mana Bu?" Tanya gue.

"Ayah tadi langsung berangkat. Dia Dinas di luar kota. Katanya sih cuma empat hari."

"Ohh.." Jawab gue singkat.

Ting tong.. Ting tong..

"Assalamualaikum Raka," Suara salam dari luar.
"Waalaikumsalam, iya bentar," Bales gue.
Waktu pintu gue buka, ternyata udah ada Meli dan Ajeng yang sudah siap.
"Eh Mel, Jeng. Ayo sini masuk dulu, sambil nunggu yang lain datang," Gue mempersilahkan.

"Iya ka," balas Meli dan Ajeng.

"Gue buatin teh dulu ya?"

"Boleh juga," Jawab Ajeng.
Pagi ini cuacanya cerah, tapi udaranya yang dingin menusuk kulit begitu saja.
"Nih silahkan diminum ya," ucap gue.
"Iya, makasih Raka," Jawab mereka bersama.

Ting tong.. Ting tong..

Suara bel rumah gue bunyi, mungkin itu temen-temen yang lain udah datang.
"Bentar ya gue buka pintu dulu," kata gue kepada mereka.
Mereka mengangguk.
Saat gue buka pintu itu, ternyata tidak ada siapapun diluar, gue pikir itu temen-temen gue.
Gue langsung masuk ke dalam rumah lagi.
"Siapa yang datang Ka?" Tanya Meli.
"Gue pikir itu temen-temen yang datang, ternyata nggak ada orangnya. Mungkin itu orang iseng," Jawab gue datar.

"Yaelah, pagi-pagi udah bercanda tuh orang," Kata Ajeng kesal.

Tiba-tiba ada suara mobil yang berhenti diluar. Ternyata itu Rangga, Febi, Windi, dan Anton yang sudah siap. Mereka menaiki mobil yang muat untuk beberapa orang.

"Ayok, kita langsung berangkat aja!" Seru Rangga dari dalam mobil.
"Iya bentar, ini lagi ambil barang-barang!" Jawab gue dari luar rumah.

Semuanya sudah ada di dalam mobil dan siap untuk berangkat.
Sebelum berangkat, kita berdoa terlebih dalu supaya bisa selamat sampai tujuan hingga perjalanan pulang.

"Lo tau jalan kesana nggak ton?" Tanya Febi.
"Gue tau lah, kalo nggak tau gue ngga bakal mau nyetir, wkwk," Balas Anton tertawa.

"Sebenernya sih gue nggak bilang kalo mau bawa mobil ini, secara kan gue masih anak sekolah, tapi gue nekat diam-diam bawa mobil ini," Tambah Anton.
"Wah! nekat banget lo ton," Kata Meli.
"Iya dong, wkwk," Jawab Anton tertawa.

"Perjalanan kesana cukup jauh, karena daerahnya pelosok. Memang sih Hutan Mati itu masih kawasan kota, tapi jauh dari pemukiman. Disana jarang ditemukan pemukiman," Tambah Anton.

"Lo tau juga ya ton?" Tanya gue.
"Tau cuma sedikit dari internet," Jawab Anton.

Sekitar 45 menit dalam perjalanan, tiba-tiba awan menjadi mendung. Aneh, yang tadinya cuaca cerah langsung berubah mendung.
Memang sih, kawasan jauh dari pemukiman banyak pohon-pohon yang besar dan tinggi, sehingga langit yang sudah mendung ditambah gelap seperti waktu Maghrib.

"Kok jadi gelap gini sih? Jadi takut gue," ucap Windi takut.
"Iya nih, padahal tadi langitnya cerah. Tapi aneh tiba-tiba jadi mendung," ujar Meli.
"Udah tenang aja, lagipula kita sudah masuk kawasan Hutan jadinya ya gini deh gelap," Jelas Anton.

"Masih lama nggak ton?" Tanya gue.
"Nggak kok, kira-kira sekitar 10-15 menit lagi sampe." Jawab Anton.

To be continued...

Jadilah pembaca yang bijak, yang selalu meninggalkan vote & komen
.
.
.
#hutanmatipart2

Hutan Mati [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang