Bagian 6

147 26 38
                                    

Sekitar 20 menit, gue, Meli, dan Windi sampai ditempat semula gue mendirikan tenda. Mereka belum kembali, sedangkan matahari mulai tidak menampakkan cahayanya.

"Kok... mereka belum... kesini... sih?" Tanya Meli ngos-ngosan.
"Gue juga nggak tau Mel." Jawab gue mulai panik.
"Gue takut mereka kenapa-kenapa." Kata Windi ketakutan.
"Kita harus cari mereka lalu kita pergi dari sini!" Kata gue serius.

Ketika gue, Meli, dan Windi mau lari. Terdengar suara seperti memanggil dari dalam tenda.
"Hey gaes!!" Suara dari dalam tenda.
"Hahh,, siapa tuh?!" Tanya Meli.
Ketika orang itu keluar dari tenda, ternyata itu adalah Anton.
"A.. Anton.. kok Lo bisa ada disini?? Terus yang lain pada kemana??" Tanya Meli serius.
"Hehe,, maafin gue ya. Tadi malem sebenernya gue mau kencing, tpi entah kenapa gue kaya tersesat disini. Kondisi tadi malem juga gelap. Jadi gue mutusin buat nunggu terang. Lagian juga gue nyasarnya lumayan jauh dari sini." Jawab Anton panjang.

"Syukur deh Lo bisa ketemu ton." Kata Windi singkat.
"Terus Rangga, Ajeng sama Febi kemana?? Lo ngga ketemu sama mereka??" Tanya gue ke Anton.
"Gue nggak ketemu sama mereka ka. Entah kenapa, gue seperti dibawa ke dunia asing." Jawab Anton.

Dari mimik muka Anton, dia seperti mengarang cerita. Gue takut dugaan ibu gue bener kalau Anton bukan anak baik-baik.
"Yaudah sekarang kita cari mereka bareng-bareng sebelum semuanya gelap." Kata gue.
"Gimana kalo dibagi aja ka?" Tanya Anton.
"Dibagi?? Kan mereka satu arah, jadi ngga perlu dibagi." Kata gue.
"Kan juga biar cepet ketemunya ka." Jawab Anton.
"Biar gue sama Windi, Lo sama Meli, gimana?" Tambah Anton.
"Gue nggapapa kok bareng sama Anton." Kata Windi.
"Yaudah,, kita berpencar. Kalian hati-hati ya. Semoga bisa kembali dengan selamat." Kata gue.

Gue sedikit takut kalo dipencar, gue udah curiga sama Anton, kalau dia orang dibalik semua ini.
"Lo kok beneran ngebiarin Windi bareng sama Anton sih Ka? Harusnya kan kita bareng-bareng aja." Kata Meli.
"Harus gimana lagi Mel? Semoga aja Windi ngga kenapa-napa." Jawab gue pasrah.

"Rangga!! Ajeng!! Febi!! Kalian dimana?!" Teriak gue.
"Ajeng!! Lo dimana??! Hiks.. hiks.. Febi!! Rangga!!" Teriak Meli terisak.
"Lo kenapa Mel?? Bukannya tadi Lo ngga kenapa-napa?" Tanya gue.
"Gue cuma takut mereka kenapa-napa ka. Terutama Ajeng, dia temen gue dari kecil. Gue selalu bareng sama dia. Hiks.." jawab Meli.
"Mereka pasti ketemu Mel. Kita harus yakin mereka ketemu." Kata gue menenangkan Meli.
"Ini hutan ka. Gimana mereka bisa ketemu!!!" Teriak Meli.

Tiba-tiba ponsel gue berdering, telepon dari ibu. Gue masih heran, ditengah hutan gini masih ada sinyal?
Gue langsung angkat telepon itu.
Halo assalamualaikum Bu
Waalaikumsalam, nak cepatlah pulang, ibu sudah khawatir sama kamu.
Iya Bu, besok Raka pulang kalo mereka udah ketemu.
Mereka siapa?? Siapa yang hilang nak?!
Rangga, Febi sama Ajeng Bu.
Astaghfirullah nak. Ibu akan kesitu bawa polisi buat bantu nyariin.
Tapi Bu, ini sudah hampir Maghrib.
Ibu akan kesitu nanti setelah isya.
Iya Bu,, cepatlah.
Pesan ibu, kamu harus hindari Anton.
Lho kenapa Bu??

Ponsel gue tiba-tiba mati seakan-akan sinyal langsung terputus begitu saja.
"Kita harus segera nemuin mereka Mel." Kata gue ke Meli.
"Iya,, ayo kita harus nemuin mereka." Jawab Meli.
Ditengah perjalanan gue sama Meli nemuin kalung.
"Hah,, kalung siapa ini Mel? Tanya gue.
"Itu.. itu kalungnya Ajeng! Mereka pasti disekitar sini." Kata Meli semangat menebak.
"Ajeng!! Rangga!! Febi!!" Teriak gue..

"Aaaaaahhh!! Ajeng!!!" Teriak Meli.
Gue langsung kearah Meli.
"Ada apa Mel??" Tanya gue.
"Kaa.. itu.. a.. Ajeng." Kata Meli menangis.
Seperti tersambar petir, ketika gue lihat Ajeng sudah terikat dipohon, berlumuran darah dan matanya terbuka, terdapat luka sayatan lebar dilehernya.
Gue sambil lihat ke sekitar,, kalau Ajeng disini pasti ada Febi dan Rangga.

Benar dugaan gue,, gue lihat Febi telah tergantung di atas pohon, dan terdapat tikaman berkali-kali.
"Febiii!!!" Teriak gue.
"Ya Allah,, kenapa terjadi seperti ini!!" Kata Meli menangis.
"Harusnya gue ngga nyaranin buat pergi kesini! Ini semua salah gue!!" Kata Meli sambil memukul-mukul kepalanya.
"Ini bukan salah Lo Mel. Kita semua yang salah." Kata gue menenangkan Meli.
"Kita harus cari Rangga,, mungkin dia tahu siapa orangnya." Tambah gue.

Toloong.. toloong..

Suara meminta tolong dari balik pohon besar.
Gue sama Meli langsung ke sumber suara itu.
"Rangga!! Apa yang sebenarnya terjadi ga?? Kenapa semuanya seperti ini?!" Tanya Meli yang tak henti-hentinya menangis.
"Dia pelakunya ka. Dia yang sudah membunuh Febi sama Ajeng." Jawab Rangga kesakitan.
"Dia?? Siapa yang kamu maksud dia ga??" Tanya gue.
"Anton.." Jawab Rangga.

Seketika gue kaget, kenapa dugaan buruk ini terjadi.
"Dia udah bunuh temen-temen kita ka!!" Kata Rangga menambahkan.
"Kita harus pergi dari sini!" Kata gue.
"Ngga bisa ka. Gue udah ngga kuat, banyak darah yang keluar dari tubuh gue. Kalian pergilah dari sini, maafin gue ngga bisa bantu kali.." Belum selesai Rangga berbicara,, Rangga sudah memejamkan matanya.
"Ga!! Rangga!! Lo ngga boleh pergi ngga!!" Meli menangis tak henti.

"Windi.. kita harus selamatkan Windi Mel." Kata gue.
"Tapi mereka gimana ka?" Tanya Meli.
"Nanti ibu gue mau kesini bawa polisi." Jawab gue.
Meli menghapus air matanya dan kita berlari mencari Windi agar dia tidak bernasib sama seperti Rangga, Febi, dan Ajeng.

Gue harap Windi tidak kenapa-napa. Matahari sudah tenggelam,, malam pun tiba. Gue dan Meli terus berlari mencari Windi. Semoga dia selamat.

***

To be continued..

Jadilah pembaca yang bijak, yang selalu meninggalkan vote &komen
.
.
.
#hutanmatipart6

Hutan Mati [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang