Bagian 3

131 29 2
                                    

Setelah perjalanan kurang lebih 1 jam, akhirnya sampai juga di pintu masuk Hutan Mati.
Aneh, di kawasan pintu terdapat gapura yang bertuliskan

"SELAMAT DATANG DI HUTAN MATI."

Mungkin dulu pernah dijadikan sebagai tempat wisata. Dilihat gapura yang terbuat dari kayu yang sekarang sudah keropos menandakan tempat ini sudah lama ditutup.

"Fiuuhh, akhirnya sampe juga, walupun duduk tetep aja pegel ni badan," Keluh Febi.
"Eh liat deh kok ada gapuro tulisannya Selamat datang di Hutan Mati. Apa mungkin dulu ini tempat wisata kali ya?" Tanya Windi penasaran.
"Mungkin seperti itu Win," Jawab Rangga heran.

"Ayo kita masuk!" ajak Anton.

Ajeng, Rangga, Febi, dan Windi mengikuti Anton. Sementara gue sama Meli jalan dibelakang sambil ngobrol.

"Gimana menurut Lo, ka? Keren kan hutannya?" Tanya Meli.

"Iya sih, tapi hawanya nggak enak Mel. Gue takut ada apa-apa disini," Jawab gue takut.

Tiba-tiba ada suara seperti memanggil dari arah belakang. Ternyata itu adalah kakek tua yang sedang mencari kayu bakar di hutan ini.

"Hei kalian! Mau apa kesini?!" Teriak kakek itu dengan suara serak.
Kakek itu berjalan menghampiri gue dan Meli.
"Pulanglah kalian, sebelum sesuatu yang buruk terjadi!" Ucap kakek itu mengingatkan.
"Emang kenapa kek?" Tanya gue.
"Jangan pernah bermain-main dengan larangan. Pergi dan pulanglah!" Sambung kakek itu seraya pergi meninggalkan kita.

Saat gue mengalihkan pandangan gue kedepan, terus gue lihat ke belakang lagi, ternyata kakek itu sudah menghilang.
"Mel, kok kakek itu langsung ngilang?" Tanya gue sedikit merinding.

"Udah lah, mungkin kakek itu orang yang tinggal di daerah ini. Hiraukan saja," Jawab Meli.
"Tapi Mel, gue takut apa yang dikatakan kakek itu benar. Lagipula dari tadi kita nggak liat ada pemukiman kan?" Tanya gue serius.

"Iya juga sih, udahlah lanjut jalan aja," Sambung Meli.

Sampai di tempat untuk mendirikan tenda.

"Nah disini kita akan mendirikan tenda nya," Kata Anton.
"Kita bagi tugas aja ton. Ada yang nyari kayu bakar, terus ndiriin tenda sama buat perapian," Kata gue.

"Yaudah, gue, Ajeng, Rangga, sama Febi ndiriin tenda. Raka, Meli sama Windi cari kayu bakar," Jelas Anton.

"Asiyaap!" Jawab bersama sambil tertawa.
Tampaknya gue mulai terbiasa dengan suasana seperti ini. Tapi gue masih teringat perkataan kakek tua itu.

Hari sudah mulai gelap, mungkin sebentar lagi Maghrib. Tapi anehnya, gue nggak dengar suara adzan waktu ashar. Mungkin karena ini jauh dari daerah pemukiman.

Gue, Meli dan Windi selesai mencari kayu bakar. Anton, Febi, Rangga dan Ajeng pun selesai mendirikan tenda.
Ada 3 tenda yang kami buat.
1 tenda untuk para cowok, 2 tenda lainnya untuk para cewek.

"Udah Maghrib nih kayaknya, sholat Maghrib dulu yuk!" Ajak gue.
"Ayok!" Jawab mereka serempak.

Kami pun melaksanakan sholat Maghrib dengan wudlu menggunakan sebotol air mineral.

Hawa dingin menusuk kulit yang basah karena air wudhu.
Ajeng dan Windi yang tidak sholat karena berhalangan berada di dalam tenda.

Assalamualaikum warahmatullah

Setelah selesai sholat, gue Anton sama Rangga buat api unggun untuk menghangatkan tubuh.
"Akhirnya nyala juga api unggunnya," Kata Rangga.

Bulan yang tertutup awan gelap, angin yang kencang menusuk pori-pori kulit, dan hutan yang gelap gulita menambah sensasi menyeramkan.

****

To be continued...

Jadilah pembaca yang bijak, yang selalu meninggalkan vote & komen
.
.
.
#hutanmatipart3

Hutan Mati [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang